Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 09 Oktober 2023

Mikroplastik Sampai ke Atmosfer

Tak hanya di laut, mikroplastik juga ditemukan di atmosfer. Kok bisa?

Mikroplastik ditemukan juga di awan (foto: Earth.org)

PLASTIK telah menjadi komponen penting yang membentuk peradaban manusia. Ekonomi berkembang karena plastik. Tapi plastik jadi masalah lingkungan yang serius. Tak hanya karena bahan bakunya dari minyak bumi, plastik sulit diurai oleh lingkungan.

Butuh ratusan bahkan ribuan tahun bagi plastik untuk terurai. Plastik justru terurai menjadi material yang lebih kecil dan lebih berbahaya yang kita kenal sebagai mikroplastik.

Kini, mikroplastik bisa ditemukan dimana saja. Ia ada di laut, di darat, di tempat paling dilindungi, antartika, di tubuh hewan, bahkan ia juga ditemukan di darah manusia.

Berdasarkan sebuah studi, darah 17 dari 22 partisipan yang mengikuti tes memiliki kandungan mikroplastik. Kemudian bagi para pecinta seafood, kemungkinan mereka bisa mengonsumsi 11.000 mikroplastik per tahunn. Mikroplastik di laut berasal dari sampah atau terbawa arus air dari cucian.

Rupanya plastik juga ada atmosfer. Studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Chemistry Letter menunjukkan peneliti menemukan mikroplastik di awan yang ada di daerah pegunungan tinggi di Jepang, termasuk Gunung Fiji.

Para peneliti mengumpulkan sampel air awan dengan menggunakan perangkat kawat halus dan kemudian menggunakan pencitraan untuk menganalisis sampel. Hasilnya, mereka mendeteksi ada kandungan mikroplastik di air awan yang mereka kumpulkan.

Jumlah rata-rata mikroplastik tersebut berukuran 7 hingga 94,5 mikrometer. Ukuran yang sulit dilihat mata telanjang. 

Setiap liter air awan setidaknya mengandung 6,7 sampai 13,9 mikroplastik. Namun, para peneliti tersebut berpendapat bahwa jumlahnya kemungkinan lebih banyak. Sebab, ada beberapa partikel plastik yang masih terperangkap di alat mereka.

Selain itu, mungkin juga daerah lain bisa memiliki lebih banyak kandungan mikroplastik. Seperti awan yang terbentuk di laut. 

Para peneliti setidaknya menemukan sembilan jenis mikroplastik. Paling banyak bertipe polietilen, polipropilen, dan polietilen tereftalat, tipe plastik yang umum ditemukan untuk botol minuman, tas plastik, baju sintetis, dan mainan. Bagaimana mikroplastik sampai ke atmosfer?

Para peneliti beranggapan bahwa kemungkinan besar mikroplastik tersebut terbawa angin dan terperangkap di awan. Walaupun mikroplastik adalah hidrofobik, menolak air, namun mereka bisa berubah menjadi hidrofilik jika terurai oleh sinar matahari atau ada materi organik yang menempel di permukaannya.

Walhasil, mikroplastik dapat menarik uap air yang ada di sekitarnya, kemudian berkumpul menjadi satu, dan membentuk awan.

Keberadaan mikroplastik di awan dan atmosfer ini juga berpotensi menambah pemanasan global. Radiasi ultraviolet yang kuat di atmosfer akan mempercepat penguraian mikroplastik. Saat terurai, mikroplastik melepas gas rumah kaca, seperti metana dan karbon dioksida ke atmosfer dan akan memperburuk pemanasan global.

Kendati begitu, peneliti sendiri perlu melakukan penelitian lebih lanjut terkait dampak mikroplastik di atmosfer terhadap perubahan iklim.

Sebenarnya, mikroplastik di atmosfer bukan hal baru. Pada sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Science pada 2020, peneliti juga menemukan setiap tahun sekitar 1.000 metrik ton mikroplastik jatuh dari langit ke wilayah dilindungi di Amerika Barat.

Peneliti menemukan mikroplastik yang jatuh di Amerika Serikat berupa serat sintetis untuk membuat baju. 

Di permukaan laut saja, ada sekitar 50 sampai 75 triliun mikroplastik. Jumlah tersebut berpotensi besar bertambah, sebab di 2050, produksi sampah plastik dunia akan berada di angka 26 miliar metrik ton plastik.

Ikuti percakapan tentang mikroplastik di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain