Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 15 Mei 2019

Perburuan Harimau Sumatera Masih Terjadi

Seekor harimau Sumatera dievakuasi ke pusat rehabilitasi karena kakinya terluka akibat jerat kawat. Perburuan masih marak.

Harimau Sumatera

TIM Balai Konservasi Sumber Daya Alam Riau mengevakuasi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) berusia sekitar empat tahun dari Restorasi Ekosistem Riau di Pelalawan pada 24 Maret 2019. Kaki kiri depan harimau jantan berbobot 90 kilogram itu terjerat kawat yang dipasang para pemburu. 

Penemuan harimau terjerat kawat itu bermula dari patroli petugas PT Gemilang Citra Nusantara, anak usaha APRIL Group yang mengelola kawasan restorasi. Para petugas mendengar suara berisik di lokasi jerat. Ketika mendekat kaki salah seorang petugas menginjak slink kawat sebesar pensil. Jeritan kaget membuat harimau itu hendak menerkamnya. “Tapi karena kakinya terjerat kawat dia tak bisa menjangkau,” kata Suharyono, Kepala BKSDA Riau seperti dikutip detik.com. 

Setelah bisa melepaskan diri dari jerat kawat, petugas patroli PT Gemilang melaporkan kejadian itu kepada BKSDA Riau di Pekanbaru. Tim BKSDA baru tiba di lokasi setelah 11 jam perjalanan menyusuri sungai.

20190327112944.jpg

Para petugas menduga harimau itu kelaparan karena sudah tiga hari terjerat kawat. Luka akibat jeratan itu sudah menganga dan dikerubuti lalat. Tim BKSDA memutuskan membawa harimau itu ke Pusat Rehabilitas Harimau Sumatera di Dhamasraya, Sumatera Barat, untuk diobati. Menurut Suharyono, tim tak melepaskan langsung harimau itu setelah melepaskan jeratnya karena lukanya sudah terinfeksi.

Harimau yang sudah dibius itu pun kemudian ditandu ke perahu. Kerapatan vegetasi di kawasan restorasi membuat helikopter tak bisa menjangkau lokasi harimau itu.

Menurut Suharyono, temuan harimau yang terjerat kawat itu menunjukkan perburuan harimau masih terjadi di Sumatera. Ia memastikan jerat-jerat itu dipasang secara sengaja di areal restorasi. Harimau termasuk hewan yang dilindungi karena keberadaannya kian menipis akibat deforestasi, konversi lahan, dan perburuan.

20190327113048.jpg

BKSDA dan Tim PT Gemilang berencana meningkatkan patroli di kawasan restorasi untuk menyisir jerat-jerat kawat yang dipasang para pemburu. Kawasan restorasi seluas 20.265 hektare ini merupakan habitat Panthera tigris sumatera. Diperkirakan ada 50 ekor harimau yang hidup di semenanjung hutan Pelalawan.

Foto-Foto: BKSDA Riau

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain