UNTUK pertama kalinya, Rafflesia arnoldii mekar di Kebun Raya Bogor pada 12 September 2022. Bunga padma raksasa yang mekar ini adalah Rafflesia arnoldii yang ditanam di luar habitatnya, yakni hutan Bengkulu dan Lampung, pada 2006.
Rafflesia arnoldii pertama kali ditemukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Stanford Raffles dan ahli botani Joseph Arnold pada 1818 di hutan dekat sungai Manna, Lubuk Tapi, Bengkulu Selatan. Baru pada 1821 tanaman ini dipublikasikan dalam Transaction of the Linnean Society. Nama Raflessia arnoldii, yang merujuk pada nama Raffles dan Arnold, baru diresmikan pada 1850.
Raffles berusaha membawa tanaman itu ke Kebun Raya Bogor. Ia menugaskan seorang peneliti Belanda pada 1850 untuk coba mengembangkan padma raksasa di Bogor. Berdasarkan arsip catatannya, usaha orang Belanda itu berhasil. Akan tapi penemuannya tidak terdokumentasi secara baik sehingga informasinya diragukan.
Setelah itu tidak ada catatan atau penelitian yang menerangkan bagaimana padma raksasa bisa dikembangkan secara ex-situ atau di luar habitatnya. Pada 2006, peneliti Kebun Raya Bogor coba mengembangbiakkannya di kebun raya dan kini berhasil mekar. “Ini capaian yang besar bagi ilmu pengetahuan,” kata Sofi Mursidawati, periset dan kurator koleksi Rafflesia Kebun Raya Bogor kepada Forest Digest pada 17 September 2022.
Menurut Sofi, langkah awal pengembangbiakan padma raksasa di Kebun Raya Bogor sebenarnya dimulai pada 2004 dengan riset awal mengamati perkembangbiakan Rafflesia arnoldii di luar habitatnya. Ada ekspedisi lapangan untuk melihat perilaku padma raksasa di alam sekaligus mengambil biji padma raksasa tersebut sebagai bibit. Ekspedisi penelitian dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Pada 2006, Sofi dan tim mulai melakukan inokulasi biji padma raksasa di pohon inang. Pohon inang inokulasi Rafflesia arnoldii berjenis Tetrastigma lanceolarium dengan nama lokal akar bunut. Akar bunut ditanam dari hasil pertukaran tanaman (seed exchange) dari Florida yang ditanam pada 22 Januari 1953.
Pemilihan inang tersebut bukan tanpa dasar. Di alam, kata Sofi, padma raksasa melakukan asosiasi dengan akar bunut. Asosiasi antar keduanya sangat unik. Padma raksasa berperan sebagai parasit. Uniknya, sebagai parasit, bunga Rafflesia arnoldii bisa mencapai 100 sentimeter, berbeda dengan parasit umumnya yang lebih kecil dibanding pohon inangnya.
Sebagai parasit, Rafflesia arnoldii akan mengambil makanan dari pohon inang. Bagi hidup parasit umumnya mereka mengambil makanan dari inang seiring pertumbuhan. Semakin besar semakin banyak makanan inang yang ia ambil. Rafflesia arnoldii sebaliknya.
Walau pun ukurannya lebih besar dari inang, Rafflesia arnoldii pintar mengelola harmoni dengan inangnya. Ia tumbuh dan hidup secara seimbang dengan inang sehingga keduanya tumbuh bersama. “Ini yang menjadi pesona bagi kalangan akademisi,” kata Sofi.
Keunikan cara hidup Rafflesia arnoldii ini yang membuat ia tumbuh sangat lambat. Ia harus berbagi makanan secara seimbang dengan inang.
Setelah inokulasi ke akar bunut tahun 2006, padma raksasa baru mengeluarkan bakal bunga (knop) pada 2022. Ada 5-6 bakal bunga Rafflesia arnoldii yang tumbuh di Kebun Raya Bogor. Namun yang segar hanya ada 3, satu sudah mekar dan dua lagi masih kuncup. “Jadi sebetulnya ini masih keberhasilan tumbuh yang semu,” kata Sofi.
Bunga Rafflesia arnoldii di Kebun Raya Bogor berjenis kelamin betina. Padma raksasa adalah jenis bunga berumah dua (antara jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda) dan penyerbukannya bergantung pada agen polinator seperti lalat.
Ketiadaan bunga jantan di Kebun Raya Bogor tidak akan meneruskan keberhasilan pengembangbiakan ex-situ. “Artinya semua bergantung dari mekanisme kebaikan alam,” kata Sofi.
Keberadaan Rafflesia arnoldii sekaligus sebagai indikator lingkungan atau ekosistem yang masih bagus. Pemerintah memasukkannya sebagai spesies dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 4/2009 dan status IUCN masuk dalam daftar merah yang terancam punah.
Ada 33 jenis Rafflesia di dunia, 14 di antaranya tumbuh di Indonesia dan 11 di antaranya endemik Sumatera. Rafflesia lain tumbuh di Jawa Tengah, seperti Rafflesia patma di Nusakambang.
Karena itu, mekarnya Rafflesia arnoldii di kebun Raya Bogor menjadi satu tanda pelestariannya. “Dari pengamatan selama sepuluh tahun terakhir ini kitab isa belajar tentang pelestarian keanekaragaman hayati,” kata Soti. “Nilai kebun raya sebagai menjadi pusat konservasi tanaman langka seperti padma raksasa ini.”
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University
Topik :