Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 17 November 2023

Wedelia, Penyerap Polusi Udara yang Invasif

Wedelia efektif menyerap polutan. Tapi invasif.

Wedelia tanaman invasif

TANAMAN wedelia punya banyak nama. Antara lain creeping daisy, wild marigold. Nama ilmiahnya Sphagneticola trilobata (L) Pruski. Nama wedelia diambil dari nama ilmiah, yakni Wedelia trilobata (L) Hitchc untuk menghormati Georg Wolfgang Wedel (1645-1721), profesor botani dari Jena, Jerman, yang menemukannya.

Berasal dari famili Asteraceae, wedelia tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Sphagneticola trilobata merupakan tanaman tahunan merambat dengan tinggi 45-60 sentimeter. Batang tanaman ini berwarna hijau, bulat dan bercabang pada bagian axial, panjang sekitar 10-30 sentimeter.

Konstruksi Kayu

Daunnya berwarna hijau, bertekstur medium, berdaging dengan lebar 2-5 sentimeter dan panjang 4-5 sentimeter, obovate sederhana dan bergerigi, susunan daun menyilang dan berlawanan. Bunganya soliter, muncul pada axil daun, berwarna kuning cerah, bertangkai 3-10 sentimeter

Akarnya berupa akar tunggal kecokelatan. Habitus tanaman ini adalah herba menjalar.  Tanaman ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan beberapa daerah di Kepulauan Karibia. Dinaturalisasi di Afrika Selatan, Florida, Louisiana, Hawaii, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin. Saat ini tanaman ini sudah menyebar hampir di seluruh daerah tropis di dunia. 

Wedelia dapat kita temukan di berbagai habitat seperti pesisir pantai, areal pertanian, perkebunan, mangrove, tanah rawa, kawasan perkotaan, lokasi yang terganggu, hutan terbuka, lahan bekas tambang dan tepi aliran sungai di daerah tropis dan subtropis. 

Wedelia dapat tumbuh pada berbagai tingkat pH tanah sehingga tumbuh baik di hampir semua kondisi tanah. Dengan kata lain, perawataan tanaman ini tergolong mudah. Wedelia tumbuh dan berkembang di mana saja selama cuaca cukup hangat.

Tanaman ini tumbuh subur di bawah sinar matahari penuh atau tanpa naungan. Semakin banyak sinar matahari, perkembangan bunga juga semakin bagus. Tanaman ini juga tahan terhadap pemangkasan. Wedelia bisa diperbanyak melalui biji, stek batang dan stolon.

Tamanam wedelia telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat sebagai tanaman hias karena bunganya yang menarik. Juga sebagai tanaman penutup tanah. Keunggulan tanaman ini selain karena pertumbuhannya yang cepat, juga mampu menunjukkan pertumbuhan yang sama baik di bawah maupun tanpa naungan.

Banyak rujukan mengungkapkan bahwa tanaman wedelia mampu menyerap polutan polusi udara seperti timbal (Pb). Karena itu tak mengherankan jika wedelia ditanam sebagai tanaman bawah hutan kota atau tanaman bawah taman di pinggir-pinggir jalan.

Wedelia tidak hanya memiliki peran sebagai penutup tanah, juga sebagai agen fitoremidiator tanah yang efektif. Penelitian terbaru oleh Xiao dkk pada 2021 di lahan bekas tambang di Cina mengungkapkan bahwa wedelia menjadi spesies dominan di lahan kosong di wilayah pertambangan timbal-seng yang terkontaminasi senyawa kadmium.

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan penggunaan wedelia sebagai upaya fitoremediasi bisa memulihkan tanah yang tercemar kadmium. Berbagai penelitian lainnya juga telah membuktikan jika tumbuhan ini toleran dan mampu menyerap logam berat seperti kadmium, kromium, tembaga, mangan, nikel, timbal, merkuri, dan seng dalam tanah. Sehingga tumbuhan ini berpotensi memulihkan kualitas tanah yang tercemar logam berat terutama pada lahan bekas tambang.

Wedelia juga memiliki potensi dalam bidang kesehatan karena mengandung berbagai senyawa penting seperti tanin, saponin, flavonoid, fenol, dan terpenoid. Beberapa studi terkini membuktikan manfaat wedelia sebagai agen antioksidan, anti inflamasi, antimikroba, dan antidiabetik.

Namun, di luar manfaatnya, IUCN mendaftarkan wedelia sebagai 100 spesies invasif terburuk di dunia. Sebagai tanaman invasif, wedelia memperlihatkan penyebaran dan pertumbuhan vegetatif tinggi dan mampu beradaptasi pada hampir semua kondisi tanah seperti tanah yang kering, tanah lempung yang subur, tanah berdrainase baik, tanah kurang subur, tanah tergenang, tanah salin, tanah asam (pH rendah), tanah alkalin (pH tinggi), tanah yang dangkal (kedalaman 8-10 sentimeter) serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 

Seluruh bagian tanaman ini terdeteksi mengandung ivalin, racun yang berbahaya bagi mamalia. Tanaman ini juga mempunyai senyawa alelopati yang bisa menghambat pertumbuhan dan kesehatan tanaman di sekitarnya.

Ikuti percakapan tentang tanaman invasif di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti ahli pertama di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain