LAPORAN PBB terbaru dalam United in Science menunjukkan ambisi mencegah suhu bumi naik 1,5° Celsius pada 2030 semakin jauh dari kenyataan. Laporan itu menyebutkan bahwa pemanasan global konsentrasi gas rumah kaca terus naik dari waktu-ke-waktu sejak kesepakatan global menurunkan emisi karbon dalam Perjanjian Paris 2015.
Bahkan tingkat emisi bahan bakar fosil yang sempat turun 5,4% pada 2020—karena pandemi dan pembatasan aktivitas (lockdown)—kini naik di atas tingkat emisi karbon sebelum pandemi Covid-19.
Berkurangnya emisi CO2 pada 2020 ternyata juga hanya berdampak kecil pada pertumbuhan konsentrasi di atmosfer. "Laporan United in Science tahun ini menunjukkan dampak iklim menuju ke wilayah kehancuran yang belum terpetakan," kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada 13 September 2022. "Namun setiap tahun kita menggandakan kecanduan pada pemakaian bahan bakar fosil ketika gejalanya memburuk dengan cepat."
Data awal dari laporan tersebut menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) global pada Januari hingga Mei 2022 adalah 1,2% di atas periode yang sama pada 2019. Peningkatan emisi ini didorong oleh naiknya pemakaian bahan bakar fosil di Amerika Serikat, India dan sebagian besar negara Eropa. Baha bakar fosil adalah sumber energi yang digali dari bunyi seperti minyak, gas, dan batu bara.
Data dari seluruh lokasi global, termasuk observatorium unggulan di Mauna Loa (Hawaii, AS) dan Cape Grim (Tasmania, Australia) menunjukkan kadar gas CO2 terus meningkat pada tahun 2021 dan 2022. Pada Mei 2022, konsentrasi CO2 di atmosfer yang tercatat di Mauna Loa mencapai 420,99 part per million (419,13 ppm pada 2021) dan Cape Grim 413,37 ppm (411,25 ppm pada Mei 2021).
Laporan itu juga mencatat seperempat emisi gas rumah kaca saat ini berasal dari penggunaan lahan untuk perdagangan makanan antar negara. Sementara tiga perempatnya berasal dari pembukaan lahan untuk pertanian dan penggembalaan.
"Sehingga untuk mencegah suhu bumi naik 1,5C sebelum tingkat pra industri (1850-1900) perlu upaya tujuh kali lebih tinggi,” tulis laporan yang dipublikasikan pada 13 September 2022.
Untuk mencegah suhu bumi naik ke 2C saja, tulis laporan itu, upaya saat ini masih perlu dilakukan untuk mencegah pemanasan bumi sebesar empat kali lebih tinggi. Dengan usaha-usaha mitigasi krisis iklim dari seluruh negara saat ini, kenaikan suhu bumi akan mencapai 2,5C-2,8C.
Laporan itu menyebutkan bahwa tujuh tahun terakhir, 2015 hingga 2021, merupakan rekor tahun terpanas dengan suhu rata-rata global 2018-2022 (berdasarkan data Mei/Juni 2022) diperkirakan 1,17 ± 0,13C di atas rata-rata tahun 1850–1900. "La Niña memiliki sedikit efek pendinginan pada suhu pada tetapi ini akan bersifat sementara,” tulis laporan itu.
Sekitar 90% dari akumulasi panas di sistem bumi disimpan di lautan. Laporan itu menulis bahwa kandungan panas lautan untuk 2018–2022 lebih tinggi daripada periode lima tahun lainnya, dengan tingkat pemanasan lautan menunjukkan peningkatan yang sangat kuat dalam dua dekade terakhir.
United in Science merupakan laporan multi-lembaga PNN terkait perubahan iklim, dampak dan tanggapannya. Laporan ini menekankan tindakan mendesak untuk mengurangi emisi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Laporan ini mencakup masukan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Program Lingkungan PBB (UNEP), Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNDDR), Proyek Karbon Global (GCP) dan Kantor Meteorologi Inggris (MET UK). Laporan United in Science ini juga mencakup penilaian keenam atas laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), panel ilmuwan di bawah PBB.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :