DI Minahasa Utara, ada objek wisata yang ramai dikunjungi saat akhir pekan atau hari libur. Namanya Kaki Dian. Penciri utama objek wisata ini adalah menara 19 meter. Kaki Dian istilah yang berasal dari kata “Menorah atau Kandil”, artinya tempat lilin atau pelita berkaki tujuh. Menara Kaki Dian berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut, dikelilingi pemandangan alam indah serta udara pegunungan yang sejuk.
Kaki Dian menawarkan wisata edukasi bagi masyarakat untuk belajar mengenal alam dan keanekaragaman hayati yang dalam bentuk Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kaki Dian. Taman Kehati Kaki Dian letaknya masih satu kompleks dengan wisata religi Menara Kaki Dian.
Taman kehati adalah area di luar kawasan hutan yang memiliki fungsi konservasi baik in-situ maupun ex-situ yang secara khusus ditujukan bagi jenis-jenis tumbuhan lokal yang terancam punah. Selain memiliki manfaat dalam melestarikan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan lokal, pembangunan Taman Kehati Kaki Dian juga memiliki tujuan perlindungan mata air dan sebagai kawasan penelitian dan pendidikan.
Tutupan lahan Taman Kehati Kaki Dian berupa 60% hutan sekunder yang berisi vegetasi yang tumbuh secara alami. Vegetasi alami ini merupakan bagian dari ekosistem hutan Gunung Klabat, gunung tertinggi di Sulawesi Utara (1.995 meter dari permukaan laut).
Pembangunan Taman Kehati Kaki Dian dimulai sejak 2017. Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara bersama Lembaga Pemberdayaan Teknologi Pedesaan (LPTP) Manado, dan PT. Tirta Investama Airmadidi membangun sebuah Taman Keragaman Hayati sebagai program unggulan pelestarian lingkungan dan hutan Gunung Klabat yang menjadi sumber mata air, tidak hanya bagi warga masyarakat di Minahasa Utara namun juga bagi hampir di sebagian Kota Manado dan Bitung.
Tahun 2021, berdiri Forum Kaki Dian yang memiliki tugas dalam mengawal pembangunan Taman Kehati Kaki Dian 3,6 hektare. Forum Kehati dimotori Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Minahasa Utara bersama-sama dengan Yayasan Manengkel Solidaritas.
Pembangunan kawasan pencadangan hayati dalam bentuk taman kehati memang belum cukup populer di Sulawesi. Taman Kehati Kaki Dian pun menjadi taman kehati pertama di pulau ini. Taman Kehati Kaki Dian tidak hanya menjadi sebuah kawasan pelestarian, juga sebagai sarana penelitian dan pendidikan lingkungan.
Pada 2017-2022, ada kegiatan eksplorasi untuk mendata jenis-jenis flora maupun fauna yang ada di Taman Kehati Kaki Dian oleh para peneliti lembaga penelitian dan universitas. Hasilnya, Taman Kehati Kaki Dian memiliki setidaknya delapan tipe vegetasi, di antaranya pohon, perdu, palem, liana atau tumbuhan merambat, bambu, pakis, herba, dan anggrek. Ada 114 spesies pohon yang telah diketahui namanya. Pada masing-masing pohon telah diberikan identitas berupa nama spesies dengan tujuan memudahkan pengunjung untuk belajar mengenal jenis-jenis pohon yang ada di dalam Taman Kehati Kaki Dian.
Baca liputan khusus:
Jenis pohon di Taman Kehati Kaki Dian cukup beragam, namun yang paling dominan berdasarkan jumlah individunya adalah Bischofia javanica. Jenis pohon lainnya yang dapat ditemukan di Taman Kehati Kaki Dian adalah Pongamia pinnata, Alstonia angustiloba, Trema orientalis, Cananga odorata, Spathodea campanulata, Ficus spp. dan Erythrina subumbrans.
Selain jenis-jenis pohon alami, pengayaan jenis pohon untuk rehabilitasi hutan akan mendorong keragaman satwa. Beberapa jenis pohon rehabilitasi sudah ditanam di sini, seperti pohon jati putih (Gmelina arborea), cempaka (Magnolia spp), kayu hitam (Diospyros spp.), sirsak (Annoa muricata), mangga (Mangifera spp.) dan pakoba (Syzygium luzonense) yang merupakan buah lokal di Sulawesi yang sudah mulai langka.
Taman Kehati Kaki Dian juga menjadi tempat tumbuh berbagai jenis anggrek, baik anggrek tanah maupun epipit di antaranya anggrek bulan khas Sulawesi (Phalaenopsis amabilis), Dendrobium spp., Acriopsis liliifolia, Calanthe tripilcata, dan Arundina graminifolia. Berbagai jenis tumbuhan herba Centella asiatica, Begonia rieckei, Begonia hispidissima, Stachytarpheta jamaicensis dan Hiptis capitata, berbagai jenis pakis seperti Asplenium nidus, Cyathea celebicum dan Selaginella plana.
Suatu keanekaragaman hayati tidak akan lengkap jika tidak menghadirkan keragaman jenis fauna yang ada di dalamnya. Jenis-jenis burung di Taman Kehati Kaki Dian diperkirakan ada 49 jenis, 36 jenis kupu-kupu, empat jenis herpetofauna, dua jenis mamalia dan satu jenis primata yaitu tarsius.
Jenis burung yang paling dominan dan sering terlihat di Taman Kehati Kaki Dian di antaranya adalah burung cucak kutilang atau Pycnonotus aurigaster. Burung yang dikategorikan pemakan buah atau frugivorus ini dapat dijumpai sepanjang hari di Taman Kehati Kaki Dian dalam kelompok-kelompok kecil dan bersuara riuh.
Jenis burung langka yang hanya dapat dijumpai di hutan-hutan primer Sulawesi, jika beruntung, bisa kita temukan di Taman Kehati Kaki Dian seperti julang Sulawesi atau Rhyticeros cassidix atau burung taon dalam bahasa lokal Minahasa. Burung berukuran besar, berwarna hitam dan di bagian kepala terdapat julang berwarna merah. Burung ini masuk kategori dilindung dan statusnya rentan di daftar merah IUCN.
Selain burung, pengunjung juga bisa menjumpai berbagai kupu-kupu beragam warna, salah satunya kupu-kupu raja Helena atau Trodies helena yang juga dikategorikan sebagai satwa dilindungi.
Hasil survei potensi keanekaragaman hayati tumbuhan di Kaki Dian salah pohon Anisoptera thurifera dari famili Diptercorapaceae. Berdasarkan daftar merah IUCN, A. thurifera digolongkan ke dalam status rentan. Di habitat alaminya pohon ini tersebar mulai dari Filipina, bagian timur Indonesia hingga ke Papua Nugini.
Pemanfaatan pohon A. thurifera sebagian besar adalah kayunya, yang digunakan untuk mebel, plywood, bahan baku kapal. Suku Wondama di Papua memanfaatkan buah dari pohon ini sebagai bahan pangan pengganti kacang hijau karena buah ini dipercaya memiliki kandungan protein, lemak dan vitamin yang jauh lebih tinggi.
Konservasi Taman Kehati Kaki Dian perlu dukungan serta komitmen dari berbagai pihak agar dapat terus berlanjut dan membawa manfaat bagi kelestarian keragaman hayati Wallacea.
Ikuti percakapan tentang taman kehati di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Topik :