Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 08 April 2023

5 Buku Memahami Krisis Iklim

Buku yang mengurai sejarah, masalah, dan solusi mencegah krisis iklim. Mudah dicerna.

Buku krisis iklim

PANEL Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), sekumpulan ahli di bawah PBB, merilis laporan sistesis ke-6 tentang pemanasan global. Menurut para ahli IPCC, untuk mencegah dampak buruk krisis iklim, dunia harus secara bertahap mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 2050. Hingga 2030 emisi harus terpangkas 48% dari 53 miliar ton setara CO2, lalu naik jadi 65% pada 2035, 80% pada 2040, dan 99% pada 2050.

Emisi gas rumah kaca adalah biang kerok pemanasan global. Gas rumah kaca terjadi karena emisi karbon yang dilepas dari aktivitas manusia tak diserap oleh ekosistem bumi sehingga meluncur ke atmosfer. Di atmosfer, gas-gas tersebut ngendon selama ribuan tahun. Akibatnya, atmosfer tak lagi bisa melindungi bumi. Alih-alih menyerap gas rumah kaca, atmosfer memantulkan gas tersebut kembali ke bumi sehingga pelan-pelan suhu bumi naik.

Konstruksi Kayu

Bagaimana bumi bisa terjebak dalam pemanasan global? Lima buku ini bisa menuntun pada pengetahuan kita memahami sejarah krisis iklim hingga solusi mencegahnya:

The Sixth Extinction: An Unnatural History

Elizabeth Kolbert; Bloomsbury Publishing PLC; 336 halaman

Dunia sudah mengalami lima kali kepunahan. Menurut wartawan New Yorker ini, tanda-tanda dunia memasuki kepunahan keenam tampak nyata. Kepunahan artinya bumi menjelang kiamat. Jika lima kepunahan lain terjadi karena sebab alamiah, kepunahan keenam terjadi karena sebab nonalamiah, yakni perubahan iklim. Perubahan iklim berubahnya alam, tapi dipicu oleh aktivitas manusia yang memproduksi gas rumah kaca. Mbak Kolbert mengurai sejarah dan melacak gejala-gejala perubahan iklim melalui reportase dan data yang mengagumkan. Resensi ada di sini.

The Climate Casino: Risk, Uncertainty, and Economics for a Warming World 

William Nordhaus, Yale University Press, 2013, 378 halaman

Di buku ini Nordhaus menyajian rumus ekonomi perubahan iklim. Maksudnya, bagaimana kita menghadapi dan mencegah krisis iklim memakai ilmu ekonomi. Rumus Nordhaus ini penting karena krisis iklim bisa dikuantifikasi dengan nilai ekonomi. Karena itu bisa menjadi peluang baru ekonomi. Berkat rumus ekonomi perubahan iklim, Nordhaus mendapatkan Hadiah Nobel Ekonomi 2018. Dari penjelasan dosen Universitas Yales ini pula dampak krisis iklim yang tidak pasti bisa ditakar lebih eksak. Resensinya di sini.

A Life on Our Planet: My Witness Statement and a Vision for the Future

David Attenborough, Penguin Random House, UK, 2020, 272 halaman

Tak terdengar seilmiah Elizabeth Kolbert, apalagi William Nordhaus, David Attenborough menulis kerusakan bumi dari apa yang ia lihat selama menjadi presenter BBC untuk program A Life in Our Planet. Dari Chernobyl hingga kerusakan laut tropis. Dia menyimpulkan kerusakan bumi harus distop sekarang juga. Reportase Attenborough ini penting sebagai bukti bahwa perubahan iklim ini nyata. Selengkapnya di sini.

How to Avoid a Climate Disaster

Bill Gates, Alfred A. Knof, New York, 2021, 257 halaman

Sebagai orang terkaya di dunia, Bill Gates menempuh cara lain yang ditempuh dua orang sugih lain: Elon Musk dan Jeff Bezos. Jika Elon dan Bezos menyiapkan roket untuk mencari planet lain, Gates lebih senang menyodorkan cara mencegah kerusakan bumi. Ia coba merangkum pendapat ilmiah dan menghubungkannya dengan proyek yang mungkin bisa dikembangkan mencegah krisis iklim. Misalnya membuat mesin pemetik emisi. Apa itu? Selengkapnya di sini.

Climate Crisis and the Global Green New Deal

Noam Chomsky, Robert Pollin, dan C.J. Polychroniou, Verso, 2020, 180 halaman

Setelah dunia tak lagi berperang, setelah palagan beralih pada strategi ekonomi, kini dunia menghadapi ancaman lebih gawat: krisis iklim. Revolusi Industri di Eropa pada 1750 mengakibatkan pelbagai bencana lingkungan. Pandemi hanya salah satu ekor panjang akibat eksploitasi alam untuk memompa pertumbuhan ekonomi. Sistem kapitalisme dan neoliberalisme makin memperkeruh krisis itu. Noam Chomsky dan Robert Pollin bahkan dengan tegas menyimpulkan kapitalisme sebagai biang kerok krisis iklim. Dalam buku ini, keduanya mengurai akar masalah krisis iklim dan mengajukan satu solusi untuk mencegahnya. Selengkapnya di sini.

Percakapan tentang buku ada di sini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain