TERUMBU karang ibarat hutan hujan tropis di lautan. Walau ia hanya menyelimuti 1% perairan, ia menjadi tempat bernaung bagi 25% makhluk lautan. Peran terumbu karang kini terkikis oleh pemutihan karang.
Pemutihan karang adalah insiden yang sedang mengancam seluruh terumbu karang di dunia. Biangnya perubahan iklim. Dalam laporan National Oceanic and Atmospheric Association (NOAA), antara 2014 hingga 2017, sekitar 75% terumbu karang di daerah tropis mengalami tekanan panas yang ekstrem dan memicu pemutihan. Bagi 30% terumbu karang dunia, tekanan panas itu bisa membunuh mereka.
Bagaimana memulihkan terumbu karang yang ursak? Baru-baru ini, para peneliti dari Lancaster University menemukan jawaban yang dapat membantu kita memulihkan terumbu karang. Jawaban itu adalah kotoran burung laut.
Dari penelitian mereka, terumbu karang yang dihuni oleh banyak burung laut mampu meningkatkan laju pertumbuhan karang dua kali lipat dan mempercepat pemulihan karang dibanding terumbu karang yang tak dihuni burung laut. Penelitian ini telah mereka lakukan selama empat tahun, dari 2018 hingga 2021, dengan melihat pertumbuhan karang dari 55 pulau di Kepulauan Chagos.
Pada 2015-2016, pemutihan karang massal melanda seluruh wilayah Indo-Pasifik. Namun, terumbu karang, khususnya dari genus Acropora, di sekitar pulau dengan populasi burung laut pulih dalam waktu 3 tahun 8 bulan. Sedangkan terumbu karang di pulau tanpa koloni burung laut, membutuhkan waktu 4 tahun 6 bulan untuk pulih atau 10 bulan lebih lama.
Kuncinya ada di nutrisi yang terkandung dalam kotoran burung laut. Kotoran burung laut memiliki kandungan nitrogen dan fosfor yang optimal dan sangat dibutuhkan oleh karang. Layaknya pupuk, kotoran burung laut yang jatuh ke laut akan memberikan nutrisi nitrogen dan fosfor. Kedua nutrisi itu akan menyuburkan tanah, air, dan terumbu karang.
Karena itu merawat populasi burung laut di sekitar terumbu karang menjadi kunci pemulihan dan konservasi terumbu karang. Ancamannya adalah tikus sebagai spesies invasif yang mengincar telur dan anak burung laut. Alhasil, keberadaan mereka membuat ketiadaan populasi burung laut.
Selain tikus, satu hal yang tak kalah penting adalah upaya manusia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca kita dan menekan laju perubahan iklim. Sebab, dampak perubahan iklim sangat terasa bagi terumbu karang. Pada 1980-an, pemutihan terumbu karang terjadi dalam rentang 27 tahun. Sementara di 2015-2016, pemutihan terumbu karang terjadi hanya dalam rentang 5,9 tahun saja. Itu artinya ada percepatan dalam pemutihan terumbu karang.
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), jika perubahan iklim terus memburuk dan kenaikan suhu menyentuh 1,5oC dibanding masa praindustri, ekosistem terumbu karang diprediksi menyusut sebesar 70-90%.
Ikuti percakapan tentang terumbu karang di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :