KENDARAAN listrik makin populer. Menurut International Energy Agency, market kendaraan listrik, khususnya mobil, terus bertumbuh. Pada 2020, mobil listrik hanya menguasai 4% dari pasar mobil. Pada 2022, naik menjadi 14% dan diperkirakan meningkat menjadi 18% pada 2023. Pada 2030, diprediksi akan ada 150 juta mobil listrik di jalanan.
Tapi kendaraan listrik tak seramah lingkungan yang kita kira. Logam yang menjadi bahan bakunya dikeruk dari alam, merusak hutan, hingga mencemari lingkungan. Produksi emisi baterai kendaraan listrik memang paling kecil dibanding bensin atau solar.
Masalahnya, pelepasan emisi dari residu dalam produksi listriknya, pembuatan baterai kendaraan listrik tetap lebih besar. Studi Massachusetts Technology University menunjukkan emisi saat produksi baterai kendaraan listrik lebih besar dibanding mobil bahan bakar minyak.
Kendaraan listrik sendiri tidak bebas emisi. Jika pembuatan mobil berbahan bakar energi fosil menghasilkan sekitar 7-10 ton karbon dioksida, maka EV menghasilkan dua kali lipatnya! Setengah dari emisi karbon tersebut dihasilkan dari pembuatan baterainya.
Baterai EV sendiri saat ini umumnya baterai ion litium, yang tersusun dari anoda (kutub positif), katoda (kutub negatif), pemisah (separator), dan elektrolit. Komponen baterai tersebut kebanyakan berasal dari proses penambangan, yang mana proses penambangan erat kaitannya dengan perusakan lingkungan. Salah satunya adalah grafit, susunan karbon berlapis yang digunakan sebagai anoda dan menyusun 30% baterai kendaraan listrik.
Para ilmuwan coba mencari alternatif bahan baku baterai yang lebih ramah lingkungan. Dan alternatif itu datang dari hutan, tepatnya pohon, yakni lignin.
Lignin adalah komponen penyusun pohon dan ia merupakan polimer, yakni rantai berulang dari atom yang panjang. Sama seperti grafit, dalam rantai atomnya, lignin memiliki karbon. Karbon adalah materi yang vital untuk membuat baterai, khususnya sebagai anoda. Singkatnya, lignin dapat menggantikan grafit sebagai anoda di baterai kendaraan listrik. Apalagi, lignin adalah bio-material kedua paling banyak di dunia, setelah selulosa.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Advanced Functional Materials pada 2013, terlihat kemampuan lignin sebagai komponen anoda di baterai ion litium yang bekerja dengan baik. Tidak seperti grafit, lignin tidak membutuhkan lem atau perekat.
Para teknisi Stora Enso, salah satu perusahaan pulp and paper terbesar di Eropa, juga telah merancang anoda baterai kendaraan listrik dari lignin. Walau tidak dijelaskan detail bagaimana proses pembuatannya, lignin bekerja dengan baik. Bahkan, lignin memiliki struktur amorf atau tidak beraturan. Hal ini memungkinkan mobilitas ion semakin tinggi yang berimplikasi pada pengisian daya yang lebih cepat dan efisien.
Saat ini, lignin baru sebatas menggantikan anoda pada baterai kendaraan listrik. Namun, potensi lignin bisa lebih besar dari itu. Dalam sebuah penelitian oleh Han Young Jung dkk, yang diterbitkan di jurnal Polymers pada 2022, mereka menemukan bahwa lignin bisa menjadi penyusun komponen baterai kendaraan listrik yang lainnya, mulai dari anoda, katoda, dan pemisah. Tentunya, butuh waktu untuk mewujudkan hal tersebut.
Pertanyaannya, apakah dengan mengganti baterai kendaraan listrik ke lignin membuat kendaraan listrik lebih ramah lingkungan? Jawabannya, tergantung sumbernya. Jika sumber lignin (pohon) didapat dengan penebangan liar, maka tidak ia tidak lestari.
Chelsea Baldino, peneliti dari International Council on Clean Transportation, mengatakan kepada BBC, produksi lignin sebenarnya tidak perlu menebang pohon tambahan. Sebab, dalam industri pulp and paper, lignin biasanya adalah limbah yang tidak termanfaatkan. Jadi, dengan memanfaatkan limbah tersebut, kita bisa menciptakan baterai kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.
Ikuti percakapan tentang kendaraan listrik di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :