PERKEBUNAN kelapa sawit acap dianggap sebagai salah satu penyebab deforestasi di Indonesia. Dalam dua dekade, perkebunan kelapa sawit mengubah hutan tropis seluas 9,79 juta hektare.
Konversi hutan tropis ke kelapa sawit sekaligus menghilangkan jasa ekosistem. Selain itu, perubahan hutan menjadi perkebunan menghilangkan keanekaragaman hayati secara drastis. Perkebunan kelapa sawit yang monokultur tak cocok sebagai habitat satwa yang beragam.
Sudah lama penelitian coba mencari cara kompensasi kenakeragaman hayati dalam perkebunan kelapa sawit. Para peneliti lintas universitas membuat eksperimen dengan membuat 52 hutan mini di tengah perkebunan kelapa sawit di Sumatera. Luas hutan mini dalam perkebunan kelapa sawit itu 2,8 hektare.
Setelah lima tahun, mereka mempublikasikan hasilnya di jurnal Nature edisi 24 Mei 2023. Menurut studi tersebut, keberadaan hutan mini membuat keanekaragaman hayati 1,5 kali lipat lebih banyak dibanding perkebunan kelapa sawit tanpa pohon. Dari 19 indikator fungsi ekosistem yang diukur lebih tinggi dibanding perkebunan kelapa sawit tanpa hutan.
Kehadiran hutan mini menjadi magnet bagi keanekaragaman hayati seperti bakteria, serangga, kelelawar, dan burung. Keberadaan hutan mini membuat lingkungan perkebunan kelapa sawit yang keras dan tak ramah keanekaragaman hayati menjadi lingkungan yang layak dihuni pelbagai satwa.
Studi ini sekaligus mengkonfirmasi temuan sebelumnya yang menyebut perkebunan kelapa sawit menghilangkan keanekaragaman hayati. Dengan adanya hutan mini di tengahnya, pelbagai satwa yang dulu bersarang di sini menjadi kembali.
Selain soal keanekaragaman hayati, keberadaan hutan mini juga meningkatkan fungsi ekosistem. Perkebunan kelapa sawit yang memiliki hutan mini memiliki siklus air, nutrisi, dan polinasi yang lebih baik dibanding perkebunan kelapa sawit tanpa hutan.
Para peneliti juga menunjukkan bahwa keberadaan pohon dalam perkebunan kelapa sawit tak melahirkan persaingan nutrisi dengan tanaman perkebunan. Hal itu ditujukan oleh produktivitas kelapa sawit di sekitarnya tak berkurang pada sebelum dan sesudah hutan mini tersebut terbentuk. Bahkan produktivitas kelapa sawit meningkat karena areanya berkurang menjadi hutan mini.
Para peneliti segera menekankan bahwa hutan mini dalam perkebunan kelapa sawit tak akan menggantikan keanekaragaman hayati yang hilang akibat konversi hutan menjadi perkebunan. Satwa yang kembali ke hutan mini adalah jenis satwa yang akrab dengan kehadiran manusia, bukan satwa kunci seperti orangutan, harimau, dan gajah.
Ikuti percakapan tenang perkebunan kelapa sawit di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :