Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 26 Agustus 2023

Manfaat Pinus untuk Lingkungan dan Ekonomi

Pinus merkusii termasuk tanaman multifungsi. Bisa jadi tanaman reboisasi bernilai ekonomi.

Lokasi perkemahan di hutan pinus Limpakuwus, Purwokerto, Jawa Tengah (Foto: Dok. HAE IPB)

SAAT ini ada 126 jenis pohon pinus di bawah genus Pinus. Salah satunya Pinus merkusii. Pada dasarnya pohon ini bisa tumbuh di berbagai tempat dengan variasi ketinggian berbeda-beda. Namun pertumbuhan optimal Pinus merkusii pada wilayah ketinggian antara 400 hingga 2.000 meter dari permukaan laut.

Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus asli (indigenous) Indonesia yang dijumpai tumbuh secara alami di Aceh, Tapanuli, dan daerah Kerinci, Sumatera Utara (Harahap dan Aswandi, 2006). Tumbuh pada daerah ketinggian 200-2000 meter dari permukaan laut dengan curah hujan tahunan antara 1.200-3.000 milimeter. Selain di Indonesia, Pinus merkusii juga dijumpai tumbuh secara alami di Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, India dan Filipina.

Konstruksi Kayu

Pinus merkusii berkembang biak dengan biji sehingga termasuk tumbuhan berbiji telanjang yang terkumpul dalam buah semu bentuk kerucut bersisik (Gymnospermae) yang dihasilkan pada pohon yang sama atau berumah satu (monoecious).

Pinus merkusii berdaun jarum tergolong cepat tumbuh (fast growing) dan termasuk tipe coniferous evergreen, yaitu pohon berdaun jarum berwarna hijau sepanjang tahun yang tidak terpengaruh oleh musim. Walau pinus bisa tumbuh pada berbagai jenis tanah tidak selalu memberikan pertumbuhan yang sama baik. Pertumbuhan akar pinus pada tanah padat dan tanah becek kurang berkembang dibandingkan pada tanah yang aerasi dan kesuburan fisiknya baik.

Sifat-sifat fisik tanah dan topografi yang baik bagi pertumbuhan tanaman pinus di hutan rakyat Kabupaten Tana Toraja di Sulawesi Selatan adalah tekstur lempung berliat dan liat berpasir (kandungan liatnya 30%), drainase yang sedang hingga cepat, kedalaman efektif perakaran berkisar antara 100-150 sentimeter, kedalaman sampai lapisan penghambat lebih dari 140 sentimeter, kepadatan (bulk density) berkisar antara 0,94-1,30 gram per sentimeter kubik.

Peran tegakan pinus terhadap erosi tanah dan aliran permukaan sangat ampuh, karena pada umumnya lantai hutan tertutup guguran daun pinus yang lambat terurai sehingga dapat melindungi permukaan lahan dari pukulan langsung air hujan ataupun aliran permukaan.

Manfaat hutan pinus tidak diragukan lagi karena tidak hanya memproduksi kayu kelas kuat III yang masuk kelas awet IV sebagai bahan baku berbagai bangunan konstruksi ringan, mebel, kayu lapis, korek api, pulp, pohon pinus juga menjadi penghasil getah (oleoresin) sebagai bahan baku produk terpentin, resin, gondorukem, cat dan kosmetik. Selain itu, fungsi ekosistem hutan pinus juga banyak dimanfaatkan sebagai lokasi wisata alam.

Hutan Pinus merkusii yang tumbuh menyebar di seluruh belantara bumi Indonesia merupakan hasil program reboisasi dan penghijauan tahun 1960-an. Pinus merkusii merupakan jenis primadona (60%) yang dipilih ditanam karena benihnya tersedia cukup banyak, laju pertumbuhannya cepat bahkan dapat menjadi jenis pionir dan dapat tumbuh pada lahan-lahan yang marginal (Mangundikoro, 1983).

Penanaman Pinus merkusii secara luas mampu menjadi salah satu penambah devisa negara dan meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat baik di Jawa maupun di luar Jawa hingga sekarang. Keberadaan hutan pinus di Sulawesi Selatan tersebar di 18 kabupaten atau pada 321 desa (10,5%) dari jumlah desa yang ada di Sulawesi Selatan. Di Tana Toraja ada 77 desa dan Toraja Utara sebanyak 51 desa yang merupakan kabupaten dengan potensi pinus tertinggi di Sulawesi Selatan (Tajuddin dan Suryanto, 2022).

Dari segi ekonomi, kayu pinus menjadi andalan masyarakat dengan harga jual rata-rata Rp 1,5-1,75 juta; penyadapan penyadap getah pinus Rp 6,3 juta per bulan di kecamatan Mengkendek, lebih tinggi dibanding penyadap getah pinus di daerah lain seperti di Gowa yang hanya Rp 3,5 juta per bulan (Herawaty et al, 2022).

Saat ini sudah banyak lokasi hutan pinus di kedua kabupaten yang dikelola oleh Badan Usaha Desa sebagai daerah wisata yang mulai menarik banyak pengunjung, selain keunikan ekosistemnya karena tajuk yang rimbun menimbulkan bunyi khas tersendiri apabila ada tiupan angin, batang silinder yang beralur menjadi ciri khas berwarna kecokelatan berdiri tegak menjadi lokasi swafoto yang menarik. Bahkan wisata hutan pinus Buntudatu di Kecamatan Mengkendek tergolong banyak pengunjung.

Selain manfaat kayu dan getahnya, pohon Pinus juga bisa diolah menjadi ornamen dan pernak-pernik yang unik dan menarik yang dapat diperjualbelikan dalam perayaan Natal (Kristen) saat Desember.

Keberadaan ekosistem hutan Pinus merkusii semakin dirasakan multifungsinya baik tangible maupun intangible dan semakin bernilai bagi kehidupan. Selain itu, ekosistem hutan Pinus sangat penting bagi keseimbangan lingkungan terutama perannya dalam serapan karbon untuk menunjang program pemerintah yaitu FOLU net sink 2030.

Ekosistem Pinus merkusii di Tana Toraja, menurut studi Parerung G.L (2022), total simpanan karbon pada tegakan umur 10 tahun mencapai 71.06 ton per hektare dan terus meningkat seiring peningkatan umur tegakan dan pada umur 30 tahun simpanan karbonnya sebesar 341,13 ton per hektare. Penelitian lain hasil estimasi karbon tersimpan pada tegakan Pinus umur 17 dan 30 tahun di wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak berkisar 318,5 dan 354,2 ton per hektare (Polosakan et al, 2014).

Dengan segala peran dan manfaat penting keberadaan ekosistem hutan Pinus merkusii, tentunya menjaga keberlanjutan dan pelestarian ekosistem hutan pinus menjadi sangat penting bagi kelangsungan hidup kita serta generasi mendatang.

Ikuti percakapan tentang restorasi lahan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti di Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN)

Peneliti di Pusat Riset Ekologi & Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain