Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 03 Mei 2023

Benarkah Deforestasi Turun?

Presiden Joko Widodo kembali mengklaim deforestasi turun dalam 20 tahun terakhir. Benarkah?

Perbedaan deforestasi dan degradasi hutan

UNTUK kali kedua, setelah Glasgow lalu Hanover pertengahan April 2023, Presiden Joko Widodo di mengatakan bahwa dalam 20 tahun terakhir deforestasi Indonesia turun. Menurut Jokowi, laju deforestasi turun signifikan selama 20 tahun terakhir karena kebakarna hutan turun 88%, rehabilitasi hutan mangrove mencapai 600.000 hektare pada 2024, dan pembangunan 30.000 hektare kawasan industri hijau di Kalimantan Utara.

Laju deforestasi hutan Indonesia pada periode 1985-1998 tidak kurang dari 1,6-1,8 juta hektare per tahun, menurut Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada 2000. Namun data lain, seperti dari Forest Watch Indonesia, laju deforestasi meningkat paling tidak 2 juta hektare per tahun. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2016-2017 laju deforestasi hanya 0,48 juta hektare.

Konstruksi Kayu

Dalam beberapa tahun terakhir, KLHK melakukan pembaruan data dan mempublikasikan angka deforestasi per tahun, tentunya dengan definisi deforestasi yang mengacu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 70/2017. Data resmi menunjukkan pada periode 2013-2014 deforestasi turun menjadi 0,4 juta hektare per tahun setelah pada periode sebelumnya berada pada angka 0,73 juta hektare per tahun.

Angka deforestasi naik pada periode 2014-2015 menjadi 1,09 juta hektare per tahun, lalu turun menjadi 0,63 juta hektare per tahun pada 2015-2016 dan turun kembali ke angka 0,48 juta hektare per tahun pada periode 2016-2017. 

Dari angka-angka itu, Indonesia bisa menurunkan deforestasi 75,03% di periode 2019-2020, hingga berada pada angka 115.460 hektare. Angka ini jauh menurun dari deforestasi tahun 2018-2019 sebesar 462.460 hektare.

Data ini dirilis Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penurunan deforestasi 75,03% merupakan angka deforestasi netto. Perhitungan deforestasi ini juga mencakup baik di dalam maupun di luar kawasan hutan Indonesia.

Sesuai perkembangan teknologi, perhitungan luas deforestasi sejak 2011 merupakan hasil perhitungan deforestasi netto yang mempertimbangkan kegiatan reforestasi. Sementara perhitungan pada periode sebelumnya masih menggunakan deforestasi bruto. 

Jadi penyajian angka deforestasi yang digunakan adalah deforestasi netto, yang merupakan hasil deforestasi bruto dikurangi angka reforestasi. Angka deforestasi bruto 2019-2020 sebesar 119.100 hektare dan angka reforestasinya sebesar 3.600 hektare. Sementara angka deforestasi bruto tahun 2018-2019 sebesar 465.500 hektare, dan angka reforestasinya 3.000 hektare.

Deforestasi versi FWI

Forest Watch Indonesia (FWI), LSM lingkungan, mencatat luas hutan alam di Indonesia terus turun. Pada 2000, Indonesia masih memiliki 106 juta hektare hutan alam, berkurang menjadi 93 juta hektare pada 2009, 88 juta hektare pada 2013, dan 82 juta hektare pada tahun 2017.

Dari analisis FWI, selama 17 tahun ke belakang (2000-2017) Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 23 juta hektare atau setara 75 kali Yogyakarta. Angka yang sangat jauh jika dibandingkan dengan klaim 3 juta hektare keberhasilan rehabilitasi hutan dan lahan kritis.

Laju deforestasi di Indonesia pada 2000-2009 sebesar 1,4 juta hektare per tahun. Pada periode selanjutnya (2009-2013) berkurang menjadi 1,1 juta hektare per tahun. Laju deforestasi di Indonesia kembali meningkat pada 2013-2017 menjadi 1,4 juta hektare per tahun.

Jika diilustrasikan, kecepatan kehilangan hutan di Indonesia setara 4 kali luas lapangan sepak bola per menit. Praktis, sejak 2000 hingga 2017 tidak ada perubahan signifikan dari kecepatan kehilangan hutan. Walaupun sempat turun sekitar 350 ribu hektare per tahun pada periode kedua (2009-2013), laju deforestasi kembali naik pada periode selanjutnya.

Deforestasi terjadi di masing-masing region sejak 2000-2017. Ada beberapa region deforestasinya turun seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, tetapi juga ada beberapa region yang mengalami deforestasinya naik seperti Bali Nusa, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Bahkan untuk region Maluku ada peningkatan deforestasi hampir dua kali lipat dan di Papua ada peningkatan hampir 3 kali lipat. Dari sini, dapat dilihat bahwa deforestasi di Indonesia terus bergerak dari wilayah barat ke wilayah Timur.

Walhasil klaim keberhasilan Indonesia dalam menekan laju deforestasi selama 20 tahun terakhir patut dipertanyakan. Sebab turunnya laju deforestasi di beberapa wilayah tidak lain karena faktor sumber daya hutan yang semakin menipis, di mana hutan yang tersisa berada pada wilayah yang sulit diakses sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan dan pada areal-areal konservasi yang secara regulasi sulit untuk dikonversi.

Pergeseran deforestasi dari wilayah barat ke wilayah timur juga terlihat dari kebijakan. Dalam peta arahan pemanfaatan hutan produksi yang dikeluarkan KLHK antara 2017-2020, proporsi kawasan hutan produksi yang akan dimanfaatkan terus berkurang di Sumatera dan Kalimantan. Sementara untuk region Sulawesi, Maluku, dan Papua proporsinya terus meningkat. 

Jika merujuk data KLHK, pada 2020 deforestasi menurun sampai ke angka 115 ribu hektare. Ini adalah angka deforestasi terendah dari semua data deforestasi yang pernah disampaikan oleh KLHK. Di lain sisi, analisis yang dilakukan FWI dengan memadukan data tutupan hutan tahun 2017 dengan data forest lost Hansen (University of Maryland) tahun 2018, 2019, dan 2020, memperlihatkan ada sekitar 680 ribu hektare hutan yang hilang. Atau dengan laju rata-rata sebesar  227 ribu hektare per tahun. 

Fakta lapangan menunjukkan bahwa deforestasi di Indonesia selama ini terjadi lebih dominan di kawasan hutan produksi baik secara legal (perizinan) maupun ilegal (perambahan/pencurian kayu). Dalam buku “The State of Indonesia’s Forest (SOIFO) 2018/2020/2022” rata-rata luas kawasan hutan produksi yang telah mengalami deforestasi di atas 69 persen dari total luas kawasan hutan yang tidak mempunyai tutupan hutan (non forested) yang mencapai lebih dari 30 juta hektare.

Secara matematis, hutan produksi yang masih mempunyai potensi kayu sudah sangat menurun luasnya. Dari luas hutan produksi 68,80 juta hektare, yang telah dibebani hak (dengan perizinan) 34,18 juta hektare, yang tidak berhutan 22-24 juta hektare, sementara yang masih berhutan (hutan primer) sekitar 16 juta hektare.

Dengan aksesibilitas yang sangat rendah bagi hutan alam primer khususnya hutan produksi yang tersisa ditambah dengan kebijakan moratorium hutan alam primer, otomatis pemerintah tanpa berbuat apa pun, angka laju deforestasi pasti menurun, karena hutan alam yang tersisa akan sulit dijangkau oleh siapa pun.

Deforestasi ilegal, lambat tapi pasti akan hilang, karena kayu yang dipungut secara ekonomis makin tidak menguntungkan. Reforestasi sebagai salah satu upaya mengembalikan kawasan hutan terdeforestasi tampaknya juga sudah diperhitungkan dalam penurunan laju deforestasi sejak periode 2011-2012. Sementara perhitungan pada periode sebelumnya masih menggunakan deforestasi bruto.

Sayangnya angka reforestasi sebagai pengurang deforestasi bruto tidak dijelaskan asal-usulnya, umur tanamannya, dan bagaimana cara menghitungnya. Bila dihitung sejak 2011, program rehabilitasi hutan oleh pemerintah maupun swasta telah mencapai ratusan ribu bahkan jutaan hektare.

Keberhasilan reforestasi yang dapat dicatat oleh KLHK hanya 6,3 ribu hektare saja? Atau yang berhasil menjadi hutan kembali hanya seluas itu? Masyarakat luas perlu tahu untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut, agar pemahaman deforestasi di Indonesia dapat semakin utuh dan tidak dilihat secara parsial.

Ikuti percakapan tentang deforestasi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Pernah bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain