Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 26 Maret 2023

Senggani: Gulma dengan Segudang Manfaat

Kita acap menyebut tanaman yang belum kita tahu manfaatnya sebagia gulma. Senggani banyak manfaatnya.

Senggani, tanaman gula banyak manfaat (Foto: Fatahul Azwar)

“APA itu gulma?” tanya penyair dan filsuf Amerika Serikat Ralph Waldo Emerson (1803-1882). “Tumbuhan yang kebajikannya belum ditemukan.”

Sering kali kita menjumpai berbagai tumbuhan liar tanpa kita sadari atau kita tahu ternyata tumbuhan memiliki bermacam manfaat. Bila ia hidup di pekarangan, kebun, atau lahan sekitar kita, tanaman yang tak kita tahu manfaatnya itu kita sebut gulma lalu kita acuhkan begitu saja.

Konstruksi Kayu

Salah satu tumbuhan liar dan sering dianggap gulma oleh masyarakat adalah senggani (Melastoma malabathricum). Tumbuhan perdu dengan batang kayu berwarna cokelat yang tumbuh berdiri tegak setinggi 1,5-5 meter, dengan daun tunggal berbentuk bulat telur bertangkai berhadap-hadapan seolah saling bersilang dan pada bagian ujung dan pangkal daunnya meruncing dengan tepian cukup rata.

Senggani juga memiliki buah yang bisa dikategorikan sebagai berri berwarna ungu tua dengan rasa yang manis agak pahit yang disenangi oleh burung dan satwa pemakan buah. Tumbuhan yang termasuk dalam famili Melastomataceae ini diketahui juga memiliki banyak nama sebutan lokal, antara lain tumbuhan ini juga dikenal dengan sebutan seduduk/senduduk (Melayu/Sumatera), cengkodok (Kalimantan Barat), harendong (Sunda), kluruk (jawa), kemanden (Madura), ndusuk (Manggarai dan Flores), kedebik (Bangka), dan karamunting/kamunting (Dayak). 

Habitat senggani cukup luas. Ia bisa dijumpai di berbagai tipe lahan, baik basah maupun kering, dengan sebaran pertumbuhan dari dataran rendah hingga ketinggian 1.650 meter dari permukaan laut. Beberapa literatur bahkan menyebutkan senggani bisa dijumpai hingga ketinggian 2.800 dan 3.000 mdpl.

Adaptasinya yang baik dengan berbagai kondisi tanah menjadikan tanaman ini salah satu tumbuhan pionir, khususnya di lahan-lahan terdegradasi. Adapatasinya terhadap lahan yang tercemar kandungan logam juga menjadikan tumbuhan ini pilihan tanaman dalam mereklamasi lahan bekas tambang.

Senggani juga terkenal karena kemampuannya menyerap logam (hiperakumulator), khususnya logam jenis almunium dengan konsentrasi tinggi di jaringan akar dan tajuk.

Selain itu, senggani memiliki segudang manfaat sebagai tanaman obat. Akar, daun, batangnya bisa menjadi bahan baku obat tradisional, seperti untuk obat luka dan borok, sariawan, disentri, sakit gigi, darah tinggi, penurun panas, peluruh urin, mengempeskan bengkak, penghilang rasa sakit, radang tenggorokan, imunitas, sakit kuning dan obat wasir.

Masyarakat tradisional telah memanfaatkan senggani untuk mengatasi masalah perempuan. Meminum rebusan daun senggani bisa mengatasi masalah keputihan, memperlancar menstruasi, pereda rasa nyeri saat haid, memperlancar produksi ASI (Air Susu Ibu), bahkan mempercepat pemulihan wanita pasca melahirkan. Beberapa penelitian ilmiah menunjukkan bahwa tumbuhan senggani dapat dimanfaatkan sebagai obat herpes, polio, luka, diare, imunitas, antioksidan radikal bebas, gastroprotektif, kanker payudara, diabetes, dan manfaat lainnya sebagai anti bakteri, anti jamur, serta anti parasit.

Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan tahun 1995, tumbuhan senggani liar mengandung senyawa tanin, steroida atau triterpenoida, dan flavonoid. Sementara senyawa kimia yang telah berhasil diidentifikasi, antara lain flavonoid, tanin, dan saponin.

Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan penangkal radikal bebas dan racun berbahaya, sementara tanin berfungsi menetralkan racun dalam tubuh, dan saponin berfungsi sebagi anti mikroba. Kandungan tiga senyawa kimia utama dan kandungan fenolik serta kandungan lainnya dalam tumbuhan senggani menjadikan tumbuhan ini memiliki berbagai manfaat medis bagi manusia.

Bunga dan buah senggani mengandung senyawa antosianin sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami. Masyarakat tradisional Indonesia biasa memanfaatkan bagian bunga dan buah senggani sebagai campuran dalam bahan masakan mereka karena menambah kekayaan rasa dan sebagai obat.

Beberapa tahun belakangan akar dari tumbuhan senggani juga marak diperjualbelikan sebagai akasesoris dan bahan pembuatan “bonsai” aquascape di kalangan pecinta ikan hias dan penggemar seni aquascape dengan kisaran harga dari puluhan hingga ratusan ribu rupiah tergantung pada ukuran dan keunikan bentuknya.

Senggani dengan berbagai manfaatnya mulai dari obat berbagai macam penyakit, pewarna alami, bahan makanan, hiasan dan produk pemanfaatan turunan lainnya tidak bisa lagi kita anggap remeh hanya sebagai tanaman liar atau gulma semata. Justru keberadaanya di sekitar kita menjadi potensi sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan keberadaanya bagi kehidupan kita.

Ikut kabar terbaruk soal tanaman obat di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti Bidang Konservasi dan Pengaruh Hutan di Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain