SEBELUM mengumumkan kembali kesepakatan kerja sama perdagangan karbon pada 12 September 2022, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menanam mangrove bersama Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Espen Barth Eide sehari sebelumnya. Keduanya memilih mangrove Panajam Paser Utarad di Kalimantan Timur, lokasi ibu kota Nusantara.
"Ini salah satu spot kerja Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)," kata Menteri Siti. "Rehabilitasi mangrove adalah bagian dari upaya kami mengatasi degradasi lahan. Kami akan berdiskusi tentang rehabilitasi mangrove dan Indonesia FOLU Net Sink 2030."
Menteri Eide menambahkan bahwa ekosistem mangrove serta kawasan hutan pada umumnya memiliki peran yang sangat penting bagi seluruh dunia, sebagai pengendali dampak krisis iklim karena menyerap emisi sebelum berubah menjadi gas rumah kaca yang mengotori atmosfer.
Lokasi penanaman mangrove di Desa Sotek, salah satu wilayah kerja BRGM dalam percepatan rehabilitasi mangrove. Desa ini berlokasi di Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU. Tahun lalu, luas wilayah yang direhabilitasi mencapai 65 hektare. Status hutan mangrove di Desa Sotek merupakan areal penggunaan lain (APL), wilayah yang kendali perubahannya ada di pemerintah daerah.
Kepala BGRM Hartono mengatakan penanaman ini merupakan dukungan bagi Indonesia dalam rehabilitasi mangrove. "Rehabilitasi mangrove berperan besar dalam memulihkan ekosistem yang rusak, sehingga bisa kembali menyerap dan menyimpan karbon. Ekosistem mangrove memegang peranan kunci dalam pemenuhan target NDC Indonesia," kata Hartono.
Sebelumnya, mangrove di Desa Sotek rusak akibat penebangan ilegal serta konversi hutan mangrove menjadi tambak udang. Masyarakat sekitar juga kerap memanfaatkan mangrove dengan mengolah menjadi arang agar lalu menjualnya. Tahun ini, target rehabilitasi mangrove di Desa Sotek seluas 20 hektare.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan mangrove terbesar di dunia. Berdasarkan peta Mangrove Nasional pada 2021, luas hutan mangrove Indonesia 3.364.080 juta hektare.
Dari luas itu, mangrove yang masih lebat seluas 3.121.240 hektare atau 92,78%, mangrove sedang seluas 188.366 hektare (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 hektare (1,62%).
Pemerintah juga menghitung potensi area mangrove sebesar 756.183 hektare yang terdiri dari area terabrasi 4.129 hektar e(0,55%), lahan terbuka 55.889 hektare (7,39%), mangrove terabrasi 8.200 hektare (1,08%), tambak 631.802 hektare (83,55%), dan tanah timbul 56.162 hektare (7,43%).
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling efektif menangkap, menyerap, dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer yang dikenal dengan nama karbon biru (blue carbon). Mangrove menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam biomassa dan tanah organik yang membuatnya tetap stabil.
Ekosistem mangrove yang terjaga bisa menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak dari hutan terestrial atau hutan daratan. Karbon yang tersimpan di ekosistem mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3 miliar ton setara CO2.
Sementara karbon yang tersimpan di mangrove dan padang lamun di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 3,4 miliar ton setara CO2 atau sekitar 17% dari simpanan karbon biru dunia.
Indonesia-Norwegia pernah menjalin kerja sama perdagangan karbon pada 2010 melalui kerja sama pengurangan emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD+). Namun, kerja sama ini kandas pada 2021 melalui nota diplomatik yang dikirimkan Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Rehabilitasi mangrove menjadi satu andalan dalam kerja sama perdagangan karbon Indonesia-Norwegia kali ini.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :