KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa fenomena La Niña “triple-dip” menjadi ancaman banyak negara termasuk Indonesia. Apa itu La Niña triple drip/
“Masyarakat dan pemerintah pusat hingga daerah perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi basah seperti banjir bandang, angin kencang, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan lain sebagainya," kata Dwikorita dalam symposium BMKG - NOAA Partnership Workshop yang digelar virtual pekan lalu.
La Niña adalah fenomena mendinginnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bawah kondisi normalnya. Pendinginan suhu muka laut tersebut diikuti menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia sehingga menambah pertumbuhan awan hujan dan meningkatkan curah hujan di Asia Tenggara.
Fenomena ini sebenarnya sudah dimulai pada pertengahan 2020 dan diprediksi akan berlangsung hingga akhir 2022 dan kemungkinan berlanjut hingga awal 2023. Karena berlangsung tiga tahun berturut-turut, fenomena ini diberi nama La Niña "Triple Dip.”
Fenomena La Niña triple drip, secara umum, membawa dampak naiknya curah hujan di di Indonesia. Selain mewaspadai bencana hidrometeorologi basah, Dwikorita mengingatkan perlunya mewaspadai penyakit yang biasanya muncul di musim hujan: diare, demam berdarah, leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hingga penyakit kulit.
Dwikorita juga mengatakan bahwa BMKG berkolaborasi dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengantisipasi perubahan iklim.
Kolaborasi berupa observasi dan analisis guna meningkatkan akurasi informasi cuaca dan iklim di Indonesia. Ada pula workshop, seminar, simposium, dan berbagai pelatihan lain untuk pengembangan SDM.
Sebelumnya, BMKG kerap melakukan kerja sama rutin tahuna yaitu pelayaran ke Samudra Hindia untuk melakukan perawatan buoy serta melakukan pengukuran variabel laut hingga kedalaman 5.000 meter. Hasil dari pengukuran ini kemudian dianalisis bersama dan disajikan dalam tulisan ilmiah yang dipresentasikan dalam seminar internasional.
BMKG juga kembali mengeluarkan peringatan dini utntuk potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang hingga 21 Oktober 2022 untuk 24 provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Sebelumnya, BMKG telah merilis dua kali peringatan dini cuaca ekstrem sejak awal Oktober.
Juga fenomena terbentuknya siklus tropis Sonca di sekitar Laut Cina Selatan sebelah timur Vietnam bakal meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian utara ekuator. Sehingga BMKG perlu kembali memperpanjang peringatan dini cuaca ekstrem.
Dampak tidak langsung dari sistem bibit siklon tersebut adalah potensi hujan sedang-lebat dengan kilat, petir, dan angin kencang serta potensi gelombang tinggi, terutama di wilayah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka-Belitung, dan Kalimantan Barat.
Informasi lebih rinci hingga tingkat kecamatan bisa diakses lewat signature.bmkg.go.id.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :