Kabar Baru| 14 Agustus 2019
Bumi Kian Merana
PLANET bumi kian merana. Keanekaragaman hayati menghilang seratus kali lebih cepat dibanding rata-rata penurunan dalam 10 juta tahun terakhir. Alam menurun secara global dengan laju yang belum pernah terjadi dalam sejarah manusia. Sebanyak 1 juta spesies terancam punah dalam 50 tahun terakhir. Semuanya akibat aktivitas manusia, yang kian banyak, yang semakin canggih.
Laporan Intergovernment Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES) yang terbit pada 7 Mei 2019 mengentak semua orang. Melibatkan 145 penulis ahli dari 50 negara, memakai 15.000 sumber ilmiah serta masukan dari masyarakat adat dan komunitas lokal, laporan ini mencatat angka-angka yang membuat kita miris akan nasib planet ini.
Hasil penelitian itu telah disetujui PBB dalam sebuah rapat akbar di Paris pada 29 April-4 Mei 2019. “Melindungi keanekaragaman hayati sama pentingnya dengan memerangi perubahan iklim,” kata Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, yang mensponsori pembuatan laporan paling komprehensif dari semua laporan kerusakan bumi yang pernah ada.
Menurunnya keanekaragaman hayati penghuni bumi itu akibat populasi manusia yang berlipat ganda sejak 1970 menjadi 7,6 miliar. Dengan bantuan teknologi, ekonomi tumbuh empat kali lipat dan perdagangan dunia naik empat kali selama setengah abad itu.
Kenaikan populasi manusia itu membuat bumi kian tertekan akibat diversifikasi tanah dan laut menjadi pertanian, perikanan, penebangan, dan urbanisasi. Sepertiga luas daratan dunia dan hampir tiga perempat sumber daya air tawar dipakai untuk tanaman dan ternak. Laporan IPBES memastikan kerusakan kian masif akibat perubahan iklim.
Suhu bumi naik 1 derajat Celsius setelah Revolusi Industri akibat pemakaian energi fosil dan teknologi yang tak ramah lingkungan. Akibatnya permukaan air laut naik 3 milimeter per tahun yang berdampak pada seluruh satwa liar di permukaan bumi. Perubahan iklim telah mengubah persebaran hampir separuh mamalia darat.
Aktivitas manusia yang paling terasa mempengaruhi alam adalah konsumsi plastik. Polusi plastik di laut naik sepuluh kali lipat sejak 1980 yang mengintimidasi 86 persen penyu, 44 persen burung laut, dan 43 persen mamalia laut. Sementara 33 persen stok ikan ditangkap dengan cara-cara yang tak berkelanjutan lewat bom dan pemakaian pestisida.
Meski tak mendapat angka yang pasti, pemakaian pestisida telah menurunkan jumlah serangga hingga 10 persen—dari 5,5 juta populasi serangga yang ada di bumi. Angka-angka lain tak kalah mengerikan. Misalnya, habitat daratan punah 20 persen sejak 1900. Lebih dari 40% spesies amfibi, 33% karang pembentuk terumbu karang, dan lebih dari sepertiga dari semua mamalia laut terancam. Prof. Settele. "Kehilangan ini adalah akibat langsung dari aktivitas manusia dan merupakan ancaman langsung terhadap kesejahteraan manusia di semua wilayah di dunia,” kata Profesor Josef Settele, ahli penyusun laporan ini dari Jerman.
Para ahli sepakat, penurunan keanekaragaman hayati itu disebabkan oleh lima faktor: (1) perubahan penggunaan lahan dan laut; (2) eksploitasi langsung organisme; (3) perubahan iklim; (4) polusi dan (5) spesies asing yang invasif.
Sejak 1980, emisi gas rumah kaca naik dua kali lipat, sebanyak 5,6 gigaton CO2 tahunan yang diserap dalam ekosistem laut dan darat. Jumlah ini setara 60% emisi bahan bakar fosil dunia. Pembukaan lahan, produksi, pemupukan, dan makanan hewani menyumbang 75% emisi gas rumah kaca dari 25% sumbangan sektor makanan dan pertanian.
Dengan laporan ini, kata Audrey Azoulay, dunia sudah terbuka pada kerusakan alam sehingga perlu gerakan global untuk menghentikan atau menguranginya. Profesor Eduardo Brondízio dari Brasil menambahkan bahwa untuk mengatasi penyebab utama kerusakan keanekaragaman hayati dan kontribusi alam bagi manusia, setiap orang perlu memahami sejarah dan interkoneksi global yang mendorong perubahan demografis dan ekonomi yang kompleks. “Kita harus bersatu untuk mengatasinya,” kata dia.
Data umum
75% lingkungan darat "sangat berubah” akibat tindakan manusia (lingkungan laut 66%)
28% area lahan dikelola masyarakat adat, termasuk > 40% kawasan yang dilindungi secara formal dan 37% dari semua wilayah daratan yang tersisa dengan intervensi manusia yang sangat rendah
+/- 60 miliar ton sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan diekstraksi secara global setiap tahun, naik hampir 100% sejak 1980
15%: peningkatan konsumsi per kapita sejak 1980
> 85%: lahan basah yang ada pada tahun 1700 telah hilang pada tahun 2000
Spesies, Populasi, dan Varietas Tumbuhan dan Hewan
8 juta perkiraan jumlah spesies hewan dan tumbuhan di bumi, termasuk 5,5 juta spesies serangga
1 juta spesies terancam punah
> 500.000 (+/- 9%) bagian dari estimasi 5,9 juta spesies terestrial di dunia dengan habitat tidak mencukupi hidup dalam jangka panjang jika tak ada restorasi
> 40% spesies amfibi terancam punah
33% karang pembentuk terumbu, hiu dan kerabat hiu
> 33% mamalia laut terancam punah
25%: proporsi rata-rata spesies yang terancam punah di seluruh daratan, air tawar dan vertebrata laut, invertebrata dan kelompok tanaman yang telah dipelajari secara cukup rinci
680 spesies vertebrata hampir kepunahan akibat tindakan manusia sejak abad ke-16
+/- 10% estimasi tentatif proporsi spesies serangga yang terancam punah
> 20% penurunan kelimpahan rata-rata spesies asli di sebagian besar bioma darat utama, sebagian besar sejak 1900
+/- 560 (+/- 10%) mamalia jinak yang punah pada 2016, dengan setidaknya 1.000 lebih terancam
3,5% jenis unggas peliharaan punah pada 2016
70% peningkatan spesies asing sejak 1970 di 21 negara
30% pengurangan satwa daratan kerusakan habitat
47% proporsi mamalia yang tidak dapat terbang di darat
23% burung terancam meski tak terkena dampak negatif perubahan iklim.
> 6 spesies ungulata (mamalia berkuku) kemungkinan besar akan punah karena hidup dalam penangkaran jika tanpa restorasi
Pangan dan Pertanian
300% peningkatan produksi tanaman pangan sejak 1970
23% area lahan yang mengalami penurunan produktivitas karena degradasi lahan
> 75% jenis tanaman pangan global yang mengandalkan penyerbukan hewan
US $ 235 hingga US $ 577 miliar: nilai tahunan dari hasil panen global terancam karena kehilangan penyerbuk
5,6 giga ton emisi CO2 tahunan yang diserap dalam ekosistem laut dan darat, setara dengan 60% emisi bahan bakar fosil global
+/- 11% populasi dunia yang kekurangan gizi
100 juta hektare perluasan pertanian di daerah tropis dari 1980 hingga 2000, terutama peternakan di Amerika Latin (+/- 42 juta ha), dan perkebunan di Asia Tenggara (+/- 7,5 juta ha, di mana 80% adalah kelapa sawit ), setengahnya dengan mengorbankan hutan utuh
3% peningkatan transformasi lahan menjadi pertanian antara 1992 dan 2015
> 33% permukaan tanah dunia (dan +/- 75% sumber daya air tawar) yang dikhususkan untuk produksi tanaman atau ternak
12% tanah bebas es dunia yang digunakan untuk produksi tanaman
25% tanah bebas es dunia yang digunakan untuk penggembalaan (+/- 70% dari lahan kering)
+/- 25% emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembukaan lahan, produksi dan pemupukan, dengan makanan hewani menyumbang 75% dari angka itu
+/- 30% produksi tanaman global dan pasokan pangan global disediakan oleh kepemilikan lahan kecil (<2 ha), menggunakan +/- 25% dari lahan pertanian, biasanya mempertahankan agrobiodiversity yang kaya
US$ 100 miliar perkiraan tingkat dukungan finansial di negara-negara OECD (2015) untuk pertanian yang berpotensi berbahaya bagi lingkungan
Kelautan
33% stok ikan laut pada 2015 dipanen secara tidak berkelanjutan; 60% ditangkap secara maksimal secara berkelanjutan; 7% kurang makan
> 55% area lautan ditutupi oleh perikanan industri
3-10% penurunan produksi primer akibat perubahan iklim pada akhir abad ini
3-25% penurunan biomassa ikan pada akhir abad ini
> 90% proporsi nelayan perikanan skala kecil (lebih dari 30 juta orang) - mewakili hampir 50% dari tangkapan ikan global
33% estimasi bagian pada tahun 2011 dari tangkapan ikan yang dilaporkan dunia yang ilegal, tidak dilaporkan atau tidak diatur
> 10% berkurang per dekade dalam tingkat padang lamun dari tahun 1970-2000
+/- 50% tutupan terumbu karang hilang sejak 1870-an
100-300 juta orang-orang di daerah pesisir berisiko karena kehilangan perlindungan habitat pantai
400 ekosistem pesisir rendah oksigen (hipoksia) 'zona mati' yang disebabkan oleh pupuk, mempengaruhi > 245.000 km2
29% pengurangan rata-rata risiko kepunahan mamalia dan burung di 109 negara berkat investasi konservasi dari tahun 1996 hingga 2008; risiko kepunahan burung, mamalia dan amfibi akan setidaknya 20% lebih besar tanpa tindakan konservasi dalam dekade terakhir
> 107 burung, mamalia, dan reptil yang terancam di pulau-pulau
Kehutanan
45% peningkatan produksi kayu mentah sejak 1970 (4 miliar meter kubik pada 2017)
+/- 13 juta pekerjaan industri kehutanan
50% ekspansi pertanian yang terjadi dengan mengorbankan hutan
50% penurunan tingkat kehilangan hutan sejak tahun 1990-an (tidak termasuk yang dikelola untuk ekstraksi kayu atau pertanian)
68% luas hutan global saat ini dibandingkan dengan perkiraan tingkat pra-industri
7% pengurangan hutan utuh (> 500 kilometer persegi tanpa tekanan manusia) dari 2000-2013 di negara maju dan berkembang
290 juta ha (+/- 6%): tutupan hutan asli hilang sejak tahun 1990-2015 karena pembukaan dan penebangan kayu
110 juta ha naik di area hutan tanaman dari 1990-2015
10-15% pasokan kayu global disediakan oleh kehutanan ilegal (hingga 50% di beberapa daerah)
> 2 miliar orang yang mengandalkan bahan bakar kayu untuk memenuhi kebutuhan energi utama mereka
Perubahan iklim
1 derajat Celsius rata-rata perbedaan suhu global pada 2017 dibandingkan dengan tingkat pra-industri, naik +/- 0,2 (+/- 0,1) derajat Celsius per dekade
> 3 mm kenaikan permukaan laut global rata-rata tahunan selama dua dekade terakhir
16-21 cm kenaikan permukaan laut rata-rata global sejak 1900
Peningkatan 100% sejak 1980 dalam emisi gas rumah kaca, meningkatkan suhu global rata-rata setidaknya 0,7 derajat
40% peningkatan jejak karbon pariwisata (menjadi 4,5Gt karbon dioksida) dari 2009 hingga 2013
8% dari total emisi gas rumah kaca berasal dari transportasi dan konsumsi makanan yang berkaitan dengan pariwisata
5% estimasi fraksi spesies yang berisiko punah dari pemanasan 2 ° C saja, naik menjadi 16% pada pemanasan 4,3 ° Celsius
Bahkan untuk pemanasan global 1,5 hingga 2 derajat, mayoritas kisaran spesies darat diproyeksikan menyusut secara mendalam.
Penambangan dan Energi
<1% total lahan yang digunakan untuk pertambangan, tetapi industri ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap keanekaragaman hayati, emisi, kualitas air dan kesehatan manusia
+/- 17.000 lokasi penambangan skala besar (di 171 negara), sebagian besar dikelola oleh 616 perusahaan internasional
+/- 6.500 instalasi penambangan minyak dan gas laut lepas pantai (di 53 negara)
US $ 345 miliar subsidi global untuk bahan bakar fosil menghasilkan US $ 5 triliun dalam biaya keseluruhan, termasuk alam yang memburuk; batu bara
menyumbang 52% dari subsidi pasca pajak, minyak bumi untuk +/- 33% dan gas alam untuk +/- 10%
Urbanisasi, Pembangunan dan Sosial Ekonomi
> 100% pertumbuhan daerah perkotaan sejak 1992
25 juta km: panjang jalan beraspal baru diramalkan pada tahun 2050, dengan 90% konstruksi di negara-negara paling maju dan berkembang
+/- 50.00 jumlah bendungan besar (tinggi> 15m); +/- 17 juta reservoir (> 0,01 ha)
105% peningkatan populasi manusia global (dari 3,7 menjadi 7,6 miliar) sejak 1970 di berbagai negara dan wilayah secara tidak merata
50 kali lebih tinggi PDB per kapita di negara maju vs. negara maju
> 2.500 konflik tentang bahan bakar fosil, air, makanan, dan tanah yang saat ini terjadi di seluruh dunia
> 1.000 aktivis lingkungan dan jurnalis terbunuh antara 2002 dan 2013
Kesehatan
70% obat kanker produk alami atau sintetis
+/- 4 miliar orang-orang yang mengandalkan obat-obatan alami
17% penyakit menular yang disebarkan oleh vektor hewan, menyebabkan > 700.000 kematian per tahun
+/- 821 juta orang menghadapi kerawanan pangan di Asia dan Afrika
40% populasi global tidak memiliki akses ke air minum yang bersih dan aman
> 80% air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa diolah
300-400 juta ton logam berat, pelarut, lumpur beracun, dan limbah lainnya dari fasilitas industri yang dibuang setiap tahun ke perairan
10 kali peningkatan polusi plastik sejak 1980
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :