PRESIDEN Joko Widodo mengajak para pemimpin dunia G20 Bali melihat hutan mangrove di Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai pada 16 November 2022. Sebagai ekosistem karbon biru, Jokowi ingin menunjukkan Indonesia siap dalam mitigasi krisis iklim karena serapan emisi karbon mangrove yang besar.
Kapasitas bibit mangrove Tahura Ngurah Rai sebanyak 6 juta bibit yang mampu merehabilitasi 1.300 hektare. Ada 33 spesies mangrove di sini yang menjadi rumah bagi 300 jenis fauna. “Kami punya 33 lokasi seperti ini, lima sudah selesai,” kata Jokowi.
Dari 14 juta hektare ekosistem mangrove dunia, seperempatnya ada di Indonesia. Dari 4,1 juta hektare, mangrove yang masih ada seluas 3,3 juta hektare. Luas mangrove yang masih ada terdiri mangrove lebat 3.121.240 hektare, sedang 188.366 hektare, dan jarang 54.474 hektare.
Mangrove yang secara legal masuk dalam kawasan hutan seluas 2.936.813 hektare dan di luar kawasan hutan (areal penggunaan lain, APL) 1.183.449 hektare. Mangrove dalam kawasan hutan berada di hutan konservasi 797.109 hektare, hutan lindung 991.456 hektare, dan hutan produksi 1.148.248 hektare.
Mangrove menyedot perhatian banyak pihak ketika karbon biru diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu. Serapan karbon mangrove disebut-sebut 3-5 kali dari cadangan karbon hutan daratan yang terlebat, selain peran ganda dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Hutan sekunder mangrove saja mampu menyimpan karbon 54,1-182,5 ton karbon per hektare.
Studi Daniel Murdiyarso dari CIFOR pada 2015 menyebutkan serapan karbon mangrove sebesar 1.083 ton per hektare per tahun. Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya proyeksi karbon biru hingga mencapai lebih dari 3,3 miliar ton.
Pengurangan emisi tahunan karbon biru sebanyak 10-31 persen memberikan kesempatan yang sangat baik untuk Indonesia dalam melakukan akselerasi upaya mitigasi perubahan iklim sekaligus meningkatkan komitmen dalam dokumen kontribusi nasional (NDC).
Baca: Karbon Biru dalam NDC
Karena itu mangrove memiliki potensi besar untuk mengatasi dampak kenaikan muka laut bagi penduduk dan kawasan pesisir yang landai. Selain itu, bersama-sama dengan hutan gambut, cadangan karbon yang besar kawasan mangrove merupakan calon utama untuk mencapai target penurunan emisi dalam agenda NDC apabila emisi dapat dihindari.
Masalahnya sekarang bagi Indonesia adalah masih banyak kawasan mangrove yang rusak dan perlu untuk di rehabilitasi berupa kegiatan penanaman baru (revegetasi). Habitat mangrove yang telah rusak dan perlu direhabilitasi kembali seluas 756.182 hektare yang terdiri dari mangrove yang rusak dalam kawasan hutan 756.182 hektare dan APL 480.651 hektare. Selain itu, masalah pembiayaan, tata ruang mangrove, regulasi, dan seterusnya masih menjadi hambatan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, secara simultan harus segera dibenahi untuk mendukung keberhasilan rehabilitasi mangrove ini.
Sepanjang tahun 2010-2019, Indonesia telah menanam mangrove seluas lebih dari 45.000 hektare. Sementara pada 2020, rehabilitasi mangrove kembali dilakukan seluas 39.970 hektare. Sementara itu, melalui program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) semasa pandemi, percepatan rehabilitasi mangrove 2021 mencapai 34.000 hektare.
Total keseluruhan kawasan mangrove yang telah direhabilitasi 2010-2021 seluas 118.970 hektare. Keberhasilan dalam arti tingkat pertumbuhan dan luas tanaman (survival rate and large growth) rehabilitasi mangrove belum dilaporkan dan diverifikasi secara menyeluruh.
Menurut Deputi Perencanaan dan Evaluasi BRGM, Satyawan Pudyatmoko, dari hasil evaluasi rehabilitasi tahun tanam 2020 di tanaman mangrove seluas 13.000 hektare, kegagalan tanaman mangrove akibat tempat atau lokasi yang kurang sesuai karena berhadapan langsung dengan laut, kurangnya partisipasi masyarakat, ketidaksesuaian waktu tanam dan masa berbuah, waktu tanamnya terlalu mundur dengan musim ombak yang tenang, lokasi bekas habitat mangrove yang telah rusak tidak dapat dijamin berhasil apabila ditanami mangrove lagi. Target yang ingin dicapai hingga 2024 seluas 600.000 hektare.
Jika target ini tercapai, rehabilitasi mangrove makin jadi andalan dalam mitigasi krisis iklim, mengingat serapan karbon mangrove yang sangat besar. Jika simpanan karbon 3,3 miliar ton, ini jumlah yang melampaui produksi emisi tanpa mitigasi sebesar 2,87 miliar ton setara CO2 pada 2030.
Baca selengkapnya edisi khusus karbon biru dan karbon mangrove di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Topik :