Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 01 Juli 2023

Berapa Luas Bumi yang Harus Kita Jaga Agar Terhindar dari Krisis Iklim?

Untuk mencegah dampak krisis iklim, manusia harus melindungi ekosistem bumi. Berapa luas minimal?

Tumbuhan adalah agen penyerap karbon utama di daratan (foto: unsplash/Warren Brase)

TUMBUHAN memainkan peran penting bagi bumi. Mereka berperan sebagai penyerap dan penyimpan emisi karbon, penyedia air bersih, menjadi habitat keanekaragaman hayati, penopang mahluk hidup. Ketika mereka rusak, dampaknya krisis iklim yang meluas. Masalahnya, menurut laporan dari Royal Botanic Gardens di 2016, diperkirakan 40% spesies tumbuhan terancam punah.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Convention on Biological Diversity memiliki target dan tujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati yang terangkum dalam Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework (KMGBF).

Beberapa langkah yang dilakukan untuk memenuhi tujuan tersebut adalah konsep 30 x 30. Artinya negara-negara di dunia sepakat untuk melindungi 30% daratan dan laut, serta merestorasi 30% ekosistem yang terdegradasi.

Namun, beberapa peneliti mengatakan bahwa jumlah tersebut terlalu sedikit dan jauh dari target untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati.

Berdasarkan studi di jurnal Conservation Biology pada November 2022, setidaknya kita harus melindungi 67 juta kilometer persegi ekosistem bervegetasi, atau area setara 7 kali luas Republik Rakyat Cina, untuk memenuhi target penyelamatan keanekaragaman hayati. Atau jika dikonversi ke jumlah vegetasi, kita harus melindungi 79% vegetasi yang ada di bumi, mengingat produksi emisi gas rumah kaca melebihi 50 miliar ton setara CO2 per tahun.

Dengan menggunakan citra satelit, peneliti di studi tersebut memetakan wilayah bervegetasi mana saja yang perlu dilindungi. Jika dibagi ke dalam benua, 70% vegetasi berada Asia, 89% di Amerika, 60% di Eropa, 73% di Afrika, dan 63% di Oseania.

Dengan melindungi 79% vegetasi di bumi, kita bisa mencapai target pelestarian keanekaragaman hayati dan reduksi emisi karbon.

April Reside, salah satu peneliti di studi tersebut, mengatakan bahwa menjaga 79% vegetasi di bumi bisa memenuhi target penyelamatan keanekaragaman hayati dibanding menjaga 30% ekosistem darat dan laut yang disepakati oleh berbagai negara. “Melindungi 30% ekosistem darat dan laut tidak akan cukup untuk menjamin kehidupan di Bumi. Terlebih, kita harus memasang target tinggi jika kita ingin ekosistem Bumi berfungsi dengan baik,” kata April Reside.

Dalam studi tersebut, para peneliti juga mengatakan bahwa perlindungan 79% vegetasi bumi tak harus dilakukan lewat cara formal. Studi ini mendorong kolaborasi masyarakat adat dalam upaya konservasi.

Saat ini ada 5% masyarakat adat yang tersebar di seluruh dunia. Mereka berperan besar dalam melindungi 80% keanekaragaman hayati dibBumi.  Berdasarkan laporan Land Gap pada 2022, mengamankan hak tenurial masyarakat adat lebih efektif dalam memulihkan lahan dan upaya penyerapan karbon dibanding rencana pemulihan lahan lain seperti reforestasi. 

Menurut Martine Maron, salah satu peneliti di studi itu, mengatakan bahwa masyarakat adat dan komunitas lokal adalah jantung dari perlindungan alam. Mereka memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang alam mereka dibanding kita. Dan untuk memperlancar upaya mereka dalam menjaga alam, para pemegang kebijakan perlu menerima aspirasi mereka, menjamin kepemilikan dan akses mereka terhadap lahan adat, dan melibatkan mereka dalam setiap upaya konservasi.

Selain melibatkan masyarakat adat dan komunitas lokal untuk menghentikan kerusakan lingkungan, studi tersebut juga mendorong pengurangan energi fosil, dekarbonisasi sistem pangan, dan beralih ke sistem tumpang sari untuk melestarikan vegetasi, keanekaragaman hayati, dan menahan laju krisis iklim.

Ikuti percakapan tentang krisis iklim di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain