BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan suhu Indonesia rata-rata selama bulan Agustus 2022 lebih panas 0,35o Celsius dibandingkan suhu udara pada Agustus periode 1991-2020. "Ini anomali tertinggi ke-5 sepanjang periode data pengamatan sejak 1981,” tulis BMKG dalam keterangan pers pada 6 September 2022.
Data tersebut diperoleh dari 87 stasiun pengamatan BMKG. Berdasarkan data periode 1991-2020, suhu udara normal pada Agustus di Indonesia adalah sebesar 26,46C. Sementara suhu udara rata-rata Agustus 2022 adalah 26,8C yang menunjukkan anomali positif.
Selisih suhu Indonesia rata-rata bulan Agustus 2022 dengan bulan Juli 2022 turun (negatif) di wilayah Pulau Sumatera dan sebagian barat Kalimantan. Namun suhu naik di wilayah Jawa sampai Indonesia timur.
Peningkatan suhu Indonesia terbesar tercatat di Stasiun Meteorologi Eltari di Kupang, yaitu 1,3C. Penurunan suhu terbesar di Stasiun Meteorologi Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, sebesar -0,6C.
BMKG mencatat bahwa 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,8C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020. Di Indonesia, tahun 2020 dan 2019 berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C dan 0.6 °C.
Pemanasan global membuat suhu udara rata-rata tahunan semakin panas. Data observasi BMKG sejak 1981-2018 menunjukkan adanya tren kenaikan suhu sekitar 0,03C setiap tahun. Sehingga dalam 30 tahun, ada potensi setidaknya kenaikan sebesar 0,9C.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Mei lalu menyatakan peluang bumi mencapai suhu rata-rata tahunan 1,5C dibanding era praindustri 1800-1850 kini seimbang atau 50 berbanding 50. Karena itu suhu tahunan antara 2022-2026 diperkirakan akan mencetak rekor terpanas dan menggeser tahun 2016 dari peringkat teratas, yakni 1,1-17C.
BACA: Apa yang Terjadi Jika Suhu Bumi Naik 2C
Berdasarkan pembaruan iklim tahunan yang diproduksi Kantor MET Inggris dan WMO, ada 93% peluang suhu rata-rata tahunan dalam lima tahun ke depan (2022-2026) lebih tinggi dalam lima tahun terakhir (2017-2021).
Kenaikan suhu 1,5C merupakan indikator di mana dampak perubahan iklim sangat berbahaya bagi manusia. Gelombang panas pada bulan Maret menerpa India dan Pakistan, lalu bergeser ke belahan bumi utara yang hingga saat ini belum reda.
Gelombang panas di Cina mencapai puncak dengan kenaikan suhu rata-rata sebesar 1,2C, lebih tinggi dibandingkan suhu normal bulan Agustus. Kenaikan suhu ini menyebabkan kekeringan yang berdampak pada penurunan volume sungai Yangtze dan mengancam panen raya dan mematikan industri karena tak mendapat pasokan listrik tenaga air.
Di Amerika Serikat bagian barat, gelombang panas juga menurunkan tinggi muka air permukaan reservoir utama. Penurunan ini juga berdampak pada ketahanan energi yang selama ini dipasok menggunakan PLTA. Dampaknya terjadi pemadaman bergilir.
BACA: Bahaya Krisis Iklim Bagi Indonesia
Anomali suhu Indonesia ini semakin menunjukkan pemanasan global dan krisis iklim begitu nyata. Para ahli menyatakan kenaikan suhu bumi 1,5C dibanding masa praindustri sebagai puncak krisis iklim dan 2C pada akhir abad. Namun, berdasarkan perhitungan terbaru dan melihat kenaikan suhu semakin cepat, puncak krisis iklim diperkirakan terjadi pada 2040.
Pemanasan global terjadi akibat produksi emisi karbon yang berlebih. Kerusakan bumi membuat emisi tak terserap sehingga menjadi gas rumah kaca yang menumpulkan kemampuan atmosfer menyerap panas itu. Akibatnya, panas kembali ke bumi menaikkan suhu secara pelan-pelan.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :