Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 17 Mei 2023

Apakah Menghutankan Gurun Bisa Mencegah Perubahan Iklim?

Setiap tahun, penggurunan makin luas sehingga lahan produktif makin berkurang. Aforestasi bisa mencegahnya?

Great Green Wall adalah salah satu project untuk menghutankan gurun (foto: UNCCD)

SEPERTI telur dan ayam, perubahan iklim menyebabkan penggurunan, penggurunan mengakibatkan perubahan iklim dan mahluk hidup terjebak di dalamnya. Desertifikasi membuat wilayah-wilayah gurun kini semakin bertambah.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), sejak 1920, gurun Sahara di Afrika Utara meluas sebanyak 10%. Di Asia Tengah, lebih dari 60% wilayahnya mengalami desertifikasi, mempengaruhi negara seperti Cina, Uzbekistan, Kyrgyztan, dan negara sekelilingnya. United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD) mencatat setidaknya 3,2 miliar orang yang terdampak negatif akibat desertifikasi ini.

Jika desertifikasi tidak disetop, lahan produktif di daerah beriklim kering semakin sedikit. Mereka yang tinggal di iklim kering akan kesulitan menumbuhkan tanaman pangan dan mendapatkan air. Aforestasi atau menghutankan gurun menjadi satu solusi untuk menghentikan desertifikasi ini. 

Di tahun 2007, para pemimpin Afrika dari sebelas negara sepakat membuat suatu inisatif bernama The Great Green Wall (GGW). Inisiatif ini bertujuan untuk menghijaukan Sahel, bagian selatan gurun Sahara yang paling terdampak desertifikasi. Targetnya adalah menghutankan gurun sepanjang 8.000 kilometer, di sebelas negara, mulai dari Senegal di Barat ke Djibouti di Timur.

GGW ditargetkan menghutankan 100 juta hektare lahan terdegradasi, menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan, dan menyerap 250 juta ton emisi setara karbon dioksida. Inisiatif ini mendapat dukungan dari Bank Dunia yang mengucurkan dana sebanyak US$ 1 miliar.

Menurut laporan UNCCD, Great Green Wall telah menghutankan 20 juta hektare, memberikan 350.000 pekerjaan, dan menghasilkan manfaat ekonomi sebesar US$ 90 juta dari rentang 2007-2018. Tanaman pangan yang tadinya sulit tumbuh di Sahel, kini sudah bisa tumbuh dengan baik. Masyarakat bisa mendapatkan pangan dengan lebih mudah. The Great Green Wall juga diharapkan menyerap lebih dari 300 juta ton emisi karbon hingga 2030. 

Jauh sebelum Afrika menjalankan The Great Green Wall Initiative, Cina telah lebih dulu membangun Great Green Wall. Sekitar 27% dataran Cina mengalami desertifikasi dan mempengaruhi kehidupan 400 juta orang. Debu dari gurun Gobi juga rutin menghiasi Beijing, ibu kota Cina.

Pada 1978, Cina berambisi menghentikan desertifikasi dengan menambah luas hutan di Gobi. Mereka berambisi menanam lebih dari 88 miliar pohon yang membentang sejauh 5.000 kilometer dan melewati 13 provinsi.

Insiatif itu membuat gurun Gobi di Cina menyusut sebanyak 2.400 kilometer persegi per tahun. Badai pasir yang biasa menyerang kota-kota di sekitarnya menurun 20%. Pohon-pohon ini juga bisa menyediakan kebutuhan kayu bagi masyarakat sekitar.

Maka benarkah aforestasi bisa mencegah penggurunan? "Ada beberapa tempat yang dulunya hutan, kemudian terdegradasi, dan ekosistemnya menjadi tidak baik-baik saja. Mereka membutuhkan reforestasi. Tapi ada tempat yang sejak awal bukanlah hutan, tidak memiliki pohon sama sekali, dan dia tetap menjadi ekosistem yang sehat dan harmonis.” kata Dianas Davis, profesor di University of California.

Ekosistem gurun juga memegang peran bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Ada satwa dan vegetasi endemik yang sudah beradaptasi dengan kondisi gurun dan hanya bisa hidup di gurun. Menurut penginderaan jauh NASA, setiap tahun ada 182 juta ton debu dari gurun Sahara yang tertiup angin dan menjadi nutrisi bagi hutan Amazon.

Artinya, menghijaukan seluruh gurun tampak seperti ide yang buruk karena bisa menghilangkan keanekaragaman hayati, mengurangi nutrisi hutan hujan tropis, dan akibat-akibat lainnya yang belum kita ketahui. Selain itu, menghutankan gurun amat mahal dan rentan gagal.

Walau mampu menurunkan dampak badai pasir hingga 20%, Great Green Wall di Cina menghadapi banyak halangan. Sejak 1978-2004, hanya 15% pohon  bertahan hidup. Rendahnya tingkat survival karena pohon monokultur yang mudah terkena penyakit.

Ide menghutankan gurun tentu tidak sepenuhnya salah. Menghutankan gurun menjadi ide bagus menghentikan desertifikasi. Tapi gurun ada sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem bumi. Kita hanya bisa mencegahnya tak meluas dengan mengendalikan perubahan iklim melalui pengurangan emisi karbon dan gas rumah kaca.

Ikuti percakapan tentang desertifikasi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain