Kabar Baru| 21 November 2022
Kesepakatan-Kesepakatan dalam COP27
SELAMA dua pekan, 6-20 November 2022, delegasi 197 negara berkumpul di padang gurun Sharm el-Sheikh, Mesir—sebuah kota pantai di tepi Laut Merah. Konferensi Iklim COP27 mempertemukan lebih dari 45.000 orang yang keluar masuk banyak arena konferensi.
Panitia COP27 mencatat ada lebih dari 50 acara utama, termasuk Prakarsa Afrika mengurangi emisi dan membangun ketahanan iklim, serta mobilisasi keuangan menangani dampak bencana iklim.
“Kami memiliki serangkaian tonggak sejarah di depan. Kita harus bersatu, dengan tekad, melalui semua proses, baik itu nasional, regional, atau lainnya seperti G20. Setiap tonggak penting dan membangun momentum,” kata Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif UNFCCC dalam pidato penutupan.
“Untuk pertama kalinya kami akan meninjau implementasi Perjanjian Paris. Itu akan secara independen mengevaluasi kemajuan yang telah kita buat dan apakah tujuan kita memadai. Ini akan menginformasikan apa yang perlu dilakukan setiap orang, setiap hari, di mana pun di dunia, untuk mencegah krisis iklim.”
Perjanjian Paris adalah konferensi iklim COP21 yang menjadi acuan dunia menahan kenaikan suhu bumi tak lebih 1,5C dibanding masa praindustri 1800-1850 pada 2030. Caranya dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 45% dari 40-50 miliar ton setara CO2 per tahun.
Stiell mengingatkan para delegasi dalam pleno penutup bahwa dunia berada dalam dekade kritis untuk aksi iklim. Sebuah laporan gamblang dari Perubahan Iklim PBB mendukung pernyataannya, serta diskusi selama konferensi dua minggu itu.
Menurut laporan tersebut, penerapan janji saat ini oleh pemerintah nasional menempatkan dunia pada jalur menuju kenaikan suhu bumi 2,5°C pada akhir abad ini.
Presiden COP27 Sameh Shoukry mengatakan: “Terlepas dari kesulitan dan tantangan zaman kita, perbedaan pandangan, tingkat ambisi atau ketakutan, kita tetap berkomitmen memerangi perubahan iklim,” katanya. “Kami mengambil keputusan politik penting menentukan yang diharapkan jutaan orang di seluruh dunia.”
Rangkuman beberapa hasil utama COP27 yang dirilis panitia:
Teknologi
COP27 meluncurkan program kerja lima tahun untuk mempromosikan solusi teknologi iklim di negara-negara berkembang.
Mitigasi
COP27 secara signifikan memajukan pekerjaan mitigasi. Program kerja mitigasi diluncurkan di Sharm el-Sheikh, yang bertujuan segera meningkatkan ambisi dan implementasi mitigasi. Program kerja akan dimulai segera setelah COP27 dan berlanjut hingga 2030, dengan setidaknya dua dialog global setiap tahun. Pemerintah tiap negara diminta meninjau kembali dan memperkuat target 2030 dalam rencana iklim nasional pada akhir 2023, serta mempercepat upaya menghentikan secara bertahap tenaga batu bara dan menghapus subsidi bahan bakar fosil yang tidak efisien.
Teks keputusan mengakui bahwa krisis energi global yang belum pernah terjadi sebelumnya menggarisbawahi urgensi untuk segera mengubah sistem energi menjadi lebih aman, andal, dan tangguh, dengan mempercepat transisi yang bersih dan adil ke energi terbarukan selama dekade aksi kritis ini.
Inventarisasi Global
Delegasi COP27 menyelesaikan dialog teknis kedua dari inventarisasi global pertama, sebuah mekanisme meningkatkan ambisi di bawah Perjanjian Paris. Sekretaris Jenderal PBB akan mengadakan “KTT ambisi iklim” pada 2023, menjelang kesimpulan inventarisasi COP28 tahun depan.
Beberapa hasil pembicaraan COP27:
- Paket 25 tindakan kolaboratif di lima bidang utama: listrik, transportasi jalan, baja, hidrogen dan pertanian.
- Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengumumkan rencana US$ 3,1 miliar pendanaan untuk memastikan setiap orang di planet ini dilindungi oleh sistem peringatan dini dalam lima tahun ke depan.
- Kelompok Pakar Tingkat Tinggi Sekretaris Jenderal PBB membentuk Komitmen Net-Zero dengan menerbitkan sebuah laporan yang menjadi panduan memastikan janji net-zero yang kredibel dan akuntabel oleh industri, lembaga keuangan, kota, dan wilayah.
- Rencana yang dipimpin G7 yang disebut Fasilitas Pendanaan Perisai Global diluncurkan pada COP27 untuk menyediakan dana bagi negara-negara yang menderita bencana iklim.
- Pendanaan US$ 105,6 juta dari Denmark, Finlandia, Jerman, Irlandia, Slovenia, Swedia, Swiss, dan Belgia untuk dana Fasilitas Lingkungan Global yang menargetkan adaptasi iklim segera kebutuhan negara-negara dataran rendah dan berpenghasilan rendah.
Kemitraan untuk Indonesia
- KTT G20 Bali mengumumkan kemitraan Just Transition Energy Partnership (JETP) yang yang memobilisasi US$ 20 miliar selama 3-5 tahun ke depan untuk mempercepat transisi energi yang adil.
- Aliansi hutan hujan tropis antara Brazil, Indonesia, dan Kongo untuk menyatukan tindakan pemerintah, bisnis dan tokoh masyarakat untuk menghentikan hilangnya hutan dan degradasi lahan pada tahun 203
Setelah COP27, COP28 akan digelar di Uni Emirat Arab pada sekitar Oktober-November 2023. Sebelum itu, pada Desember 2022, akan ada COP biodiversity di Montreal, Kanada.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :