WALRUS atau anjing laut (Odobenus rosmarus) betina liar di pesisir Oslofjord, Norwegia, menarik perhatian masyarakat. Mamalia yang biasanya hidup berkelompok di Laut Barents, dekat lingkar Arktik, itu tampak menikmati kesendiriannya berenang di perairan Oslofjord. Penduduk memanggilnya walrus Freya, nama Dewi Cinta dan Kecantikan dalam mitologi Skandinavia.
Dia naik ke atas kapal yang tengah bersandar di Kragero, desa di pesisir selatan Norwegia. Ketika Freya naik ke atas kapal di pesisir Oslo, ibu kota Norwegia, pada 17 Juli 2022 lalu, dia semakin tenar. Bobot badannya yang mencapai 600 kilogram membuat beberapa lambung kapal melengkung, ada juga yang tenggelam. Tapi masyarakat setempat justru ingin melihatnya.
Apalagi Freya tampak tidak terganggu atau takut dengan manusia. Walrus yang diperkirakan berusia lima tahun ini bisa berjemur hingga 12 jam di atas kapal. Freya beberapa kali terlihat di Inggris, Belanda, Denmark dan Swedia sebelum memilih menghabiskan musim panasnya di Oslofjord, Norwegia.
Freya tampak nyaman tinggal di perairan Oslofjord yang kaya akan molluska, udang, kepiting dan ikan-ikan kecil. Freya kerap mengisi halaman-halaman utama di media Norwegia. The Guardian bahkan menyebut bahwa koran lokal Verdens Gang menayangkan live streaming keseharian Freya di websitenya.
Bintang baru di Norwegia itu terlihat mengejar bebek, menyerang angsa. Tapi dia paling sering terekam sedang tidur di atas kapal yang kesulitan menopang tubuhnya. Walrus bisa tidur hingga 20 jam sehari.
Kehadirannya membuat penduduk Oslofjord penasaran. Seperti layaknya bintang, penduduk berkerumun mengelilingi Freya. Biasanya untuk swafoto. Tapi ada yang berusaha mengambil rekaman video atau foto jarak dekat, bahkan ada yang mencoba berenang bersama.
Direktorat Perikanan Norwegia meminta penduduk menjaga jarak dengan Freya. Kasus serangan walrus kepada manusia memang jarang. Tapi ini memungkinkan jika hewan merasa stress. Freya dengan bobot lebih dari setengah ton dan memiliki taring tentulah bisa berbahaya bagi manusia.
“Perilaku sembrono masyarakat yang tidak mengikuti rekomendasi pihak berwenang dapat membahayakan nyawa,” kata Nadia Jdaini, juru bicara lembaga itu. Meski dilarang, perilaku penduduk tak juga berubah. Kadang-kadang mereka membawa anak untuk berfoto bersama Freya.
Perhatian berlebihan penduduk Oslofjord membuat kesehatannya menurun, kata Jdaini. Dia menyebutkan bahwa jika walrus Freya tak cukup istirahat, dia akan stres dan potensial berkonflik dengan manusia. Direktorat Perikanan mengumumkan akan melakukan euthanasia (suntik mati) jika penduduk tetap berkerumun di sekitar walrus.
Ketika imbauan berulang-ulang pada publik untuk menjaga jarak dari walrus Freya tak juga diindahkan, pemerintah akhirnya bersungguh-sungguh menyuntiknya hingga mati pada 14 Agustus 2022. “Keputusan untuk euthanasia diambil usai evaluasi global terhadap ancaman pada keamanan manusia..” kata Kepala Direktorat Perikanan Norwegia, Frank Bakke-Jensen, dalam sebuah pernyataan.
“Kami dengan hati-hati memeriksa semua solusi yang mungkin. Kami menyimpulkan bahwa kami tidak dapat menjamin kesejahteraan hewan dengan cara apa pun yang tersedia," katanya. Keputusan tersebut menimbulkan pro dan kontra di Norwegia.
Sampai-sampai Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre memberikan pernyataan: “Saya mendukung keputusan euthanasia walrus Freya. Ini keputusan tepat. Kadang-kadang, kami harus membuat keputusan yang tidak populer,” katanya.
Para aktivis lingkungan mengkritik keputusan Norwegia yang dianggap terburu-buru membunuh walrus Freya. Mereka menilai seharusnya ada upaya "lebih" menertibkan penduduk, misalnya dengan denda untuk orang yang mendekati hewan liar. “Sangat menyedihkan bahwa hewan harus disuntik mati, karena manusia tidak berlaku pantas,” kata ahli biologi, Rune Aae.
Per Espen Fjeld, zoologis negeri itu, sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi cepat atau lambat. Alasannya, “Anda tidak bisa mencegah 1,6 juta orang tidak berenang di Oslofjord,” katanya. “Jika Anda berenang lalu muncul walrus dalam jarak semeter lalu tersenggol sedikit oleh hewan yang bobotnya 600 kg, apa yang akan terjadi.”
Sebelum Freya menjadi bintang, ada walrus jantan liar yang juga menjadi bintang media. Masyarakat menyebutnya Wally. Usianya juga lima tahun. Tapi nasibnya lebih baik ketimbang Freya.
Wally pertama kali menarik perhatian publik ketika terlihat di Pulau Valentia, Irlandia pada 14 maret 2021. Selama tiga bulan berikutnya, dia berkelana ke pesisir Wales, pesisir Cornwall, Inggris. Lalu terus berenang ke selatan. Dia sampai ke La Rochelle, Prancis, bahkan mencapai pesisir Bilbao di Spanyol.
Setelah itu dia kembali ke utara, di mana setiap penampakannya menjadi berita di media arus utama dan media sosial. Pada September 2021, Wally yang bobotnya mencapai 800 kilogram itu terlihat tidur siang di pesisir Islandia. Namun pada 14 April 2022, dia terlihat ada di Wales.
Meski sudah lewat setahun dari kemunculannya, Wally masih mendapat perhatian yang sama. Selalu ada media local yang mengikutinya dan merekamnya setiap saat. Polisi wilayah Wales sampai memasang barrier untuk menjaga jarak antara publik dan Wally.
Imbauan untuk menjaga jarak telah disampaikan, tetapi tetap saja orang-orang sekitar berkerumun mendekati mamalia 800 kilogram menggunakan jetski, kayak hingga papan seluncur. Semoga saja nasibnya tak semalang Freya.
Walrus pada dasarnya adalah hewan sosial. Mereka membentuk kawanan, di mana kelompok pejantan dan betina terpisah secara alami. Pada usia tujuh tahun, walrus matang secara seksual dan akan berkembang biak. Ketika Freya dan Wally berubah menjadi hewan soliter yang tumbuh dan berkembang terpisah dari kawanan, ini menimbulkan banyak pertanyaan baru.
Walrus bisa terpisah dari kawanan ketika mencari makanan. Ketika ibu walrus stres, dia juga bisa meninggalkan anaknya sebelum masa menyapih tiba. Tapi, perubahan iklim dan hilangnya habitat, yang merupakan faktor antropogenik lebih mungkin menjadi penyebab Freya dan Wally berenang solo.
Ketika hewan berubah dari siklus alaminya, mereka akan mencoba hidup berdampingan dengan manusia di pesisir, perilaku manusia masih menjadi ancaman yang berujung pada kematian paksa hewan. Seperti yang dilakukan walrus Freya di Norwegia.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :