HARIMAU menjadi spesies kunci ekosistem. Sang pemuncak rantai makanan ini menjadi perhatian para konservasionis karena populasinya terus menipis.
Konservasi harimau bukan hanya sekadar mengembalikan populasinya ke batas aman. Juga akan berdampak ke terjaganya hutan dan reduksi emisi karbon. Berdasarkan studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Ecology and Evolution, konservasi harimau di India telah membantu meningkatkan stok karbon.
Sebab harimau merupakan spesies payung (umbrella species) dalam hutan. Artinya, melindungi harimau, secara otomatis juga berarti melindungi hutan. Terlebih, harimau memiliki daya jelajah yang luas hingga ratusan kilometer per hari. Sehingga luasan hutan yang perlu dijaga juga masif.
Proyek konservasi harimau di India ini telah berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 1 juta ton setara karbon dioksida dalam rentang 2007 hingga 2020. Emisi tersebut setara dengan emisi karbon yang dikeluarkan untuk gas memasak bagi 4,1 juta rumah tangga di India per tahun.
Dalam periode yang sama, seluas 5.802 hektare hutan telah terlindungi dan mampu mendukung populasi harimau. Kini, India menjadi pemilik populasi harimau (Panthera tigris) terbesar di dunia, dengan 3.167 individu. Untuk mendukung keberlanjutan konservasi harimau, pemerintah India menetapkan 53 wilayah perlindungan harimau.
Berkat proyek ini, deforestasi hutan India bisa ditekan dan menghadirkan potensi pendapatan sebesar Rp 95 miliar dari pengurangan emisi karbon dan Rp 1,4 triliun dalam bentuk jasa ekosistem.
Bagaimana dengan konservasi harimau di Indonesia?
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki 1 dari 6 sub-spesies harimau yang tersisa. Dulu, sebenarnya Indonesia memiliki tiga sub-spesies harimau. Namun, harimau Jawa dan harimau Bali tak pernah terlihat lagi dan dinyatakan punah. Harimau yang diduga harimau Bali terakhir terekam adalah saat ditembak di Sumber Kima, Bali Barat, pada 1937. Sedangkan harimau Jawa terakhir terlihat yakni pada 1976 di Meru Betiri.
Maka Indonesia kini hanya memiliki satu sub-spesies harimau, yakni harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae). Populasi harimau sumatera juga kritis (critically endangered). Diperkirakan, jumlah harimau Sumatera hanya berkisar 400-500 individu tersebar di 23 lanskap kecil, sedang, hingga besar.
Deforestasi dan perburuan liar menjadi faktor utama penurunan populasi harimau Sumatera. Dalam Population Viability Analysis oleh Harimau Kita, dengan laju deforestasi sekarang, populasi harimau Sumatera di lanskap kecil kemungkinan besar akan mengalami kepunahan. Sedangkan, jika deforestasi meningkat 9-20%, dalam sepuluh tahun ke depan populasi harimau Sumatera di lanskap besar dan sedang akan punah.
Soal perburuan liar, harimau masih banyak diburu dan diperdagangkan secara ilegal. Dari Auriga, patroli berbasis SMART pada 2012-2019 menemukan sedikitnya 3.285 jerat di enam lanskap habitat harimau Sumatera. Laporan Traffic mencatat ada 3.377 harimau dan bagian tubuhnya yang disita oleh petugas di 50 negara. Indonesia menjadi negara pemasok bagian tubuh harimau tertinggi ketiga di pasar internasional.
Selain itu, harimau Sumatera juga rawan berkonflik dengan manusia. Di Aceh, pada 2022 tercatat 40 kasus konflik manusia - harimau sumatera. Dalam rentang 2020 hingga Maret 2023, telah ditemukan 10 individu harimau Sumatera mati terbunuh. Dengan semakin bertambahnya manusia, kemungkinan konversi lahan dan konflik harimau Sumatera dan manusia semakin meningkat.
Konservasi harimau bukan hal yang mudah. Butuh sinergi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan juga masyarakat, khususnya yang bersinggungan dengan habitat harimau.
Ikuti percakapan tentang konservasi harimau di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :