Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 22 Februari 2024

Tanaman Obat Paku Sayur Hutan

Baban bioprospeksi yang terlupakan. Tumbuh dekat rumah kita.

Paku sayur

TUMBUHAN paku tak hanya memiliki nilai ekonomi, juga sumber daya hayati. Banyak jenis tumbuhan paku bermanfaat sebagai bahan pangan, sebagai sumber karbohidrat dan sayur, tanaman hias, dan sebagai tanaman obat tradisional atau herbal.  

Tumbuhan paku kaya zat bioaktif, termasuk antikanker, antibakteri, antioksidan dan anti pembengkakan. Penelitian bioprospeksi untuk menemukan agen-agen bioaktif atau terapi alam kurang ditekankan pada kelompok tumbuhan paku dibanding dengan kelompok tumbuhan lainnya. Padahal banyak jenis tumbuhan paku telah dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat untuk berbagai penyakit manusia yang juga dikonsumsi sebagai sayur.

Konstruksi Kayu

Salah satu jenis tumbuhan paku yang tumbuh di hutan primer maupun sekunder adalah jenis Diplazium esculentum (Retz.) Swartz, anggota suku Athyriaceae. Di Asia Tenggara, tumbuhan paku jenis ini populer sebagai sayur karena enak.

Di Indonesia jenis ini dikenal dengan nama paku sayur (Indonesia), paku beunyeur dan paku leuheur (Sunda), paku jukut, paku kedis dan pakis wilis (Bali). Di luar negeri paku sayur dikenal dengan nama paku tanjong dan paku benar (Malaysia), pako (Filipina), Phak kuut khaao (Thailand),  sweet fern (Solomon), kuwareshida (Jepang) dan fern vegetal (Spanyol), Dhenkir shaak (Bengali), dhake shak, paloi Shak (Bangladesh), guo gou cai jue (Cina), ho'i'o (Hawai), fougere a legume (Prancis), linguda, kothira (India).

Paku sayur tersebar dari Cina tengah dan bagian selatan Jepang, seluruh daerah tropika basah Asia dan Polinesia. Jenis ini juga tumbuh di luar habitat aslinya, seperti di Florida, Amerika Serikat. 

Daun muda paku sayur biasanya dipakai sebagai bumbu. Sementara daun paku sayur tua untuk mengobati demam dan mengurangi bau badan. Di Bangladesh, jenis ini dikenal cukup efektif untuk menanggulangi sembelit sebagai purgatif, pembangkit selera (appetizer), dan gangguan perut.

Suku Wera dan Garo di Bangladesh memanfaatkan jenis paku sayur ini untuk menyembuhkan lepra.  Akar-akar kawat dijual di Filipina sebagai media untuk menanam anggrek.  Diplazium esculentum juga sangat menarik sebagai tanaman hias di kebun.

Dalam 100 gram daun paku sayur mengandung 100 gram air, 3,1 gram protein, 0,3 gram lemak, 3,9 gram karbohidrat, 1,2 gram serat, 1,3 gram abu, 115 miligram pospor, 22 miligram kalsium, 1,2 miligram fero.  Penelitian di Malaysia memperlihatkan bahwa kandungan asam askorbat dari 100 gram daun paku satur sebanyak 29 miligram. Penelitian terkini di Assam, India, menunjukkan kandungan asam askorbat paku sayur sebanyak 23,59 miligram per 100 gram lebih tinggi dibanding dengan sayur daun kubis Brassica nigra yang hanya mengandung 8,5 miligram per 100 gram. 

Paku sayur merupakan tumbuhan teresterial di hutan-hutan dan semak belukar di bagian hangat di dunia. Jenis ini biasa ditemukan di tempat-tempat terbuka, basah, lokasi berawa-rawa, sering kali di sepanjang sungai dan anak-anak sungai, biasanya dengan naungan, tapi tidak pernah di dalam hutan lebat, di hutan-hutan dataran rendah dan bukit hingga mencapai 1.100 meter dari permukaan laut. Jenis ini membutuhkan sebagian cahaya matahari atau naungan dan suhu hangat. Jenis tanah yang disukai adalah tanah yang agak masam. Paku sayur cukup toleran terhadap kelembapan, panas, dan naungan.

Ikuti percakapan tentang tanaman obat di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain