DI Asia, nasi telah menjadi sumber karbohidrat utama. Padahal, ada sumber karbohidrat alternatif yang lebih sehat dibanding nasi. Apa itu?
Beras, bahan baku nasi, umumnya dihasilkan dari lahan pertanian. Lahan pertanian menjadi masalah di era krisis iklim karena melepas emisi karbon, baik dari pembukaan hutan maupun proses pertaniannya. Apalagi jika pertanian memakai pestisida mengusir hama. Selain merusak tanaman dan mikroorganisme, pestisida juga merusak tanah yang berperan penting mengikat karbon.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi beras nasional pada 2019 sebesar 72% dari 27,7 juta ton ada di rumah tangga. Artinya sebagian besar masyarakat masih mengkonsumsi beras untuk memenuhi kebutuhan karbohidratnya.
Kebutuhan akan beras yang besar ini menyebabkan permintaan yang cukup besar di pasaran. BPS mencatat pada 2020 impor beras Indonesia sebesar 356,2 ribu ton beras senilai US$ 195.409. Meskipun jenis beras ini khusus, yakni untuk konsumsi hotel dan restoran, bukan beras untuk konsumsi umum. International Rice Research Institute (IRRI) menyatakan Indonesia bisa mempertahankan swasembada beras 2019-2021.
Menurut Evrizal A. M. Zuhud, guru besar IPB University, pertanian yang ramah lingkungan sebagai solusi iklim mesti datang dari konsumen, yakni mengubah pola konsumsi karbohidrat. Perlu ada sumber karbohidrat alternatif pengganti beras.
Sumber karbohidrat selain beras di Indonesia sangat melimpah. Evrizal mengatakan ada banyak jenis makanan penghasil karbohidrat yang umum diketahui masyarakat, seperti singkong, kentang, jagung, sagu, sorgum. Setiap daerah di Indonesia memiliki sumber karbohidrat yang khas dan beragam.
Evrizal mengatakan bahwa ada banyak jenis makanan penghasil karbohidrat lain yang belum banyak diketahui masyarakat. Antara lain talas, sukun, pisang, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sumber karbohidrat alternatif yang berasal dari buah.
Salah satu sumber karbohidrat yang baik bagi tubuh adalah umbi-umbian. Selain jumlah jenis yang melimpah di Indonesia, umbi-umbian juga memiliki komposisi kandungan karbohidrat yang cenderung lebih tinggi dari pada nasi.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tandulako menunjukkan persentase kandungan karbohidrat pada umbi talas sebesar 23,68%. Sementara persentase kandungan karbohidrat pada nasi hanya 10,72%.
Dengan perbedaan persentase yang cukup signifikan ini harusnya umbi-umbian bisa menjadi sumber karbohidrat alternatif pengganti nasi mengingat jumlah dan jenisnya sangat berlimpah di Indonesia.
Melimpahnya komoditas subtitusi beras harusnya menjadi kekuatan penuh Indonesia dalam ketahanan pangan nasional. Kekhawatiran masyarakat mengenai pangan dapat lebih diredam apabila komoditas penting seperti ini dapat dimanfaatkan secara kreatif dan maksimal.
Sorgum juga bisa menjadi sumber karbohidrat alternatif yang bisa setara beras (baca kalkulasinya di sini). Sorgum bisa ditanam di lahan kering sehingga tidak memperlukan lahan pertanian basah yang banyak melepas emisi ketika dibudidayakan.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :