GELOMBANG panas yang melanda bagian bumi belahan utara memicu krisis energi di sejumlah negara. Di Cina, gelombang panas membuat sungai Yangtze mengering menyebabkan sejumlah pabrik besar berhenti operasi. Di beberapa wilayah di Cina, seperti di Sichuan, 80% pembangkit listrik berasal dari tenaga air.
South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa pabrik Toyota, Foxconn, dan Tesla menghentikan operasi sementara selama dua pekan terakhir. Mereka kekurangan pasokan listrik karena sungai mengering.
Sebelumnya, pemerintah provinsi setempat telah memberikan peringatan gelombang panas "sangat parah" yang akan berdampak pada aliran air ke waduk pembangkit listrik turun setengahnya. Padahal permintaan listrik justru naik 25% setelah pandemi Covid-19 mereda.
Berkurangnya air di Sungai Yangtze juga mempengaruhi kota-kota di hilir seperti Chongqing dan Provinsi Hubei. Yangtze adalah sungai terbesar ketiga dunia yang menjadi sumber air minum bagi lebih dari 400 juta orang.
Selain krisis listrik, krisis air bersih juga membayangi. Otoritas Cina memastikan listrik dan air bersih tersedia mengingat sejumlah wilayah mendekati musim panen untuk tanaman intensif air seperti beras dan kedelai
Air minum telah diangkut dengan truk ke daerah-daerah permukiman yang telah benar-benar kering. Temperatur tinggi pada bulan Juli menyebabkan kerugian ekonomi langsung sebesar 2,73 miliar yuan (£ 340 juta) yang berdampak pada hidup 5,5 juta orang.
Di kota Chongqing, permukaan air turun untuk mengungkapkan patung Buddha yang sebelumnya tenggelam yang diperkirakan berusia sekitar 600 tahun. Di Amerika Serikat, turunnya permukaan air mengungkapkan mayat-mayat di danau Mead. Di antaranya merupakan korban pembunuhan dari tahun 1970.
Gelombang panas dan kekeringan juga menyebabkan krisis air bagi 24 juta penduduk di Amerika Serikat bagian barat yang bergantung pada danau Mead dan danau powell—dua reservoir terbesar yang menampung air dari sungai Colorado.
Negara bagian California meminta penduduk untuk mengurangi penggunaan listrik seiring gelombang panas. Terutama di jam-jam kritis antara pukul 16.00-21.00 waktu setempat ketika permintaan memuncak dan pembangkit listrik tenaga surya surut. Gelombang panas dan kekeringan juga berdampak pada penurunan air di Sungai Rhine dan Loire di Jerman dan Prancis.
Dampak langsung dari berkurangnya listrik kini mengancam komitmen perubahan iklim. Pekan lalu wakil perdana menteri Cina Han Zheng mengatakan pemerintah akan meningkatkan dukungan untuk produksi listrik berbahan bakar batu bara. Padahal Cina telah berjanji mencapai net zero emisssions atau karbon netral pada 2060.
Gelombang panas yang terjadi hari ini sungguh ironis karena memicu krisis energi. Krisis iklim telah membuat sungai mengering. Padahal, sungai selalu dianggap sebagai sumber energi terbarukan untuk menggerakkan turbin yang menjadi sumber energi. Energi terbarukan adalah cara kita terhindar dari pemanasan global penyebab gelombang panas.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :