Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 30 Maret 2023

Pohon Tahan Perubahan Iklim

Banyak pohon rentan terhadap dampak perubahan iklim. Banyak juga yang tahan.

Tegakan Dipterocarpaceae di hutan Kalimantan (Foto: A. Rojikin)

PERUBAHAN iklim menyebabkan cuaca ekstrem akibat perubahan pola, intensitas, dan frekuensi curah hujan, yang memicu kekeringan jangka panjang dan banjir. Musim kering berkepanjangan juga meningkatkan risiko kebakaran hutan. Kombinasi antara kekeringan dan kebakaran sangat berbahaya bagi tumbuhan hutan.

Kekeringan bisa menyebabkan kematian pohon besar dengan tajuk lebar, sementara api dapat mematikan tumbuhan kecil yang bernaung di bawah pohon besar. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kemampuan spesies tumbuhan untuk bertahan hidup dalam jangka panjang. Padahal, kemampuan pohon untuk menyimpan karbon dalam waktu yang lama memiliki kontribusi penting dalam upaya mitigasi krisis iklim.

Konstruksi Kayu

Perubahan tersebut berdampak pada tumbuhan. Masalahnya, tak banyak yang membahas spesies pohon apa saja yang tahan terhadap dampak krisis iklim?

Salah satu kajian mengenai kerentanan spesies tumbuhan terhadap perubahan iklim dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur. Bekerja sama dengan berbagai lembaga penelitian di Indonesia, IUCN mengkaji 247 spesies, yang terdiri atas pohon berkayu, semak, tumbuhan, dan tumbuhan merambat. Penelitian ini menggunakan pendekatan trait-based analysis dengan mempertimbangkan tiga kondisi, yaitu sensitivitas, paparan, dan kemampuan spesies beradaptasi.

Spesies tumbuhan dimasukkan ke dalam empat kategori, yaitu sangat rentan, kemungkinan dalam bahaya, dapat bertahan dan kemungkinan tidak dalam bahaya, serta tidak dalam bahaya namun memiliki risiko laten tinggi. Spesies yang termasuk dalam kategori rentan adalah spesies yang sensitif, terpapar dampak perubahan iklim yang tinggi, serta memiliki kemampuan adaptif yang rendah.

Kriteria kunci pertama dalam penilaian adalah persyaratan habitat, yang meliputi spesialisasi habitat, ketergantungan terhadap air tawar atau air laut, serta toleransi terhadap genangan dan kekeringan, banjir, api, longsor, dan badai. 

Kriteria kunci kedua adalah ketergantungan terhadap faktor lingkungan yang dipengaruhi perubahan iklim, misalnya hubungan antara kemampuan berbunga dan curah hujan. Sementara kriteria kunci selanjutnya adalah interaksi antar spesies, tingkat kelangkaan, dan kemampuan adaptasi. Untuk menilai masing-masing spesies, informasi mengenai fisiologi dan ekologi tumbuhan sangat diperlukan.

Dari hasil kajian terungkap bahwa 13 spesies tumbuhan di Taman Nasional Kutai rentan terhadap perubahan iklim karena memiliki kapasitas adaptif yang rendah. Jenis tersebut didominasi oleh keluarga Dipterocarpaceae, yaitu Shorea ferruginea, S. polyandra, S. inappendiculata, S. johorensis, S. leprosula, S. pauciflora, dan Dipterocarpus verrucosus.

Dipterocarpacae merupakan penyusun utama hutan hujan tropis dataran rendah di Indonesia. Dengan pokok kayu menjulang, keluarga Dipterocarpaceae mendominasi strata tertinggi pada hutan tropis. Kelompok ini juga hidup pada berbagai tipe habitat, mulai dari dataran rendah, rawa, hingga pegunungan.

Penyebab kerentanan spesies dari famili Dipterocarpaceae adalah kemampuan berbuah dan produksi bibit yang sangat dipengaruhi oleh musim dan dipicu oleh suhu tertentu. Selain itu, pertumbuhan spesies dalam famili ini sangat tergantung pada mikoriza, yang sangat rentan hilang saat terjadi kebakaran hutan.

Sementara itu, 33 spesies termasuk dalam kategori tahan terhadap perubahan iklim. Namun demikian, 18 spesies di antaranya merupakan spesies yang berpotensi invasif sehingga pengelolaannya harus dilakukan dengan lebih berhati-hati. Spesies tumbuhan yang tahan terhadap perubahan iklim dan disukai oleh orangutan yang merupakan spesies kunci di Taman Nasional Kutai adalah Kleinhovia hospita, Cratoxylum sumatranum, Colona serratifolia, dan Mischocarpus pentapetalus. 

Beberapa spesies tumbuhan juga teridentifikasi memiliki ketahanan terhadap api, yaitu Borassodendron borneense, Eusideroxylon zwageri, Croton argyratus, Endospermum peltatum, Macaranga gigantea, Macaranga pearsonii, Macaranga tanarius, Mallotus macrostachyus, Mallotus muticus, Mallotus paniculatus, dan Omphalea bracteata.

Mengetahui spesies tumbuhan apa saja yang rentan atau tahan terhadap perubahan iklim perlu untuk menentukan upaya pengelolaan yang tepat. Spesies yang termasuk dalam kategori sangat rentan memerlukan intervensi pengelolaan serta riset yang lebih spesifik.

Pemantauan dan penguatan terhadap respons adaptif perlu dilakukan terhadap spesies yang rentan. Pemantauan populasi dilakukan pada spesies yang mampu bertahan hidup. Sementara pemantauan kondisi habitat perlu dilakukan untuk spesies yang saat ini tidak dalam keadaan bahaya namun memiliki risiko laten tinggi.

Informasi mengenai spesies tumbuhan yang tahan terhadap dampak krisis iklim juga berguna dalam memilih spesies tumbuhan yang dapat digunakan dalam upaya restorasi hutan. Praktik restorasi yang masih umum dilakukan saat ini adalah penggunaan jenis tumbuhan lokal.

Upaya restorasi untuk memulihkan ekosistem hutan yang rusak sudah saatnya mempertimbangkan aspek perubahan iklim dan kemampuan bertahan hidup tumbuhan.

Bagaimana kondisi iklim di masa mendatang dan kesesuaian spesies terhadap kondisi ekosistem yang mungkin akan berbeda, perlu diperhatikan dalam merancang program restorasi hutan. Perubahan iklim telah menjadi sebuah keniscayaan. Mau tidak mau, kita harus bersiap dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat untuk mencegah kepunahan massal di masa depan.

Ikuti percakapan terbaru krisis iklim di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti muda pada Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain