DEBAT calon wakil presiden terakhir pada 21 Januari 2024 membahas isu lingkungan. Warganet menilai debat tiga kandidat kurang substansial karena tertutup gimik-gimik yang tak perlu. Padahal, isu lingkungan adalah isu yang penting karena menyangkut hajat hidup orang banyak, yakni krisis iklim yang berdampak pada penduduk satu planet. Pemilih mestinya mendapat penjelasan apa yang akan dilakukan para kandidat jika berkuasa nanti.
Krisis iklim terjadi akibat pemanasan global. Pemanasan global dipicu oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca adalah emisi karbon yang tak terserap oleh ekosistem bumi karena ekosistem di planet ini telah rusak untuk memenuhi kebutuhan dan keserakahan manusia. Deforestasi untuk pertanian, degradasi lahan untuk perumahan dan industri atau pertambangan, produksi emisi bahan bakar, adalah sederet produsen emisi karbon yang berubah menjadi gas rumah kaca.
Gas rumah kaca yang menumpuk itu membuat atmosfer yang melindungi bumi tumpul tak bisa lagi menyerap gas rumah kaca tersebut. Akibatnya, panas dari bumi dan matahari terpantul kembali ke bumi. Kita menyebutnya efek rumah kaca. Bumi seperti dalam kurungan rumah kaca yang pelan-pelan suhunya naik. Salah satu gas paling banyak di atmosfer adalah karbon dioksida, selain lima gas lain yang berbahaya (baca selengkapnya di sini).
Dibanding masa praindustri pada 1750—masa dimulainya pemakaian bahan bakar fosil—kenaikan suhu bumi telah mencapai 1,20 Celsius. Krisis iklim mencapai puncaknya jika kenaikan suhu bumi tembus 1,5-2C. Karena itu, cara mencegah terjadi krisis iklim, tiada lain mengerem produksi emisi dengan mengubah sumber energi, mengubah pola pembangunan, strategi ekonomi, hingga perilaku.
Salah satu perilaku manusia yang terlihat kecil namun memberikan dampak lingkungan yang berbahaya adalah rokok. Merokok berbahaya bagi kesehatan, sudah terbukti secara ilmiah. Di masa krisis iklim, rokok juga menambah bahaya bagi lingkungan.
Dalam asap rokok terdapat campuran oksigen (O2), nitrogen (N), karbon dioksida (CO2), dan karbon monoksida (CO). Sebuah studi menyatakan terdapat 7.500 bahan kimia yang terdapat pada asap rokok dalam bentuk asap dan aerosol.
Penelitian yang dilakukan pada rokok tembakau konvensional di tahun 1975 menunjukkan bahwa 1 batang rokok bisa menghasilkan 5-20,2 miligram gas CO dan 50 miligram CO2. Jika kita ambil rata-rata bahwa 1 orang merokok 20 batang sehari, artinya ada emisi 100-404 miligram gas CO dan 1 gram CO2.
Berdasarkan data GATS 2020, di Indonesia terdapat 69,1 juta perokok. Artinya, selama setahun ada 2,5-10,2 juta kilogram gas CO dan 25,2 juta ton CO2 yang dihasilkan akibat perilaku merokok.
Selain asap, ada pula partikel halus atau Particulate Matter 2.5 (PM2.5) yang berbahaya bagi udara ambien. Berdasarkan penelitian 2004 asap rokok lebih banyak menghasilkan emisi PM2.5 dibandingkan mesin diesel kendaraan. Penelitian lain tahun 2016 yang di Italia menunjukkan jumlah PM2.5 di jalur pejalan kaki saat dipenuhi orang merokok lebih banyak dibandingkan jalanan ramai kendaraan.
Salah satu cara agar emisi tak terlepas ke atmosfer adalah memperbaiki ekosistem. Salah satunya menanam pohon. Dengan merehabilitasi hutan, mencegah degradasi, dan memulihkan lingkungan, kita bisa mencegah krisis iklim. Masalahnya, menanam pohon hanya mencegah di ujung.
Di hulu, sekali lagi, kita harus mencegah produksi emisi yang berlebih. Namun, karena populasi sudah banyak, kebutuhan hidup meningkat, produksi emisi tak terhindarkan. Karena itu, energi kotor harus diubah menjadi terbarukan karena energi menjadi sumber utama gas rumah kaca. Industri mesti mengubah proses produksi menjadi lebih hijau dengan mengurangi produksi emisinya.
Tak kalah penting adalah perilaku. Menghentikan kebiasaan merokok, jika melihat hitung-hitungan di atas, bisa membantu mencegah produksi emisi. Selain produksi karbon dioksida juga produksi metana. Gas rumah kaca yang 23 kali lebih kuat menyebabkan pemanasan global dibanding CO2 ini berasal dari sampah. Puntung rokok adalah sampah berbahaya meracuni lingkungan dan memproduksi metana sekaligus.
Berhenti merokok mungkin kecil dampaknya bagi lingkungan yang sudah rusak. Tapi tak ada hal besar yang tak dimulai dari hal-hal kecil. Kementerian Kesehatan kini memiliki layanan bantuan berhenti merokok melalui nomor 0-800-177-6565 secara gratis. Ayo kita mulai dari sendiri, dan mulai hari ini. Selamat Hari Pendidikan Lingkungan Hidup sedunia.
Ikuti percakapan tentang krisis iklim di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Pegiat Kolaborasi Bumi Indonesia
Topik :