Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 29 Agustus 2023

Studi: WFH Tak Mengurangi Polusi Udara Jakarta

Studi CREA menyebutkan work from home (WFH) tak mengurangi polusi udara Jakarta. Harus bagaimana?

Langit Jakarta pada 28 Agustus 2023 (Foto: Poernomo G. Ridho)

PENJABAT Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono mewajibkan seluruh pegawai negeri DKI bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Tujuannya untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor. Menurut data yang diacu pemerintah Jakarta, asap kendaraan bermotor menyumbang hampir seluruh polutan dalam udara Ibu Kota.

Acuan data pemerintah adalah hasil inventarisasi Vital Strategies yang dipublikasikan pada 2020. Data yang dipakai dalam analisis ini adalah data dari pelbagai sumber pemantauan kualitas udara Jakarta pada 2018-2019. Dari lima sektor, transportasi menyumbang lebih dari separuh polutan NOx, CO, partikulat kasar (PM10), partikulat halus (PM2.5), karbon hitam, dan polutan metana yang cepat menguap (NMVOCs).

Konstruksi Kayu

Karena itu strategi pemerintah mengurangi polusi adalah WFH. Heru Budi mengklaim WFH yang dimulai pekan lalu telah menurunkan tingkat kemacetan yang berakibat pada turunnya konsentrasi PM2.5 sebanyak 4%. Juga uji emisi kendaraan bermotor. Uji coba razia emisi sudah berlangsung.

Namun, studi Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA)—lembaga kajian dari Finlandia—menunjukkan data sebaliknya dari apa yang diklaim Heru Budi Hartono. Penurunan PM2.5 sebesar 4% terjadi pada Sabtu dan Minggu ketika pegawai libur.

Penurunan drastis terjadi pada polutan NOx sebesar 40% pada 2020 dibandingkan tahun sebelumnya. Saat itu pemerintah memberlakukan karantina wilayah untuk mencegah penularan virus Covid-19. Dengan angka ini CREA menyimpulkan kendaraan bermotor bukan sumber utama pencemaran udara Jakarta, melainkan industri.

Sebab, aktivitas industri adalah sumber NOx. Sementara PM2.5 adalah hasil pembakaran energi kendaraan bermotor. Selama masa WFH saat pandemi 2020-2022, konsentrasi PM2.5 tetap tinggi. Padahal penurunan PM2.5 sebesar 4% terjadi setelah tingkat kemacetan menurun sebesar 45%. 

CREA menyimpulkan bahwa polutan dalam pencemaran udara Jakarta lebih banyak bersumber dari aktivitas industri dan pembangkit listrik tenaga batu bara yang ada di sekitar Jakarta. Radius polutan yang masuk ke dalam udara Ibu Kota mencapai 200 kilometer. Karena itu, polutan dalam polusi udara Jakarta, menurut CREA, berasal dari PLTU Babelan di Cikarang hingga Indramayu.

Dari analisis itu, PLTU batu bara menyumbang 4% partikulat halus, 93% sulfur dioksida (SO2), dan 27% NOx. Sektor transportasi menyumbang 44% PM, 5% SO2, dan 56% NOx. Industri manufaktur menyumbang 4% PM, 2% SO2, dan 14% NOx. CREA juga menelaah pembakaran terbuka (seperti sampah dan biomassa) yang menyumbang 36% PM dan 1% NOx.

Beralih ke kendaraan listrik juga bukan solusi jitu. Menurut Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup, kendaraan listrik tak mengurangi polutan karena sumber listriknya tetap dari batu bara. Studi CREA terhadap gas buang kendaraan bensin dan kendaraan listrik di Jawa dan Bali mengkonfirmasi pernyataan Emil Salim.

Polutan yang berkurang dari kendaraan listrik hanya CO2 saja, yakni 140 gram per kilometer untuk kendaraan minyak berbanding 104 gram per kilometer untuk kendaraan listrik. Produksi NOx antara kendaraan bensin dan kendaraan listrik sama, yakni 0,25 gram per kilometer. Bahkan PM dan SO2 kendaraan listrik jauh lebih banyak dibanding kendaraan bensin. 

Mengatasi polusi udara hanya pada mencegah kemacetan adalah solusi temporer. Sebab, pencemaran udara menjadi isu publik hampir 20 tahun lalu. Pada 2007, warga Jakarta memprotes udara kotor hingga melahirkan kebijakan hari bebas kendaraan bermotor (car free day). Alih-alih turun, polusi udara kini malah meningkat.

Transisi energi adalah solusi utama menurunkan polusi. Dengan beralih dari energi batu bara ke energi terbarukan, pembangkit listrik berkurang memproduksi SO2. Dengan sumber energi terbarukan, industri juga berkurang memproduksi NOx. Kendaraan listrik juga lebih bersih karena produksi partikulat matter juga akan berkurang karena sumber listriknya rendah emisi. 

Contoh terbaik dalam pengurangan polusi adalah Cina ketika menurunkan polusi pada 1998-2018. Atau Jepang ketika membersihkan udara Fukuoka pada 1960-an yang penuh jelaga karena semua pabrik industri berat terkonsentrasi di pulau Jepang bagian barat ini.

Ikuti percakapan terntang polusi udara di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Redaksi

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain