Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 17 Februari 2024

Pembangunan IKN Ancam Populasi Bekantan

Populasi bekantan di teluk Balikpapan stabil. Pembangunan IKN membuatnya rentan.

keberadaan bekantan terancam (foto: unsplash.com/Tim Morgan)

NUSANTARA, ibu kota negara yang baru, sedang dibangun di Kalimantan Timur, tepatnya di hulu kota pelabuhan Balikpapan. Salah satu dampak pembangunan IKN adalah ancaman terhadap populasi bekantan yang merupakan satwa endemik Kalimantan.

Selama ini, kehidupan bekantan di Teluk Balikpapan cenderung stabil. Berdasarkan studi di jurnal Environmental Monitoring and Assessment, ada 3.907 individu bekantan yang menghuni Teluk Balikpapan. Mereka terbagi ke dalam 292 kelompok pejantan alfa-betina dan 67 kelompok jantan.

Dari kerapatan populasi, Teluk Balikpapan dihuni oleh 16 individu bekantan per kilometer persegi, lebih rendah dibanding di Bako, Sarawak, yang memiliki kerapatan populasi 24 individu per kilometer persegi. Namun jika dibandingkan dengan sensus sebelumnya, populasi bekantan di Teluk Balikpapan cenderung stabil selama sepuluh tahun terakhir. Bahkan, populasi bekantan lebih baik dibanding prediksi sebelumnya yang diperkirakan turun.

Kestabilan populasi bekantan dipengaruhi oleh habitat yang terjaga. Habitat bekantan di Teluk Balikpapan mendapatkan gangguan sejak 2000. Namun, laju penurunan melambat hingga ke puncak minimum pada 2017 dan 2022. Hal itu disebabkan karena laju deforestasi menurun, lahan yang bisa dikonversi menjadi pertanian sudah tak ada, serta tambak udang yang ditinggalkan mengalami regenerasi.

Jika tren itu berlanjut, habitat bekantan diprediksi berada di titik seimbang pada 2036. Titik dimana laju deforestasi dan regenerasi sama. Setelah itu, habitat bekantan di Teluk Balikpapan akan naik. Namun, akibat pembangunan IKN, prediksi tersebut bisa berubah.

Pembangunan IKN diprediksi mengganggu kestabilan populasi dan habitat bekantan di Teluk Balikpapan. Sebab, sekitar 88,55 kilometer persegi wilayah itu tumpang tindih dengan wilayah IKN. Di wilayah seluas itu, terdapat 1.449 individu bekantan, atau 37,08% dari total populasi.

Menurut para peneliti, pembangunan IKN akan memaksa bekantan keluar dari habitatnya. Namun, peneliti dalam studi tersebut mengatakan jika pembangunan IKN juga membawa peluang unik bagi konservasi bekantan.

Peneliti menemukan ada 45,33 kilometer persegi habitat bekantan yang bisa dipulihkan di Teluk Balikpapan. Merestorasi habitat tersebut akan mengimbangi dampak negatif pembangunan IKN. Para peneliti merekomendasikan beberapa poin penting untuk menjaga kelestarian bekantan di Teluk Balikpapan.

Beberapa di antaranya adalah dengan memberikan perlindungan hukum untuk menjaga habitat dan bekantan. Akses yang semakin mudah akibat pembangunan IKN membuka peluang perambahan hutan dan perburuan satwa liar.

Pemerintah juga harus fokus terhadap wilayah yang berdekatan dengan IKN. Sebab, habitat bekantan tersebar di sekitaran IKN. Apalagi sebagian besar habitat yang hilang terjadi di luar batas IKN, yakni di dua kawasan industri Kariangau dan Buluminung. Dengan melindungi habitat di luar IKN akan mencegah juga penumpukan populasi bekantan di satu titik.

Pembangunan IKN berpotensi menciptakan fragmentasi habitat bekantan. Karena itu perlu ada jalur penghubung atau jembatan yang menghubungkan antar habitat bekantan dan mencegah konflik satwa liar dan manusia.

Teluk Balikpapan yang berjarak kurang dari 100 kilometer dari Sungai Mahakam. Karena itu pembangunan IKN juga mengancam satwa liar penting lainnya. Contohnya Pesut Mahakam yang populasinya tersisa 80 ekor! Semua itu terjadi karena pembangunan besar, lalu lalang kapal, dan pencemaran air yang merusak ekosistem.

Selain satwa liar, keberlanjutan ekosistem Teluk Balikpapan juga penting bagi kesejahteraan nelayan. Ada sekitar 12.000 rumah tangga nelayan di Kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara. Kerusakan ekosistem Teluk Balikpapan tentunya akan menimbulkan masalah sosial baru.

Ikuti percakapan tentang ibu kota Nusantara di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Terpopuler

Komentar



Artikel Lain