SAMPAH yang kitab uang berhubungan dengan hidup dan masa depan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Padahal, monyet salah satu primata yang mampu beradaptasi dan hidup secara berdampingan dengan manusia. Monyet jenis ini mempunyai ekor yang ukurannya sama dengan panjang tubuhnya.
Hewan pemakan segala jenis makanan (omnivora) ini termasuk primata yang mempunyai kemampuan dalam beradaptasi yang baik di semua wilayah. Populasinya melimpah di berbagai tempat, menjadikannya monyet ekor panjang yang menyebar luas dan memainkan peran penting dalam kelestarian hutan tropis dan ekosistem alam.
Keberadaan monyet ekor panjang secara tak langsung turut berkontribusi pada keseimbangan ekosistem, terutama dalam regenerasi hutan tropis. Monyet ekor panjang, primata yang fleksibel, menunjukkan kemampuan adaptasi yang mengagumkan tanpa batasan wilayah tertentu.
Perannya yang krusial dalam menjaga kelestarian hutan tropis dan ekosistem alam terwujud melalui populasi yang melimpah di berbagai lokasi, memberikan dampak positif pada keseimbangan ekosistem, terutama dalam regenerasi hutan tropis.
Pengurangan habitat alami monyet ekor panjang untuk mencari makanan mendorong mereka mendekati permukiman manusia akibat keterbatasan lahan alaminya. Dalam situasi ini, monyet ekor panjang terpaksa mencari makan di lingkungan manusia, terutama di permukiman, di mana mereka dapat dengan mudah mendapatkan sumber pangan, terutama dari sampah.
Kemampuan adaptasi yang tinggi memungkinkan mereka secara sepat beralih dari habitat alaminya ke permukiman manusia. Areal permukiman dapat menjadi habitat yang ideal bagi monyet ekor panjang karena ketersediaan sumber makanan yang memadai. Hal ini mencerminkan dampak langsung dari perubahan lingkungan terhadap perilaku dan kelangsungan hidup spesies ini.
Habitat yang ideal bagi monyet ekor panjang, apabila tersedia sumber pakan, air, tempat tidur, naungan, dan tempat untuk melakukan aktivitas guna memenuhi kebutuhan mereka demi kelangsungan hidup.
Di perkotaan, kebiasaan masyarakat sering membuang sampah di tempat yang salah atau tidak membuangnya dengan benar. Mereka meninggalkan sampah di area terbuka seperti hutan, lapangan terbuka yang mungkin di sana terdapat habitat monyet ekor panjang.
Monyet-monyet ini sering ditemukan di dekat pemukiman manusia dan dapat tertarik pada sampah, mereka mungkin mencari makanan atau memungut makanan dari sampah yang terbuang. Hal ini yang menjadi konflik antara manusia dan monyet ekor panjang karena manusia terganggu oleh perilaku monyet tersebut.
Dalam beberapa kasus, monyet dapat terbiasa mendekati pemukiman manusia dan mengandalkan sampah sebagai sumber makanan mereka. Selain itu, keberadaan monyet yang mencari makan di sampah dapat mendekatkan mereka ke pemukiman manusia, sehingga meningkatkan risiko konflik fisik dan penularan penyakit.
Konflik antara monyet ekor panjang dan manusia sering terjadi akibat masalah sampah. Saat manusia merusak habitat monyet, monyet akan mencari sumber makanan selain di hutan.
Sampah yang berlimpah di permukiman manusia menjadi pilihan utama sebagai sumber makanan bagi monyet. Akibatnya, monyet menjadi terbiasa berada di sekitar pemukiman manusia untuk mencari makanan.
Ketika lingkungan monyet ekor panjang tercemar oleh sampah, dan sumber makanan alami mereka menjadi langka, mereka akan menjadi lebih agresif dalam mencari makanan. Monyet yang tinggal di permukiman manusia memiliki pilihan makanan yang lebih banyak karena adanya kebun dan pohon buah-buahan.
Hutan yang rusak akibat penggunaan lahan secara ilegal, penebangan yang berlebihan, dan penanaman pohon yang tidak asli mendorong mereka mencari makanan di permukiman. Pembuangan sampah yang buruk, seperti sampah rumah tangga yang dibuang sembarangan, juga menyebabkan konflik. Pada 30 November 2023 konflik antara manusia dan monyet ekor panjang di sekitar Gunung Api Purba Nglanggeran di Gunungkidul terjadi karena perebutan sumber daya dan wilayah.
Monyet ekor panjang juga mengunjungi daerah pemukiman penduduk karena kekeringan di gunung api purba, yang menyebabkan kekurangan air dan makanan. Selain itu, monyet ekor panjang juga mengganggu penduduk dan petani, merusak tanaman di ladang petani, bahkan mencuri telur dari kandang ternak. Kelompok-kelompok monyet ini menyebabkan masalah sehari-hari bagi penduduk, dan merusak tanaman, yang menyebabkan kerugian bagi para petani di wilayah tersebut.
Ada dua langkah mudah untuk mengurangi konflik antara manusia dan monyet terkait makanan dan sampah. Dalam jangka pendek, kita bisa mengatasi masalah langsung dengan melarang penduduk memberi makan monyet dan tidak menangkap atau merelokasi mereka ke suaka margasatwa atau kebun binatang, serta membuang limbah dapur dan sampah dengan benar. Dalamjangka panjang, merelokasi monyet ekor panjang ke habitat alami mereka.
Juga menetapkan langkah-langkah pengelolaan populasi monyet dan menjaga agar mereka tetap berada dalam daya dukung lokasi yang dipilih. Selain itu, sangat penting untuk menegakkan hukum dan tindakan tegas perambahan hutan, dan reboisasi hutan. Lebih banyak pendidikan konservasi dan program kesadaran masyarakat harus dilaksanakan.
Kita dapat memberikan satu pemahaman bahwa konflik antara manusia dan monyet ekor panjang, dipicu oleh permasalahan sampah, memerlukan tindakan segera dan berkelanjutan, termasuk pengelolaan sampah yang efektif, relokasi monyet ke habitat alami, pengelolaan populasi, serta pendidikan konservasi, untuk mencapai kehidupan harmonis antara manusia dan satwa liar.
Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dapat menurunkan intensitas konflik dan mengurangi dampak negatif terhadap kualitas hidup monyet ekor panjang. Pengelolaan sampah yang efektif juga bisa mengurangi sampah di lingkungan monyet ekor panjang, sehingga mengurangi risiko konflik dengan manusia.
Pengelolaan sampah yang tepat sangat penting untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih bagi monyet ekor panjang dan manusia. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang, dan pengelolaan sampah yang efisien adalah langkah-langkah penting. Penting juga untuk mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran akan dampak buruknya.
Dengan melakukan tindakan-tindakan ini, kita dapat menyatukan masyarakat untuk melindungi alam, melestarikan monyet ekor panjang, dan mendorong hidup berdampingan secara damai antara manusia dan satwa liar.
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Peneliti di Kelompok Riset Interaksi Satwa-Manusia Pusat Riset Zoologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Topik :