Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 20 Agustus 2022

Bersiap Menyambut Endemi Covid-19

BNPB menyebutkan ada dua modal utama mencapai endemi Covid-19. Apa saja?

Endemi Covid-19

SETELAH tiga tahun mengarungi pandemi Covid-19 yang memukul pelbagai sendi kehidupan, bisakah kita bernapas legal menyambut endemi Covid-19? Apa saja syaratnya?

Jumlah infeksi terus menurun setelah tiga gelombang Covid-19 menghantam sejak 2020. Pelbagai varian virus Covid-19 silih berganti, dari kuat menjadi lemah, seiring vaksinasi yang meluas dan kekebalan komunitas yang meningkat.

Konstruksi Kayu

Wiku Adisasmito, tim pakar dan juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, mengatakan setidaknya ada dua modal mencapai endemi Covid-19, yaitu modal kolektif dan individu. Modal kolektif di antaranya adalah kekebalan komunitas dari vaksinasi dan infeksi alamiah. 

Hasil survei pada bulan Juli 2022 menunjukkan bahwa 98,7% masyarakat sudah memiliki antibodi. Namun antibodi memiliki jangka waktu sehingga perlu penguat agar keduanya tetap cukup dalam tubuh. Vaksinasi penguat (booster) menjadi penting untuk setiap orang yang memenuhi kriteria kesehatan.

Berikutnya adalah ketersediaan vaksin. Indonesia perlu memanfaatkan stok vaksin khususnya pemerintah daerah. Masyarakat mesti proaktif mendapatkan vaksin di fasilitas-fasilitas kesehatan dekat rumah mereka. "Targetnya adalah pemenuhan dosis vaksin secara lengkap," ujar Wiku dalam Pers Rilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Selanjutnya modal mencapai endecmi Covid-19 adalah ketersediaan pengobatan. Masyarakat harus manfaatkan pelayanan yang ada untuk pemeriksaan pribadi seperti testing saat merasa bergejala atau setelah kontak dengan pengidap Covid-19. Pelayanan perawatan serta pengobatan saat sakit dan setelah sembuh juga harus ditaati untuk mencegah efek samping Covid-19 atau long covid.

Modal keempat adalah kebijakan sektoral yang lebih spesifik. Seluruh unsur di masyarakat wajib mendukung pembentukan dan implementasi kebijakan Covid-19 terkait mobilitas protokol kesehatan maupun koordinasi pemerintah sampai tingkat daerah wajib membuat kebijakan yang satu narasi dengan apa yang ditetapkan secara nasional.

"Akademisi bisa mendukung pembentukan kebijakan yang berbasis sains atau ilmu pengetahuan. Media terus membantu menjelaskan isi kebijakan secara berimbang kepada publik. Swasta mampu mendukung berbagai upaya pengendalian dan implementasi kebijakan di sektornya masing-masing," terang Wiku.

Sementara modal individu adalah disiplin dengan kebijakan protokol kesehatan. Modal individu antara lain perilaku hidup bersih dan sehat dalam berbagai aktivitas.

Selain itu proteksi maksimal oleh populasi berisiko atau rentan terinfeksi. Proteksi maksimal yang dilakukan saat beraktivitas misalnya menjauhi keramaian maupun penggunaan masker dua lapis terakhir adalah modal yang tidak boleh dilupakan oleh tiap masing-masing individu.

"Kita perlu menjadikan pembelajaran Covid-19 untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan untuk Indonesia yang lebih sehat," kata Wiku. Dengan pelbagai modal tersebut kita bisa siap memasuki endemi Covid-19, yakni hidup normal bersama virus.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain