Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 03 Oktober 2023

Pohon Aren untuk Rehabilitasi Sungai

Pohon aren bisa menjadi jenis pohon untuk rehabilitasi hulu sungai. Punya nilai ekonomi.

Aren untuk rehabilitasi sungai yang bernilai ekonomi

DAERAH Aliran Sungai (DAS) punya peran penting bagi kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang bermukim di bagian hilir. Kerusakan DAS di hulu membuat ancaman bagi mereka yang tinggal di hulu berupa ancaman erosi, banjir, maupun kekurangan sumber air.

Hingga 14 September 2023, sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, rutin terkena krisis air saat musim kemarau. Untuk mencegahnya, perlu konservasi area tangkapan air di hulu sungai.

Konstruksi Kayu

Daerah tangkapan air biasanya berada di hulu sungai yang umumnya wilayah pergunungan. Namun daerah tangkapan air ini banyak yang berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan pertanian. Salah satu upaya mencegah daerah hulu sungai rusak dengan rehabilitasi lahan dengan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi daerah tersebut.

Jenis pohon rehabilitasi mesti dipilih pohon yang memiliki produktivitas tinggi dan bernilai ekonomi ditunjang dengan persebaran jenis dan persyaratan tumbuhnya. Aren bisa menjadi pilihan rehabilitasi sungai.

Aren dikenal juga dengan nama enau, kawung, atau sugar palm, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk, atau ijuk; kawung, taren; akol, akel, akere, inru, indu; beluluk; moka, moke, tuwa, jaka, tuwak dan ruyung dengan nama botani Arenga pinnat.

Termasuk suku Arecaceae, pohon arena memiliki daun majemuk menyirip, bunga berumah satu artinya bunga jantan terpisah dari bunga betina dalam tongkol yang berbeda, muncul di ketiak daun, panjang tongkol hingga 2,5 meter. Pohon arena berbunga setelah 12-16 tahun.

Bunga betina tumbuh dari pelepah daun yang paling atas kemudian tumbuh ke bawah setelah enam bulan bunga jantan tumbuh.

Pohon arena ini punya multimanfaat karena seluruh bagian pohon bisa dimanfaatkan. Nilai ekonomi pohon aren di antaranya:

  • Batang bagian luarnya yang keras untuk bahan perabotan, alat pertanian dan bangunan seperti  tangkai kampak, wadung, cangkul, alat pemukul dan untuk bahan bangunan, sedangkan bagian
  • dalamnya bisa dimanfaatkan sagunya;
  • Daun aren muda (dikenal masyarakat Bali sebagai ambu) untuk membungkus makanan dan sarana upacara agama Hindu;
  • Ijuk untuk  atap bangunan pura yang diminati masyarakat Bali dan untuk membuat sapu;
  • Lidi yang tua untuk membuat sapu lidi;
  • Pelepah daun tua untuk tirai;
  • Sagu sebagai pangan alternatif sumber karbohidrat;
  • Nira untuk membuat gula merah atau diminum segar. Masyarakat Bali menyebutnya tuwak manis atau fermentasi (tuwak wayah) atau dibuat gula semut dengan mencampur nira dengan  jahe dan pasak bumi;
  • Buah muda dibuat kolang-kaling. Kolang-kaling untuk campuran es dan kolak. Kolang-kaling bermanfaat bagi kesehatan seperti melancarkan buang air besar, mencegah kegemukan, obat penyakit jantung koroner, kanker usus, dan penyakit kencing manis.
  • Pohon aren juga memiliki manfaat secara ekologis yaitu pohon ini termasuk pohon lokal yang untuk kegiatan rehabilitasi lahan yang terdegradasi di sekeliling mata air (Soejono et.al. 2013). Pohon ini bermanfaat untuk konservasi tanah dan air, penguat teras/tepi sungai/tebing/penahan longsor dan pelindung mata air. 
  • Pohon Aren terbesar di Asia Tenggara dari Cina bagian selatan hingga Kepulauan Ryukyu di
  • bagian utara yang berada si Jepang, pulau Christmas di bagian selatan, India di bagian barat dan Quensland Australia di bagian selatan.
  • Aren tumbuh paling baik dalam kondisi hangat dengan pencahayaan maksimum dan pasokan air berlimpah di tanah yang sangat subur. Namun, ia dapat tumbuh di bawah berbagai kondisi, baik di iklim khatulistiwa dan musiman, dari permukaan laut hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut.
  • Aren bisa tumbuh di semua jenis tanah dari lempung berat hingga pasir lempung dan tanah laterit yang tidak tergenang secara teratur, namun pohon ini juga dapat tumbuh di lokasi yang miskin nutrisi dan di daerah marginal seperti lereng bukit gundul.

Pohon aren tumbuh di lokasi yang curam, hampir vertikal dan lereng. Aren merupakan sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan masyarakat di perdesaan. 

Secara alami  penyebaran aren di alam dibantu oleh musang. Musang memakan buah aren yang masak kemudian dikeluarkan bersama dengan kotorannya. Musang membantu memecahkan dormansi biji aren sehingga biji dapat tumbuh dan berkembang menjadi seedlings.

Biji yang telah dimakan oleh binatang liar akan berkecambah lebih cepat karena bantuan cairan di lambung yang mempunyai nilai pH 2.  Cairan ini sangat asam sehingga membantu melembutkan kulit biji yang keras. Sementara budidaya aren melalui perbanyakan biji yang dipilih dari pohon induk yang sehat, berdaun lebat dan buahnya sudah masak atau berwarna kuning kecokelatan.

Penyemaian biji  berlangsung agak lama. Untuk mempercepat pertumbuhan biji berkecambah dengan cara biji direndam dalam larutan HCl dengan kepekatan 95% selama 15-25 menit atau dengan air panas bersuhu 50° Celsius selama tiga menit atau mengikir biji pada bagian dekat embrio sebelum biji disemai. 

Penyemaian memakai kantong plastik berukuran 20 x 25 sentimeter dengan media  kompos, pasir dan tanah 3:1:1. Bibit baru bisa di tanam di lapangan setelah tingginya berukuran 40 sentimeter dan  berumur 12-15 bulan.  

Pemeliharaan bibit aren di persemaian dengan menyiram dua kali sehari, pagi dan sore. Penyiangan persemaian dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput pengganggu.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan yang ideal dan strategis untuk menanam aren dengan sistem agroforestri yang bernilai ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan ketika menerapkan sistem agroforestri adalah saat menanam aren harus didahului oleh tanaman lain yang akan berfungsi sebagai naungan bagi pertumbuhan aren pangan dan pakan ternak.     

Ukuran lubang tanam dan jarak tanam disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam bersama. Penanaman aren diharapkan dapat memberikan keuntungan ekonomis dan ekologis bagi masyarakat pedesaan di sekitar daerah aliran sungai.

Ikuti percakapan tentang rehabilitasi lahan di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain