Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 23 Agustus 2022

Agar Cacar Monyet Tak Jadi Pandemi

Satu orang WNI yang baru tiba dari luar negeri terkonfirmasi positif cacar monyet. Indonesia siapkan vaksinasi massal.

Bentuk cacar monyet

KEMENTERIAN Kesehatan memastikan seorang laki-laki warga Indonesia terkonfirmasi terinfeksi cacar monyet (monkeypox). Laki-laki berusia 27 tahun itu baru tiba pada 8 Agustus 2022 setelah perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis. “Saat ini pasien dalam keadaan baik, tidak sakit berat. Cacar atau ruam-ruamnya di muka, di telapak tangan dan kaki," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam keterangan pers.

Syahril menjelaskan pasien mulai mengalami gejala awal cacar monyet tiga hari setelah tiba di Indonesia. Pasien baru terkonfirmasi positif pada 19 Agustus 2022. Berdasarkan pemeriksaan, laki-laki tersebut tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan cukup isolasi mandiri.

Konstruksi Kayu

Cacar monyet merupakan penyakit endemik di benua Afrika. Pada tahun ini penyakit ini mewabah di negara-negara Eropa dan terus menyebar ke penjuru dunia. Pada akhir Juli lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan status penyakit ini sebagai darurat perhatian internasional.  

Penyakit ini memang sangat jarang menyebabkan kematian, tetapi pola wabah dan penularan yang berbeda dari sebelumnya, dan tingginya jumlah penderita yang terpapar di berbagai negara menjadi perhatian dunia. Pada 22 Agustus 2022, tercatat ada 41.358 kasus cacar monyet di 94 negara.

Menurut WHO, cacar monyet menyebar melalui kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam cacar monyet. Kontak erat ini termasuk kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual.

Lingkungan juga dapat menularkan virus cacar monyet, misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan. Orang lain yang menyentuh barang-barang ini kemudian dapat terinfeksi.  Menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk juga bisa menularkan penyakit cacar monyet (transmisi fomite).

Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, tetesan pernapasan, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek. Virus ini juga dapat menyebar dari seseorang yang hamil ke janin, setelah lahir melalui kontak kulit ke kulit, atau dari orang tua dengan cacar monyet ke bayi atau anak selama kontak dekat.

Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Bedanya, cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati). Gejala berlangsung dari 2-4 pekan.

Syahril menjelaskan bahwa kasus cacar monyet telah ditindaklanjuti Dinas Kesehatan DKI Jakarta bersama Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes untuk melakukan pengawasan kepada masyarakat atau kontak erat dari pasien. "Pemantauan intensif di seluruh pintu masuk Indonesia yang berhubungan langsung kepada negara-negara yang sudah melaporkan cacar monyet juga sudah dilakukan," kata Syahril.

Saat ini, pemeriksaan PCR untuk monkeypox baru bisa dilakukan di dua tempat, yakni laboratorium rujukan nasional BKPK Kemenkes dan laboratorium IPB. Tengah berlangsung penambahan 10 laboratorium untuk melakukan pemeriksaan PCR. Ada pula beberapa rumah sakit yang sudah bisa melakukan PCR.

Kementerian Kesehatan telah menyiapkan 1.200 reagen untuk pemeriksaan cacar air. "Pemeriksaan PCR monkeypox dilakukan dengan swab pada ruam-ruam yang ada di tubuh pasien,'" kata Syahril.

Terapi perawatan klinis cacar monyet harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Pasien harus diberi cairan obat dan makanan untuk mempertahankan gizi yang memadai.

Infeksi bakteri sekunder yang muncul akibat cacar monyet harus diobati sesuai indikasi. Antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar dilisensikan oleh European Medicines Agency (EMA) untuk monkeypox pada tahun 2022 berdasarkan data pada penelitian pada hewan dan manusia.

Tecovirimat belum tersedia secara luas. Jika digunakan untuk perawatan pasien, tecovirimat harus dipantau dalam konteks penelitian klinis dengan pengumpulan data prospektif.

Terkait vaksinasi, WHO belum memberikan rekomendasi untuk vaksinasi massal dalam menghadapai cacar monyet. Ada dua atau tiga negara yang sudah melakukan vaksinasi. Indonesia juga sedang memproses untuk pengadaannya melalui rekomendasi dari Badan Pengawar Oobat dan Makanan.

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain