Untuk bumi yang lestari

Pojok Restorasi| 16 September 2023

Konservasi Pohon Dipterokarpa di Indonesia

Pohon Dipterokarpaceae merupakan endemik hutan tropis Indonesia. Terancam punah.

Pohon Dipterocarpaceae

POHON Dipterokarpa atau Dipterocarpaceae merupakan famili tumbuhan yang penting di Indonesia. Kelompok tumbuhan ini mencakup banyak spesies pohon besar yang memiliki peran utama dalam ekosistem hutan tropis. Banyak spesies yang tergabung dalam kelompok pohon ini merupakan tanaman endemik yang terancam punah akibat aktivitas manusia yang merusak hutan. 

Dipterocarpaceae tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Kelompok pohon ini mencakup lebih dari 600 spesies yang banyak, di antaranya merupakan pohon besar yang tumbuh tinggi di hutan-hutan tropis, seperti di Sumatera. Beberapa spesies di antaranya Shorea spp., Dryobalanops spp., dan Vatica spp. Hutan pedalaman Kalimantan juga rumah bagi spesies Dipterocarpus spp., Dryobalanops spp., dan Hopea spp.

Konstruksi Kayu

Sementara Sulawesi memiliki sejumlah spesies Dipterocarpaceae yang endemik. Beberapa spesies seperti Shorea selanica hanya dapat ditemukan di pulau ini. Dipterokarpa juga ada di wilayah Papua, termasuk spesies Hopea spp. dan Vatica spp. Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan sebagian besar masih dalam kondisi alamiah.

Spesies Dipterocarpaceae di hutan hujan primer menjadi penopang keanekaragaman hayati yang dan menyediakan layanan ekosistem seperti menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, penyediaan air bersih dan mitigasi perubahan iklim. Pohon Dipterokarpa juga menyediakan sumber daya kayu yang bernilai tinggi untuk industri kayu lapis, furnitur, dan konstruksi.

Karena nilai ekonominya yang tinggi, banyak spesies Dipterocarpaceae terancam punah akibat penebangan tak lestari dan kebakaran hutan. Perubahan iklim akibat deforestasi jugamengganggu siklus hidup dan pertumbuhan spesies Dipterocarpaceae.

The International Union for Conservation of Nature (IUCN) menggolongkan pohon jenis Dipterokarpa ke dalam daftar merah. IUCN Red List adalah sebuah daftar untuk mengidentifikasi status konservasi spesies-spesies di seluruh dunia.

Pada 2020 analisis Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap setidaknya 129 spesies Dipetorocarpaceae terancam kepunahan.Sebanyak 58 spesies di antaranya dikategorikan dalam kondisi kritis (critically endangered), 38 spesies terancam (endangered) dan 33 spesies rentan (vulnerable). 

Marga Dipterokarpa yang paling banyak terancam punah adalah Shorea spp., sebanyak 58 jenis, disusul Vatica spp. sebanyak 22 spesies, Dipterocarpus spp. 20 spesies, Hopea spp. 19 spesies, Anisoptera spp. 5 spesies, Dryobalanops spp.  3 spesies, Cotylelobium spp. 1 spesies dan Parashorea 1 spesies.

Hanya 11 spesies Dipterocarpaceae yang terancam punah telah dikonservasi secara eks-situ di Kebun Raya Bogor, yaitu Shorea seminis, Dipterocarpus alatus, Dipterocarpus dyeri, Dipterocarpus intricatus, Dipterocarpus turbinatus, Hopea brevipetiolaris, Hopea odorata, Hopea pierrei, Shorea gibbosa, Shorea palembanica, dan Vatica chinensis

Menurut Global Biodiversity Information Facility (GBIF), organisasi yang berfokus pada pengumpulan, penyimpanan, dan berbagi data tentang keanekaragaman hayati global, persebaran spesies tumbuhan di seluruh dunia, banyak pohon Dipterokarpa yang terancam punah adalah endemik Indonesia.

Dipeterocarpaceae asli Indonesia yang berstatus kritis antara lain Dipterocarpus cinereus dan Parashorea aptera yang merupakan pohon endemik Pulau Sumatera. Lalu ada Hopea sphaerocarpa, Vatica cauliflora, Dipterocarpus applanatus, Shorea dealbata dan Shorea elliptica yang merupakan pohon endemik Pulau Kalimantab.

Dengan statusnya yang kritis dan peran pentingnya pohon Dipterokarpa pada habitat hutan tropis Indonesia, perlu segera ada usaha konservasi terhadapnya. Selain itu perlu mencegah pemanfaatan kayu Dipterocarpaceae yang berlebihan sehingga pohon ini bisa terus ada di hutan tropis Indonesia dalam jangka panjang.

Ikuti perkembangan terbaru tentang konservasi di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti ahli pertama di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain