Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 24 Februari 2024

Setengah Populasi Spesies Migran Turun

Hampir setengah populasi 1.189 spesies migran turun. Eksploitasi berlebih dan kerusakan habitat.

burung bermigrasi (foto: unsplash.com/Jordi Rubies)

SETIAP tahun, miliaran satwa bermigrasi, melintasi batas negara atau bahkan benua. Mereka harus menempuh ratusan kilometer, melintasi darat, sungai, laut, dan langit untuk menemukan sumber makanan dan tempat berkembang biak. Bagi ekosistem, spesies migran punya peran penting membantu penyerbukan tanaman, mengangkut nutrisi penting dari satu tempat ke tempat lain, memangsa hama, dan meningkatkan simpanan karbon.

Bagi mereka, migrasi berarti mencari harapan baru untuk hidup. Namun migrasi satwa juga meningkatkan risiko kematian. Sebab, menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals, populasi spesies migran turun drastis dalam 30 tahun terakhir.

Konstruksi Kayu

Convention on the Conservation of Migratory Species of Wild Animals (CMS) adalah perjanjian keanekaragaman hayati yang diusung PBB. Dalam laporan tersebut, fokus utama mereka adalah menganalisis kondisi dari 1.189 spesies migran yang masuk dalam daftar CMS. Meskipun, mereka juga menganalisis lebih dari 3.000 spesies migran yang belum masuk daftar CMS.

Hasilnya, hampir setengah atau 44% dari spesies migran menunjukkan penurunan populasi, 22% spesies masuk dalam kategori terancam punah. Ikan adalah kelompok yang paling terdampak. Sebanyak 97% spesies ikan migran yang masuk dalam daftar CMS ternacam punah. Di luar daftar CMS, juga ada 399 spesies migran, terutama burung dan ikan, yang dikategorikan terancam atau hampir terancam.

Selama 30 tahun terakhir, 70 spesies migran dalam daftar CMS, seperti elang padang rumput, burung hering mesir, dan unta liar, menjadi lebih terancam punah. Sedangkan, hanya 14 spesies migran yang menunjukkan perbaikan status konservasi, seperti paus biru, paus bungkuk, dan elang ekor putih.

Sementara di laut, spesies migran seperti hiu, pari, dan ikan setur, menghadapi risiko kepunahan yang tinggi. Populasi mereka menurun hingga 90% sejak 1970-an.

Penyebabnya eksploitasi berlebihan dan rusaknya habitat menjadi dua ancaman terbesar bagi spesies migran. Eksploitasi berlebih memberikan dampak signifikan bagi 70% spesies migran. Sedangkan kerusakan habitat berdampak terhadap 75% spesies migran.

Ada lebih dari 16.300 lanskap yang dianggap sebagai area kunci biodiversitas. Sekitar 9.500 lanskap di antaranya memainkan peran penting dalam keberlangsungan spesies migran. Sebanyak 60% dari 3.100 lanskap yang dianalisis berada dalam tekanan yang tidak berkelanjutan.

Salah satunya Sungai Mekong. Sungai sepanjang 5.000 kilometer ini melintasi enam negara dan menjadi habitat penting bagi banyak spesies, seperti patin raksasa mekong (Pangasianodon gigas). Namun, Sungai Mekong menghadapi banyak sekali tekanan. Mulai dari pembangunan bendungan, pembangkit listrik tenaga air, dan penangkapan berlebih, telah melumpuhkan populasi spesies migran di sungai ini.

Sifat spesies migran yang tanpa batas dan lintas negara, menjadi ideal untuk menjahit upaya konservasi bersama antar negara. Terutama negara di Asia, dimana lebih dari 770 dari 1.189 spesies migran ditemukan di Asia.

Per 2023, ada 133 negara yang menandatangani Convention on Migratory Species. Filipina menjadi satu-satunya negara ASEAN yang telah menandatangani perjanjian tersebut. Namun, negara ASEAN lain, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar, menyetujui nota kesepahaman terkait konvensi tersebut yang menunjukkan komitmen bersama melindungi keberadaan spesies migran.

Ikuti percakapan tentang spesies migran di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain