Kabar Baru| 10 Mei 2023
Peran Perhutanan Sosial dalam Strategi Adaptasi Krisis Iklim
KRISIS iklim memicu upaya-upaya mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kegiatan mitigasi. Indonesia agak unik karena dalam dokumen pengurangan emisi atau nationally determined contribution (NDC) memasukkan strategi adaptasi sebagai bagian dari strategi ketahanan perubahan iklim.
Dalam mitigasi, pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi dari sektor kehutanan sebesar 17,4% dari perkiraan produksi gas rumah kaca 2,87 miliar ton setara CO2 pada 2030. Sedangkan dalam konteks adaptasi, penanganan dampak perubahan iklim melalui program-program berbasis masyarakat, melalui peningkatan ketahanan bencana, ketahanan pangan, hingga program kampung iklim.
Perhutanan sosial, sebagai program pemanfaatan kawasan hutan, dengan begitu, memiliki peran strategis untuk menunjang pencapaian target mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim secara nasional, khususnya di sektor kehutanan dan penggunaan lahan. Sebab jangkar dan tujuan perhutanan sosial adalah mencapai keseimbangan antara dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Perhutanan sosial adalah pemberian akses mengelola kawasan hutan kepada masyarakat adat dan masyarakat di sekitarnya seluas 12,7 juta hektare. Dengan berfokus pada peningkatan pendapatan, perhutanan sosial akan meredakan konflik tenurial sekaligus meningkatkan tutupan hutan. Perhutanan sosial pun menjadi strategi konservasi yang inklusif yang pada akhirnya mengurangi tekanan pada kawasan hutan.
Salah satu penyebab pemanasan global adalah deforestasi. Strategi perhutanan sosial dengan sendirinya mengakomodasi kebutuhan ekonomi seraya tetap memuliakan hutan untuk mencegah deforestasi. Perhutanan sosial menjadi skema yang sejalan dengan mitigasi krisis iklim, yakni bisnis hijau untuk mencegah pemanasan global kian parah. Di tingkat nasional, perhutanan sosial juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan proyek Forest Investment Program-1 (FIP-1) di Kalimantan Barat melaksanakan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Fasilitasi perhutanan sosial, yang di dalamnya mencakup kegiatan perlindungan hutan, rehabilitasi lahan dan hutan, serta peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar hutan, memberi alternatif dan pembelajaran di tingkat tapak, tentang penguatan kelembagaan masyarakat dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengurangan deforestasi dan degradasi hutan.
FIP-1 juga memfasilitasi 15 desa untuk mendorong Program Kampung Iklim (PROKLIM) di Kapuas Hulu dan Sintang. Apakah keberhasilan FIP-1 bisa ditiru di daerah lain? Seberapa cocok program perhutanan sosial terhadap mitigasi perubahan iklim? Bisakah perhutanan sosial sebagai pengelolaan hutan berkelanjutan? Simak penjelasannya di webinar ini.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Redaksi
Topik :