SEKELOMPOK peneliti Charles Darwin University, Australia, menyatakan pari jawa (Urolophus javanicus) telah punah. The International Union for Conservation of Nature (IUCN) secara resmi menyetujui klaim tersebut pada Desember 2023.
Pari jawa pertama kali ditemukan pada 1862. Keberadaan pari jawa diragukan sejak pertama kali ditemukan. Seorang peneliti Jerman, Eduard von Martens, mengklaim menemukan pari jawa di sebuah pasar di Jakarta pada 1862. Karena penampakan ikan pari kecil yang aneh itu, Martens membelinya. Sejak penemuan Martens itu, 161 tahun kemudian, tidak ada yang pernah melihat keberadaan pari jawa, baik hidup atau mati.
Sebelum menyimpulkan pari jawa telah punah, penelitian terkait pari jawa telah banyak dilakukan dalam dua dekade terakhir. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian secara berkala sejak 2001 untuk menemukan dan meneliti pari jawa. Namun, karena informasinya terbatas, peneliti BRIN hanya mempelajari satu spesimen yang ada di Leiden, Belanda.
Sejak 2001 hingga 2017, tak ada satupun penampakan pari jawa di laut. Pada 2017, peneliti menggandeng nelayan agar ikut melaporkan jika melihat pari jawa. Namun hingga 2023, tak ada laporan soal penampakannya.
Habitat pari jawa juga masih jadi tanda tanya. Karena ditemukan Martens di pasar ikan Jakarta, peneliti menduga kemungkinan besar habitatnya ada di perairan Teluk Jakarta yang tak jauh dari pantai. Apalagi, pada masa penemuan Martens, nelayan cenderung melaut tak jauh dari pesisir dan teknologi pendinginan belum secanggih sekarang.
Sosok pari jawa juga tak pernah ditemukan di tempat mana pun di Jawa. Sehingga, besar kemungkinan habitatnya hanya di perairan Teluk Jakarta, sekitar 1 mil laut dari daratan.
Selain pari jawa, spesies pari di Kepulauan Kei, Urolophus kaianus, juga tak terlihat lagi sejak 1874. Tapi, setidaknya spesies ini diketahui hidup di kedalaman 236 meter di bawah laut.
Selain pari kei, ada lagi hiu ekor kecil palsu (Carcharhinus obsoletus) dan pari torpedo laut merah (Torpedo suessi) yang keberadaannya masih jadi pertanyaan para peneliti. IUCN menetapkan dua jenis pari itu ke dalam kategori critically endangered (possibly extinct).
Dalam 50 tahun terakhir, populasi hiu dan pari turun 71%. Penyebab utamanya penangkapan ikan berlebih atau overfishing.
Indonesia merupakan negara dengan spesies pari dan hiu yang kaya. Dari lebih dari 500 spesies hiu pari di dunia, sekitar 221 spesies ada di Indonesia. Sebanyak 120 jenis termasuk jenis hiu dan 101 adalah jenis pari. Namun, Indonesia juga menjadi negara penangkap hiu nomor satu di dunia dengan rata-rata tangkapan sebanyak 111.445 ton per tahun.
Secara global, ada 154 spesies hiu pari yang diklasifikasikan sebagai terancam atau berisiko punah di alam liar. Di antara mereka ada empat spesies hiu martil (keluarga Sphyrna) dan 4 spesies hiu malaikat (keluarga Squatina), serta pari manta raksasa (Mobula birostris) yang berisiko punah.
Ikuti percakapan tentang keanekaragaman hayati di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :