Kabar Baru| 20 November 2022
Apa Saja Hasil COP27
MESKI sangat normal Konferensi Iklim selalu molor dari jadwal, tapi COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, menjadi konferensi dengan waktu tambahan terlama. Butuh dua hari tambahan bagi delegasi hampir 200 negara menegosiasikan hasilnya.
Ada tiga area pembahasan diskusi yang alot: penghimpunan dana adaptasi krisis iklim, pembentukan penghimpunan dana kerugian dan kerusakan akibat bencana iklim (loss and damage), dan menyetop seluruh pemakaian energi fosil pada 2030.
Tiga masalah itu sangat alot dibahas. Negara-negara kaya dan industri besar yang tersasar oleh tiga hal penting mitigasi krisis iklim itu gencar melobi dan coba bersiasat. Para pelobi industri energi fosil tentu tak rela jika ladang bisnis mereka terhenti karena keputusan COP27.
Akhirnya, pada Minggu pagi waktu Mesir, Presiden COP27 Sameh Shoukry mengumumkan hanya dua masalah yang diadopsi sebagai hasil COP27. Penghentian pemakaian industri fosil yang diajukan India mentok dan hilang dari dokumen final hasil COP27.
Proposal India itu mengejutkan mengingat pada COP26 di Glasgow, India dan Cina menganulir penghentian pemakaian batu bara pada 2030. Seolah menebus dosa tahun lalu, India paling getol memasukkan penghentian seluruh energi fosil untuk masuk sebagai hasil COP27.
Berikut ini beberapa hasil COP27:
Dana kerugian dan kerusakan (loss and damage)
Dana ini mengacu pada hilangnya nilai ekonomi dan sosial akibat bencana iklim. Loss and damage menimpa negara-negara kecil dan berkembang yang memproduksi emisi karbon sangat kecil sebagai penyebab krisis iklim. Karena itu, COP27 meyakini negara kaya harus bertanggung jawab dengan kerusakan dan kerugian tersebut.
Meskipun belum jelas bentuknya, pembentukan dana kerugian dan kerusakan akibat bencana iklim ini sebagai hasil bersejarah COP. Digagas sejak empat tahun lalu, dana yang akan memaksa negara kaya dan industri penghasilan rumah kaca menanamkan dana mereka ke perhimpunan dana ini. “Ini hasil yang sangat maju,” kata Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell dalam pidato penutupan, 20 November 2022.
Sebagai awal PBB membentuk “komite transisi” yang akan membuat rekomendasi tentang cara mengoperasionalkan pengaturan pendanaan baru dan dana di COP28 tahun depan. Pertemuan pertama komite transisi berlangsung sebelum akhir Maret 2023.
Para pihak juga menyepakati pengaturan kelembagaan untuk mengoperasionalkan Santiago Network for Loss and Damage, untuk mengkatalisasi bantuan teknis bagi negara-negara berkembang yang sangat rentan terhadap dampak buruk krisis iklim.
Dana adaptasi iklim
Hasil COP27 adalah menyepakati cara menuju Tujuan Global untuk Adaptasi, yang akan berakhir di COP28 dan menginformasikan Global Stocktake pertama, meningkatkan ketahanan di antara yang paling rentan.
Ada kesepakatan baru US$ 230 juta Dana Adaptasi. Ikrar ini akan membantu lebih banyak komunitas yang rentan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim melalui solusi adaptasi yang nyata.
Presiden COP27 Sameh Shoukry mengumumkan Agenda Adaptasi Sharm el-Sheikh untuk meningkatkan ketahanan bagi orang-orang yang tinggal di komunitas yang paling rentan iklim pada 2030. Komite Tetap Perubahan Iklim PBB tentang Keuangan diminta untuk menyiapkan laporan tentang menggandakan pembiayaan adaptasi untuk dipertimbangkan pada COP28 di Uni Emirat Arab.
Ekonomi rendah karbon
Rencana Implementasi Sharm el-Sheikh menyoroti transformasi global menuju ekonomi rendah karbon yang membutuhkan investasi minimal US$ 4-6 triliun per tahun. Penyaluran dana ini membutuhkan transformasi sistem keuangan serta struktur dan prosesnya yang cepat dan komprehensif, melibatkan pemerintah, bank sentral, bank komersial, investor institusional, dan pelaku keuangan lainnya.
Apa kabar dana US$ 100 miliar?
Panitia COP27 mengakui bahwa negara-negara maju membandel untuk mengumpulkan dana US$ 100 miliar per tahun yang disepakati di COP26 Glasgow. Karena itu COP27 kembali mendesak negara maju, bank-bank pembangunan multilateral, dan lembaga keuangan internasional untuk segera mewujudkan pendanaan iklim tersebut.
Kesepakatan COP27
Meski alot, ada beberapa kesepakatan yang dihasilkan COP27 Mesir:
Mitigasi
- Pengurangan emisi gas rumah kaca global yang cepat, mendalam, dan berkelanjutan sebesar 43% pada 2030 relatif terhadap tingkat tahun 2019 untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C.
- Program kerja Mitigasi Sharm el-Sheikh untuk meningkatkan ambisi dan implementasi mitigasi.
Adaptasi
- Program kerja Glasgow–Sharm el-Sheikh tentang tujuan adaptasi global berkembang dengan kesimpulan yang akan terjadi di COP28.
- Para Pihak lebih mengintegrasikan air ke dalam upaya adaptasi untuk meningkatkan perlindungan, konservasi dan pemulihan ketahanan pangan, pertanian, air dan ekosistem terkait air, termasuk lembah sungai, akuifer dan danau.
Keuangan
- Kebutuhan mengubah sistem keuangan termasuk bank pembangunan multilateral dan lembaga keuangan internasional diminta untuk mereformasi praktik dan prioritas mereka, menyelaraskan dan meningkatkan pendanaan untuk memastikan akses yang disederhanakan dan mobilisasi pendanaan iklim dari berbagai sumber.
- Bank-bank pembangunan multilateral harus meningkatkan penyebaran pembiayaan iklim tiga kali lipat hingga 2025. Ini termasuk mengerahkan rangkaian lengkap instrumen dari hibah hingga jaminan dan instrumen non-utang, tanpa menambah beban utang.
Komitmen COP27
- Amerika Serikat akan menyumbang US$150 juta “sebagai uang muka” prakarsa membantu Afrika beradaptasi dengan perubahan iklim. Uang tersebut akan mempercepat pekerjaan di seluruh benua Afrika, untuk mendukung inisiatif Adaptasi di Afrika. Ini termasuk US$10 juta untuk mendukung peluncuran pusat adaptasi di Mesir – Pusat Pembelajaran dan Keunggulan Kairo untuk Adaptasi dan Ketahanan, yang diumumkan oleh Mesir, yang akan membangun kapasitas adaptasi di seluruh benua Afrika.
- Mesir menandatangani kemitraan program Nexus of Water-Food-Energy (NWFE) untuk mendukung implementasi inisiatif iklim dengan investasi senilai USD $15 miliar, termasuk proyek energi senilai US$10 miliar dan delapan proyek ketahanan pangan, pertanian, irigasi, dan air.
- Forum Hidrogen Terbarukan Hijau diluncurkan oleh Presiden Abdul Fattah el-Sisi dan Alexander De Croo, Perdana Menteri Belgia, untuk menemukan cara meningkatkan investasi dalam Hidrogen Hijau. Mitra GRHF meliputi: UNIDO, IRENA dan Dewan Hidrogen Hijau.
- G7 meluncurkan sistem asuransi baru untuk memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara rentan terdampak krisis iklim dengan nama Global Shield yang akan menerima dana awal 200 juta euro. Penerima awal pembiayaan ini termasuk Ghana, Pakistan, dan Bangladesh.
- Koalisi filantropi iklim mengumumkan investasi sebesar US$ 500 juta selama tiga tahun ke depan untuk mempercepat transisi energi yang adil dan merata di negara berpenghasilan rendah dan menengah, sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan dan menciptakan peluang ekonomi baru.
- Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat akan memperluas aturan metana 2021 sehingga mengharuskan pengebor untuk menemukan dan menyumbat kebocoran di semua satu juta lokasi sumur di negara itu dan mengurangi metana dari industri minyak dan gas sebesar 87% di bawah level 2005.
- Organisasi yang didukung negara Mesir dan UEA menandatangani kesepakatan untuk mengembangkan 10 GigaWatt tenaga angin dan 2 GW hidrogen hijau di Mesir.
- Uni Eropa dan empat negara anggotanya akan menyediakan lebih dari 1 miliar euro untuk adaptasi iklim di Afrika. Prancis, Jerman, Belanda, dan Denmark telah menandai titik awal dan yang lainnya sekarang diharapkan untuk bergabung dalam prakarsa tersebut, yang akan meningkatkan sistem peringatan dini, meningkatkan pendanaan untuk program adaptasi iklim internal, dan menciptakan sistem risiko dan asuransi baru.
- Kepresidenan Mesir meluncurkan serangkaian inisiatif sepanjang hari-hari bertema COP27 yang berfokus pada: keuangan, sains, pemuda, dekarbonisasi, pertanian, gender, air, masyarakat sipil, energi, keanekaragaman hayati dan solusi yang akan dilakukan tahun depan.
Meski baru komitmen, COP27 menjadi batu loncatan yang penting karena mitigasi krisis iklim terlihat dari janji kerja sama global sebelum tenggat puncak krisis iklim tercapai pada 2030.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :