BANYAK negara kini melirik bambu sebagai tanaman pionir dalam restorasi lahan. Cina, Kosta Rika, Filipina, India, dan Nepal memilih bambu untuk memulihkan lahan rusak. Kamerun juga tengah menanam bambu untuk memulihkan 12 juta hektare lahan yang terdegradasi. Sementara Ghana memakai bambu untuk reklamasi area pertambangan.
Masalahnya, bambu bukan pohon. Ia termasuk jenis rumput dengan lebih dari 1.600 jenis yang tersebar di seluruh dunia. Karena ia bukan pohon, kemampuannya menyerap karbon jauh lebih sedikit dibanding pohon.
Menurut studi Nature, bambu bisa menyerap 17 ton emisi karbon per hektare per tahun. Namun, ia bisa memproduksi oksigen 35% lebih banyak dibanding pohon dengan luasa yang sama. Sebab, dengan tumbuh dalam rumpun, bambu bisa mengisi lahan lebih banyak dibanding pohon.
Sementara kemampuan pohon menyerap emisi karbon 4,5-40,7 ton per hektare per tahun. Ini kemampuan pohon berusia 20 tahun. Meski kemampuan bambu menyerap emisi karbon hanya setengahnya, ia bisa melakukan tugasnya setara pohon lebih cepat.
Bambu tumbuh 88 sentimeter per hari atau 4 senterimeter per jam. Dengan kemampuan tumbuh itu, bambu menjadi tanaman vertikal dengan pertumbuhan tercepat dalam kelompok tumbuh-tumbuhan bukan kayu. Ia juga bisa beregenerasi dengan cepat melalui kemampuannya menggandakan tunas dengan cepat.
Bambu juga tidak membutuhkan perawatan kompleks. Ia dapat tumbuh di lahan marjinal yang miskin hara tanpa perawatan insentif. Bahkan, bambu menjadi satu dari sedikit organisme yang bertahan di Jepang dalam serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Soal akar, bambu memang tidak memiliki sistem perakaran yang dalam layaknya pohon. Namun, jika sudah tergabung dalam rumpun, perakaran bambu akan membentuk jaringan yang kuat dan mampu mengurangi aliran permukaan, erosi, dan longsor.
Paduan ketangguhan, kecepatan, dan regenerasi membuat bambu menjadi opsi restorasi lahan. Selain untuk keperluan restorasi, bambu juga menjadi material hasil hutan bukan kayu yang dapat digunakan untuk beragam kebutuhan. Pertama, bambu dapat diubah menjadi arang yang menghasilkan energi. Di daerah terpencil di Afrika, penggunaan arang bambu membantu memenuhi kebutuhan energi masyarakat dan menghasilkan pendapatan Rp 150.000.000 per tahun.
Artikel lain:
- Mama Flores Berdaya Melalui Bambu
- Mimpi-mimpi Bambu Lestari
- Saatnya Menengok Bambu
- Gitar Bambu Lebih Mendayu
Bambu juga banyak digunakan sebagai material bangunan, mebel, perabotan, dan sejenisnya. Soal kekuatan, bambu sendiri tak kalah dari baja. Dimana bambu memiliki kekuatan tarik sebesar 28.000 PSI, unggul dari baja yang hanya sebesar 23.000 PSI. Selain bangunan, serat bambu banyak dimanfaatkan di industri sustainable fashion.
Keberadaan bambu membantu menjadi pionir untuk restorasi lahan. Bambu juga berperan sebagai material ramah lingkungan yang dapat mensubtitusi dan mengurangi penggunaan hasil hutan kayu. Dengan penggunaan kayu yang menurun, deforestasi bisa dikurangi dan pertumbuhan hutan bisa lebih maksimal.
Ikuti percakapan tentang hasil hutan bukan kayu di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :