PADA 5 Maret-27 Agustus 2023, Keraton Yogyakarta mengadakan pameran bertema “Narawandira: keraton, alam, dan kontinuitas”. Ini tema manarik karena memberikan inspirasi kepada masyarakat, ilmuwan, konservator, dan pemikir etnobotani dalam mengembangkan dan melestarikan tanaman endemik.
Narawandira pun menjadi bagian proyek edukasi konservasi bagi masyarakat. Di dalam pameran ini masyarakat dapat belajar peran keraton dalam menjaga, merawat, dan melestarikan vegetasi yang memiliki nilai dan fungsi untuk memenuhi kebutuhan dan kehidupan manusia. Misalnya, bahan-bahan vegetasi yang dapat dimanfaatkan untuk resep masakan, pengobatan, dan estetika.
Keberadaan kerajaan di dunia memiliki sejarah yang panjang dalam sistem politik dan budaya peradaban manusia. Pergantian sistem politik dan tata kelola pemerintahan membuat eksistensi kerajaan mulai luntur dan tidak berperan lagi dalam mengambil keputusan, membuat kebijakan politik negara, dan melakukan aktivitas kenegaraan sebagai representasi negara modern.
Kesadaran akan perubahan politik dan kekuasaan yang terjadi telah berdampak pada eksistensi dan keberlanjutan kerajaan di dunia. Tidak semua kerajaan bertahan lama dan tenggelam karena perubahan kekuasaan dan tata kelola negara. Namun masih ada beberapa kerajaan yang masih menjaga eksistensi dan keberlanjutan dengan membangun sistem politik, budaya, dan sejarah yang melekat dalam struktur negara modern.
Meskipun beberapa wewenang dan kekuasaan tidak penuh namun mereka bisa menjaga eksistensi dan keberlanjutan kerajaan dengan berbagai cara dan metode yang dilakukan. Kegiatan pameran ini telah memberikan kesan dan pesan kepada masyarakat dalam menjaga dan merawat flora khususnya tumbuhan indigeneous.
Keberadaan keraton Yogyakarta merupakan bagian dari sejarah Indonesia yang penting. Salah satu sejarah keraton Yogyakarta ialah menegakkan kedaulatan negara, menjadi ibu kota negara, dan menjadi bagian dari sejarah Indonesia dalam sejarah perjuangan kemerdekaannya.
Dalam perjalanannya, keraton Yogyakarta telah banyak melakukan berbagai inovasi dan kreativitas untuk meneguhkan jati dirinya.
Narawandira merupakan proyek pameran yang menawarkan konsep tentang cara keraton memimpin pengetahuan tentang vegetasi dalam aspek sejarah, lingkungan, budaya, dan pendidikan.
Nara artinya manusia pemimpin, dan wandira berarti pohon beringin, pohon hayat, pohon yang menghubungkan ketiga dunia. Narawandira menitik beratkan pada peran manusia dalam menjaga kelestarian, kontinuitas alam hari ini. Konsep dalam proyek exhibition yang dilakukan oleh keraton Yogyakarta pada kompleks kedaton kagungan memberikan edukasi cara dan model kerajaan dalam melestarikan tanaman indigenous untuk tujuan pelestarian alam.
Beberapa tema yang menunjukkan peran dan fungsi keraton dalam merawat alam semesta terutama tumbuhan indigenous yang ada di daerah lokal.
Bahan-bahan vegetasi dan tanaman indigenous dalam tradisi kerajaan memiliki fungsi dan peran yang penting dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan istana. Salah satu yang menarik penggunaan vegetasi pilihan adalah sirih, kemukus, merica, cabai jawa, kencur, kunir, cengkeh, jahe, pala, kembang lawing, dan laos.
Bahan-bahan itu selain fungsi untuk bumbu dapur tetapi juga memiliki fungsi lain untuk medis. Beberapa bahan sebagai pengobatan tradisional seperti obat kuat, obat demam, obat setelah menstruasi. Selain untuk bahan dapur dan medis juga digunakan untuk estetik seperti boreh atau rempah yang bertujuan untuk menghaluskan kulit. Vegetasi indigenous juga dapat berperan untuk ritus adat.
Karena itu pameran tersebut penting untuk menjadi catatan bagi pecinta dan pelestari lingkungan hidup dalam keberlanjutan ekosistem dan pelestarian tumbuhan indigeneous dapat belajar dari peradaban kraton Yogyakarta melalui pameran Narawandira ini.
Ikuti percakapan tentang konservasi di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Doktor lulusan Gifu University dan Shizuoka University. Kini peneliti di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Innovasi Nasional (BRIN)
Topik :