Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 26 Mei 2023

Berapa Pohon Kita Butuhkan untuk Menghentikan Krisis Iklim?

Jika seluruh permukaan bumi terisi pohon, bisakah krisis iklim berhenti?

Menanam pohon menjadi solusi paling murah untuk melawan perubahan iklim (foto: unsplash.com/Dmitry Dyerev)

UNTUK mencegah krisis iklim, setidaknya kita perlu menurunkan emisi karbon global sebanyak 45% hingga 2030 dari 53 miliar ton setara CO2 per tahun. Krisis iklim terjadi karena volume gas rumah kaca di atmosfer melebihi kapasitas selubung bumi itu menampung dan menyerapnya. Gas rumah kaca terjadi karena pelepasan emisi karbon dari bumi.

Untuk mencegah pelepasan emisi tersebut, ekosistem paling efektif menyerapnya adalah pohon. Lewat proses fotosintesis, pohon menyerap karbon dioksida yang dilepas dari aktivitas manusia bahkan dari atmosfer lalu mengonversinya menjadi karbohidrat dan oksigen.

Konstruksi Kayu

Berapa banyak pohon yang diperlukan bumi untuk mencegah krisis iklim? Untuk mengetahui jawabannya, kita perlu mengetahui berapa emisi yang kita hasilkan dan seberapa banyak karbon yang dapat diserap oleh pohon.

Kemampuan pohon menyerap karbon sangat tergantung pada umur, tempat tumbuh, dan jenisnya. Rata-rata pohon menyerap 22 kilogram karbon dioksida per tahun.

Sementara setiap negara memiliki emisi karbon yang berbeda. Pada 2021, Qatar menghasilkan 35,6 ton karbon dioksida per orang per tahun. Amerika Serikat menghasilkan 14,86 ton per orang per tahun. Orang Indonesia memproduksi 2,26 ton per orang per tahun.

Jadi, kalau kamu orang Indonesia, menanam 10 pohon hanya akan "membayar" 10% total emisi karbon kamu. Karena itu agar impas, kamu perlu menanam 103 pohon untuk membayar seluruh emisi karbon yang kamu hasilkan. Dengan catatan, setiap pohon yang kamu tanam mampu bertahan hidup dan tumbuh sampai bisa menciptakan iklim mikro.

Tapi berhubung kita bicara perubahan iklim, yang mana itu masalah global, mari kita beralih ke perspektif global. Setiap orang di dunia ini rata-rata menghasilkan emisi karbon sebesar 4,7 ton per orang per tahun. Artinya, setiap orang perlu menanam 213 pohon untuk membayar lunas emisi karbon mereka. Jika kini ada 8 miliar orang di dunia ini, bumi perlu menanam 1,7 triliun pohon! Selama 12.000 tahun, diperkirakan kita telah memotong 5,8 triliun pohon.

Itu jumlah yang dibutuhkan untuk menyerap emisi yang berjalan, yang kita produksi setiap hari. Sementara gas rumah kaca bercokol di atmosfer selama ratusan tahun. Artinya, perlu pohon lebih banyak untuk menyerap gas rumah kaca di selubung bumi itu. Menurut sejumlah studi, saat ini bumi dihuni oleh setidaknya 3 triliun pohon.

Berapa lahan yang dibutuhkan untuk menanam pohon sebanyak itu? Jika jarak tanamnya 5 x 5 meter dan 1 hektare menampung sekitar 400 pohon, artinya kita membutuhkan 4,25 miliar hektare lahan untuk menanam pohon-pohon tersebut! Menurut studi di jurnal Restoration Ecology pada 2019, di luar daerah hutan dan perkotaan, kita masih memiliki 0,9 miliar hektare lahan yang dapat dijadikan hutan. Jika mengacu pada penelitian tersebut, maka kita hanya bisa menanam 360 miliar batang pohon atau 21% dari target untuk menyerap emisi berjalan.

Meski perhitungan di atas terdengar menjanjikan, perhitungan tersebut terlalu sederhana. Pohon yang kita tanam tidak akan sepenuhnya hidup, beberapa mungkin akan mati karena persaingan di usia muda dan hanya beberapa yang akan tumbuh menjadi pohon besar, yang dapat menyerap banyak karbon. Seandainya ia menjadi pohon besar pun suatu hari ia juga akan mati, membusuk, dan sebagian karbon di pohon tersebut terlepas ke atmosfer.

Menanam pohon adalah kegiatan yang bagus. Tapi melindungi pohon dan hutan yang ada tidak kalah penting. Melindungi 3 triliun pohon penting dalam mencegah krisis iklim.

Siklus karbon di bumi juga kompleks. Pohon-pohon yang telah membentuk ekosistem hutan memiliki kemampuan menyerap karbon yang lebih baik dibanding pohon-pohon monokultur. Selain itu, pohon bukan satu-satunya hal yang dapat menyerap karbon. Kita memiliki alga di laut, padang lamun, tanah gambut, dan hal-hal lainnya yang berperan penting sebagai penyerap karbon.

Ikuti percakapan tentang krisis iklim di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain