ISU penting dan paling banyak dibicarakan dalam Konferensi Iklim COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, adalah ketahanan pangan. Pada 12 November 2022, bertepatan dengan hari adaptasi dan pertanian, Presiden COP27 Shameh Shoukry meluncurkan inisiatif Food and Agriculture for Sustainable Transformation (FAST).
Menurut Shoukry, sistem pertanian saat ini menyumbang sepertiga dari emisi gas rumah kaca global. Tingginya emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi menyebabkan krisis iklim.
Pemanasan global, kekeringan dan perubahan pola cuaca sebagai dampak dari perubahan iklim membuat banyak wilayah pertanian kini mengalami penurunan hasil panen.
Seperti yang dialami Pakistan setelah banjir bandang yang merendam lebih dari separuh tanah pertanian negeri ini, gelombang panas di India hingga kekeringan menahun yang dialami negeri-negeri di wilayah tanduk Afrika.
Krisis iklim secara tidak proporsional juga lebih berdampak pada komunitas rentan yang lebih sedikit menghasilkan emisi.
Melalui inisiatif FAST, negara-negara harus “mengubah” pertanian dan sistem pangan ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca agar dapat mempertahankan kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 1,5C dari sebelum masa industri (1800-1850) pada akhir dekade. Kenaikan suhu bumi melebihi target tersebut akan menimbulkan malapetaka iklim yang semakin mengancam ketahanan pangan global.
Perubahan sistem pangan yang akan difasilitasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) ini harus menghasilkan manfaat bagi alam, manusia dan ekonomi serta mencapai target Perjanjian Paris.
“Melalui inisiatif FAST, kami akan memobilisasi dunia untuk membuka aliran keuangan guna meningkatkan ketahanan iklim dan menerapkan transformasi yang sangat dibutuhkan di seluruh sistem pangan pertanian,” kata Shoukry.
Inisiatif ini harus dilakukan dengan segera, terutama untuk memenuhi kebutuhan mendesak negara berkembang pengimpor pangan. Isi inisiatif FAST menekankan pada tiga langkah tindakan:
Pertama adalah memberikan akses pembiayaan. Negara-negara akan diminta untuk mengumpulkan dan berbagi informasi terkini tentang tingkat pendanaan iklim saat ini untuk petani dan investasi dalam sistem pangan berkelanjutan. Mereka perlu mengidentifikasi kesenjangan keuangan khusus sub-sektor, serta tantangan dan peluang utama untuk menutupnya.
Berdasarkan hal ini, mereka perlu mengembangkan peta jalan untuk meningkatkan pembiayaan. Untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan menutup kesenjangan, kepresidenan COP27 telah menyatakan, negara-negara kemungkinan perlu membuat peluang pembiayaan multi-pemangku kepentingan lebih mudah diakses.
Selain memfasilitasi akses keuangan, FAST akan memfasilitasi arus informasi. Ada platform berbagi pengetahuan digital yang sedang dikerjakan. Platformini akan mencakup saran praktik terbaik dan studi gas metana serta informasi tentang masalah seperti metrik, pengukuran, dan investasi dalam teknologi baru.
Selain berkontribusi–dan menggunakan–alat ini, negara-negara akan berkolaborasi untuk mengembangkan pedoman dan sumber daya lainnya. Mereka juga akan membuat 'klaster' khusus berdasarkan minat anggota. Misalnya, klaster yang didedikasikan untuk tanaman atau wilayah tertentu.
Pilar ketiga dan terakhir dari FAST berkaitan dengan pembuatan kebijakan. Negara-negara yang berpartisipasi akan didorong untuk menilai peran sistem pangan dalam pembuatan kebijakan saat ini. Kemudian meningkatkan advokasi dan penjangkauan untuk memastikan semua pihak dalam sistem pangan terlibat dalam pembuatan kebijakan.
FAST akan mengadvokasi pembuatan kebijakan berbasis sains di tingkat nasional dan internasional sebagai tindak lanjut COP27 dalam program ketahanan pangan. “Kita perlu melakukan perombakan menyeluruh pada sistem pangan kita, yang merupakan cara lain untuk mengatakan hubungan kita dengan alam. Hanya ada satu cara untuk mencapai ini. Itu dapat diringkas dalam satu dunia: implementasi,” kata sekretaris eksekutif PBB untuk iklim, Simon Stiell.
Ikuti perkembangan terbaru ketahanan pangan di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumni Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia
Topik :