ARTIKEL Muhammad Bima Atmaja di Forest Digest tentang peran api bagi padang savana sungguh menarik. Kebakaran padang savana Gunung Bromo akibat suar foto pranikah mesti memberikan kesadaran masyarakat, komunitas, turis, maupun pengunjung yang datang dan menikmati alam tanpa melakukan kecerobohan.
Alam adalah milik kita bersama. Keanekaragaman hayati adalah harta yang sangat berharga dan yang membutuhkan waktu sangat lama untuk pulih jika itu rusak parah. Biayanya tak terhitung. Maka ketika padang savana Gunung Bromo terbakar secara tak alami, ada banyak biaya moneter dan moneter yang tak terhitung nilainya.
Berikut ini pelajaran yang bisa kita petik dari kebakaran savana Gunung Bromo:
Pertama, kesadaran publik meningkat dalam melindungi alam. Semoga dengan kejadian terbakarnya savana Gunung Bromo membuat publik makin peduli pada isu-isu konservasi.
Kedua, menjadi evaluasi bagi pemangku wilayah dalam pengawasan dan pemberian izin kegiatan serupa, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mereka perlu meninjau regulasi yang efektif mencegah tindakan ceroboh atau aktivitas yang memicu kebakaran sepertinya kejadian di lembag Wetangan.
Ketiga, enelitian savana perlu ditingkatkan lagi untuk memahami bagaimana ekosistem ini pulih dari gangguan alam seperti kebakaran. Ini adalah momen penting untuk mengamati bagaimana tanaman dan hewan bereaksi terhadap perubahan kondisi lingkungan dan bagaimana interaksi mereka dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. Setelah kebakaran, savana sering kali menjadi habitat yang lebih beragam. Tanaman-tanaman pionir yang pertama kali tumbuh setelah kebakaran sering kali berbeda dari yang tumbuh di savana yang tidak terbakar. Ini memberikan peluang bagi berbagai jenis hewan yang mungkin bergantung pada tanaman-tanaman tersebut untuk beradaptasi dan berkembang biar.
Keempat, salah satu hal yang menarik bagi ekosistem savana adalah kemampuannya pulih dengan cepat setelah kebakaran. Seiring berjalannya waktu, tanaman-tanaman baru akan mulai tumbuh. Setelah kebakaran, kita sering melihat pertumbuhan tanaman pionir yang beragam, yang mungkin bisa saja menjadi habitat dan sumber makanan baru bagi satwa liar yang ada di savana tersebut. Sehingga, dalam jangka panjang, dapat meningkatkan keragaman hayati di daerah tersebut.
Kelima, kebakaran membantu pengendalian tanaman invasif. Spesies invasif biasanya mengambil sumber daya dari tanaman-tanaman asli. Karena itu perlu diperhatikan agar tanaman invasif tidak justru mendominasi dibanding tanaman endemik setelah kebakaran. Peran peneliti dan pemangku kebijakan sangat vital.
Keenam, keberlanjutan pariwisata. Perlu penetapan jalur wisata, pembangunan fasilitas, dan pengaturan jumlah pengunjung. Dengan memperhitungkan kapasitas daya dukung alam dan lingkungan di Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, pengelolaan pariwisata tidak merusak ekosistem savana yang rawan terbakar. Perlu juga mewajibkan pengunjung menggunakan jasa pendamping (pemandu lokal) terlatih sehingga bisa juga menghidupkan ekonomi lokal.
Kebakaran savana Gunung Bromo menjadi pelajaran berharga bagaimana pelbagai aspek saling terkait yang ujungnya adalah pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan yang sedang menempuh study S3 biodiversity di University Brunei Darussalam
Topik :