Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 12 Agustus 2022

Mengapa Musim Kering Membuat Embun Beku di Papua

Hujan es dan embun beku mengawali musim kering di Papua. Penen gagal.

Embun beku Papua

HUJAN es dan embun beku yang jatuh pada 1 Juli 2022, membawa petaka bagi setidaknya empat kampung di Distrik Kwiyawagi, Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Musim kering yang membawa udara beku itu menyebabkan gagal panen di Kampung Luarem, Jugu Nomba, Uwome dan Tumbubur. Kelangkaan pangan diduga mengakibatkan tiga orang meninggal, satu orang kritis, dan sekitar 500 orang kelaparan.

Menurut Edvin Aldrian, profesor meteorologi dan klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena hujan es dan embun beku yang melanda Kabupaten Lanny Jaya bukan disebabkan oleh perubahan iklim. "Ini fenomena yang terjadi secara natural. Kondisi seperti ini sudah ada sejak lama dan berulang," kata Edvin kepada Forest Digest, pada 12 Agustus 2022.

Konstruksi Kayu

Edvin menjelaskan bahwa posisi distrik Kwiyawagi yang secara geografis membelakangi Puncak Jaya menyebabkan kawasan ini rentan terpapar angin turun (down wind) dari pegunungan Jayawijaya. Angin pun mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pada April hingga September, ada angin muson timur yang bertiup dari Australia menuju Asia.

Angin ini bersifat kering karena melewati gurun di Australia. Ketika mencapai Papua, angin ini naik ke pegunungan Jayawijaya lalu membawa udara beku turun ke lembah. Angin yang awalnya bersifat kering, menjadi lebih kering lagi karena melewati pegunungan yang tinggi. Angin juga membawa udara beku usai melewati Puncak Jaya yang bersalju.

Karena posisi distrik Kwiyawagi berada di lembah, wilayah ini terpapar angin beku turun dari pengunungan Jayawijaya. Kawasan ini pun mengalami musim kering dengan udara beku. Angin kering dengan udara beku ini menyebabkan tanaman pangan mengalami proses evaporasi dan transpirasi yang menyebabkan tanaman kehilangan air dan mati. Gagal panen memicu kelangkaan pangan.

Edvin mengatakan udara beku ini akan berlanjut setidaknya sampai September. "Biasanya berlangsung 3-4 bulan kalau dari Mei," katanya. Menurut dia kelangkaan pangan dan kelaparan yang terjadi di kawasan ini sudah pernah terjadi berulang kali. Sebab, ini merupakan fenomena lokal yang rutin terjadi.

Menurut Edvin, bencana ini seharusnya bisa dihindari bila dilakukan mitigasi yang komprehensif. Seperti membangun lumbung makanan untuk persediaan ketika musim kering tiba. "Bencana ini terjadi karena pemerintah setempat tidak memiliki perencanaan jangka panjang. Padahal ini kejadian yang sifatnya endemik," katanya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan kesulitan yang mereka hadapi menangani kelangkaan pangan di Distrik Kwiyawagi, Kabupaten Lanny Jaya. Wilayah ini berlokasi 40 kilometer dari Kota Tiom, hanya separuhnya saja yang bisa diakses dengan kendaraan roda empat.

Setelah melewati 20 kilometer pertama, akses menembus hutan lebat hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki atau menggunakan pesawat kecil dari Wamena. Kendala cuaca yang kerap berkabut, jaringan komunikasi yang terbatas dan faktor komunikasi menjadi kendala operasi tanggap bencana yang dilakukan BNPB. Selain itu, stok beras di Gudang depo logistik terdekat yang akan disalurkan untuk tiga kampung itu juga terbatas.

Pada 10 Agustus 2022, BNPB menyerahkan dana siap pakai sebesar Rp 500 juta kepada pemerintah kabupaten Lanny Jaya. Sebelumnya, bantuan awal sebanyak 1.200 selimut dan 6.000 masker telah disalurkan. “BNPB berkomitmen menyalurkan bantuan logistik berupa beras sebanyak 40 ton yang diberikan secara bertahap selama tanggap darurat,” kata Abdul Muhari, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

BPBD Provinsi Papua mengidentifikasi sebanyak 548 keluarga atau 2.740 jiwa berpotensi terdampak kekeringan di wilayah itu. Pada asesmen dampak asset penduduk, tercatat 56 hektare luas lahan perkebunan rusak.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain