Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 05 September 2023

Pohon Penyejuk Pantai yang Multifungsi

Belum banyak yang menengok pohon borogondolo. Sebagai penyejuk pantai dan bahan baku obat.

Pohon borogondolo

DI era krisis iklim dan El Niño daerah pesisir dan pantai makin panas saja. Untuk mendinginkannya secara alami kita bisa menanam pohon borogondolo. Ini jenis pohon multiguna yang langka dan kurang dikenal. Padahal, fungsinya banyak sehingga perlu dikembangkan agar tak punah.

Pohon borogondolo tergolong tanaman tumbuh cepat, memiliki manfaat secara ekonomis maupun ekologis, berpeluang dikembangkan dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI) dan dikonservasi di daerah pesisir pantai. 

Konstruksi Kayu

Nama ilmiah borogondolo adalah Hernandia nymphaeifolia (C.Presl) Kubitzki dari famili Hernandiaceae. Di beberapa daerah, namanya beda-beda, seperti hapo-hapo (Sumatera), binong laut, kampak, kempis (Sunda), bengkak, brendela, kemiren (Jawa), kampe, mata ikan (Manado), nau ma lako (Halmahera), dan Nyalako (Ternate).

Daerah persebaran borogondolo cukup luas, mulai dari India hingga Kepulauan Pasifik. Di Indonesia, pohon ini tumbuh alami di daerah pesisir pantai Sumatera hingga Papua dan di Jawa sepanjang pantai selatan Banten sampai Banyuwangi.

Meski daerah persebarannya luas, populasi di habitat alaminya jarang dan belum menjadi prioritas pengembangan maupun konservasinya. Akibatnya, pohon borogondolo menjadi pohon langka dan masuk dalam Daftar Merah IUCN dengan kategori least consern (LC). Dengan demikian Borogondolo sangat penting menjadi salah satu spesies pohon prioritas dalam pengembangan dan konservasi.

Borogondolo berhabitus pohon, bertajuk rindang melebar dan selalu hijau, berakar tunggang dalam, pada pohon besar sering berbanir menjalar. Tinggi total pohon borogondolo bisa mencapai 27 meter,  diameter batang pohon besar mencapai 110 sentimeter. Batangnya silindris tumbuh lurus, pohon yang tumbuh di garis pantai ada kecenderungan berbatang bengkok atau doyong akibat sering terhantam ombak.

Kulit batang berwarna abu kekuningan atau kecokelatan, berlentisel dan mengelupas tipis. Borogondolo berdaun tunggal, kedudukan daun tersebar atau spiral, bertangkai panjang bentuk perisai atau peltatus di mana ujung tangkai melekat hampir mendekati bagian tengah helai daun, panjang tangkai 10-25 sentimeter. Helai daun permukaan licin mengkilap, bentuk menjantung atau bundar telur melebar, berukuran panjang 15-30 sentimeter dan lebar 9-20 sentimeter, ujung daun meluncip dan pangkal membundar; pertulangan daun menjari 5 atau 7.

Perbungaannya majemuk pada ketiak daun, berwarna putih. Buah warna hijau muda, berbentuk bulat kotak, diameter 3-4 sentimeter. Buah berbiji satu berwarna cokelat atau cokelat kehitaman, bentuk bulat telur atau bulat, dengan diameter 1,5-2 sentimeter.

Habitat alami pohon borogondolo adalah area dataran rendah daerah pesisir pantai, tumbuh subur pada tanah liat berpasir, tanah latosol berpasir atau endapan aluvial dari laut maupun muara sungai. Pohon ini toleran terhadap kadar garam tinggi serta terhadap suhu udara pantai antara 250 Celsius hingga 34C atau bahkan lebih. 

Tumbuh beradaptasi dengan baik pada tanah berpasir, miskin hara, serta karang berbatu. Borogondolo termasuk pohon tumbuh cepat, pada tingkat pohon toleran terhadap terik sinar matahari tinggi sedangkan pada tingkat anakan membutuhkan naungan. Permudaan tingkat anakan di habitatnya cukup banyak, tumbuh bergerombol di bawah pohon induk dan berpotensi sebagai sumber bibit.

Hampir semua organ borogondolo, mulai dari akar hingga daun, memiliki manfaat. Pemanfaatan secara ekonomis terutama dari kayu dan biji, sebagai bahan baku pada industri rumahan atau industri kerajinan. Kayunya berwarna keputihan, bersifat ringan dengan berat jenis 0,36 dimanfaatkan untuk bahan alas selop atau sandal, kipas tangan, perabot rumah tangga, batang alat pancing ikan, aksesoris perahu, papan gambar, selain itu digunakan untuk kayu bakar.

Biji borogondolo setelah dipernis dan diuntai menjadi perhiasan kalung eksotik, karena mengandung 51% minyak lemak kental warna kuning dimanfaatkan untuk lampu atau lilin, berpotensi sebagai bahan energi alternatif (biofuel).

Pemanfaatan bukan kayu, antara lain, untuk obat tradisional khususnya dilakukan oleh generasi tua. Akar dan pinang dikunyah sebagai penawar racun alergi makan udang atau kepiting, remasan inti batang dekat akar dicampur dengan gambir dan air mawar untuk pengobatan muntah darah, remasan daun dicampur dengan air mandi dapat menyembuhkan sakit kepala pada anak, tumbukan daun dan biji dioleskan pada kepala dan seluruh badan dapat mengobati sakit pening dan masuk angin, daun dan buah digunakan sebagai obat pencahar. 

Pada habitat alaminya, pohon borogondolo memberikan manfaat ekologis seperti berkontribusi sebagai sumber pakan bagi satwa liar dan lebah, tegakan pohon bertajuk lebar berfungsi penahan angin laut dan memberikan suasana teduh daerah pesisir pantai, perakaran tunggang yang dalam mampu menahan ombak atau tsunami.

Atas dasar sifat tumbuh dan pemanfaatan, borogondolo memiliki peluang dikembangkansebagai spesies andalan setempat untuk rehabilitasi dan konservasi, dibudidayakan sebagai pemasok kayu maupun biji pada industri perkayuan atau biofuel, dibudidayakan sebagai sumber bahan obat dan nektar lebah madu. 

Pengembangan pohon borogondolo untuk rehabilitasi dan konservasi daerah pesisir pantai bisa melestarikan spesies dan ekosistemnya. Tegakan pohon melindungi pantai dari abrasi maupun tsunami, tercipta suasana daerah pesisir pantai yang hijau, teduh dan sejuk, melestarikan spesies langka, tempat berlindung dan sumber pakan bagi satwa maupun serangga termasuk lebah. 

Pertumbuhannya yang cepat, dengan perbungaan dan perbuahan terjadi sepanjang tahun, membuat borogondolo mudah dikembangbiakan melalui biji, sangat mendukung upaya pengelolaan HTI.

Pohon berdiameter batang besar dan silindris lurus, dengan sifat kayu ringan berwarna putih, melalui proses pengawetan dan proses kekuatan berpeluang sebagai pemasok industri perkayuan maupun mebel minimalis masa kini. Bijinya bisa menjadi bahan baku industri kerajinan da sebagai sumber energi terbarukan (biodiesel). Perbungaan sepanjang tahun membuat pohon ini juga jadi sumber nektar lebah madu. 

Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa kandungan alkaloid dan lignin yang diisolasi dari kulit batang Borogondolo menunjukkan aktivitas sitoksisitas terhadap sel kanker darah, sel kanker paru dan sel kanker usus. Karena itu, borogondolo layak direkomendasikan sebagai bahan baku obat.

Ikuti percakapan tentang konservasi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti Ahli Utama, Bidang Botani Hutan Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Organisasi Riset dan Lingkungan, Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN)

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Organisasi Riset dan Lingkungan, Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain