Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 21 Mei 2020

Lebah Sebagai Alarm Alam

Keberadaan lebah menunjukkan daya dukung sebuah lingkungan masih bagus. Di Sumbawa, petani membudidayakan lebah klanceng sebagai antioksidan

PropolisTrigona

AKTOR Morgan Freeman punya hobi baru: memelihara lebah. Ia memboyong 26 sangkar lebah dari Arkansas ke rancanya seluas 51 hektare di Mississippi pada 2014. Seperti diungkapkannya kepada Jimmy Fallon dalam The Tonight Show, Freeman cemas bahwa koloni lebah berkurang akibat vegetasi yang menjadi sumber pakannya juga ikut menghilang.

Jurnal Science menyebutkan bahwa lebah berkurang dalam kurun 50 tahun terakhir di Eropa dan Amerika Utara akibat pemakaian pestisida yang masif dan konversi hutan menjadi lahan pertanian modern. Pemerintah Amerika sudah melarang pemakaian pestisida yang dipakai petani untuk membunuh hama tanaman karena berakibat langsung pada kematian koloni lebah.

Konstruksi Kayu

Freeman pun ingin lebah kembali menjadi habitat bumi dengan cara menyediakan pelbagai jenis bunga di rancanya itu. Menurut pemeran Tuhan dalam film Bruce Almighty ini, seperti penjelasan di jurnal Science, kehadiran lebah menunjukkan kelestarian sebuah kawasan. Sebab lebah hanya memakan bunga dan buah dari lingkungan yang bersih. “Saya baru tahu bahwa mereka adalah fondasi planet ini,” kata aktor 81 tahun itu.

Freeman tak pernah memanen madu atau sarangnya. Ia hanya ingin para lebah punya tempat baru untuk hidup lalu berkembang biak dan membentuk koloni baru. Sebab, menurut studi terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang dikutip The Economist edisi terbaru, 87% serangga—termasuk lebah—menyerbuki tanaman berbunga. Tanpa serangga, tanaman tidak bisa bereproduksi.

Mereka memecah dan mendaur ulang makanan yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis. Mereka membusukkan sampah organik yang menjadi sumber pakan burung-burung dan kelelawar. Karena itu E.O. Wilson, seorang ahli biologi dari Amerika Serikat, menyebut serangga sebagai "jantung kehidupan di Bumi."

Propolis Trigona

Di Indonesia lebah telah lama dibudidayakan oleh penduduk di sekujur Nusantara. Salah satunya di pulau Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat—kepulauan yang identik dengan lebah dan madu. Warga Desa Bukit Damai di Kecamatan Sekongkang membudidayakan lebah klanceng (Trigona sp) di kebun-kebun yang rimbun. Lebah senang hidup di ekosistem yang lembap dan tak terlalu banyak cahaya matahari, sebab bunga-bunga tumbuh dalam lingkungan seperti itu.

Trigona sp merupakan lebah sebesar lalat yang tak bisa menyengat. Bagi lebah, sengatan adalah senjata untuk melindungi diri dari mara bahaya atau hewan predator yang hendak memangsa mereka. Maka, karena tak punya sengatan itu, lebah Trigona membangun propolis atau sangkar lebih banyak ketimbang memproduksi madu.

Dengan propolis yang kuat itu koloni lebah berlindung di dalamnya sehingga propolis lebah Trigona menjadi zat antioksidan alamiah terkuat dibanding sarang lebah jenis alam. Para ahli bahkan menghitung kekuatan antioksidan propolis Trigona 400 kali dibanding jeruk dan 300 kali dibanding apel merah.

Para petani di Desa Bukit Damai mengeringkan sarang lebah yang diambil dari stup setelah memindahkan koloninya ke kandang baru. Sarang kering itu dibuat kotak berukuran satu kilogram untuk dikirim ke Bogor yang diolah menjadi propolis cair. Satu kilogram propolis kering menjadi 100 botol propolis berukuran 10 mililiter yang dijual Rp 120.000.

20190328194106.jpg

Satu stup sarang lebah Trigona menghasilkan 3 kilogram propolis per panen atau dalam waktu tiga bulan. Jumlah ini merupakan 80 persen proporsi sarang lebah dibandingkan jumlah madu. Lebah Trigona memproduksi royal jeli lebih banyak dibanding lebah alam sehingga madu lebah Trigona lebih asam. Satu botol madu lebah Trigona berukuran 100 mililiter dijual Rp 175.000.

Desa Bukit Damai berada di sekitar areal tambang PT Amman Mineral Nusa Tenggara (d/h Newmont Nusa Tenggara). Para petani mendapat bantuan membuat sarang lebah dan memproduksi propolis serta madu untuk dijual di toko-toko di sekitar Sumbawa.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain