HUTAN tropis menyimpan 30% karbon di daratan dan menyerap 40% emisi. Masalahnya, ancaman dan kerusakan terhadap hutan tropis membuat simpanan karbon hutan tergerus. Salah satu ancamannya datang dari liana, tumbuhan berkayu merambat yang menghambat serapan karbon dan pertumbuhan hutan.
Saat pohon tumbang, liana akan tumbuh. Liana punya ruang untuk tumbuh dan kemudian menjadikannya tatakan untuk merambat ke pohon yang lebih tinggi. Pada akhirnya, ia dapat mencapai kanopi hutan dan bersaing merebutkan sinar matahari, nutrisi, dan air. Keberadaan liana menyusun 25% komposisi tumbuhan berkayu yang ada dalam hutan.
Keberadaan liana menimbulkan polemik di kalangan ilmuwan. Berdasarkan studi di jurnal PNAS, para peneliti menemukan liana dapat mengurangi serapan karbon bersih hutan sebesar 76% per tahun. Pertanyaannya, bagaimana liana mengurangi serapan karbon hutan?
Keberadaan liana mempengaruhi kemampuan bertahan hidup dan pertumbuhan pohon di sekitarnya. Karena tak memiliki struktur batang vertikal keras seperti pohon, liana bisa memaksimalkan penyerapan nutrisi. Membuatnya memiliki pertumbuhan yang lebih kompetitif dibanding pohon. Pada akhirnya, pertumbuhan pohon terhambat atau bahkan mati sebelum tumbuh mencapai fase pohon.
Dalam studi selama tiga tahun itu, peneliti menemukan bahwa hutan dengan liana memiliki akumulasi biomassa bersih di atas tanah sebesar 0,41 ton karbon per hektare per tahun. Sedangkan hutan tanpa liana mengakumulasikan biomassa hingga 2,93 ton. Itu berarti ada penurunan akumulasi biomassa sebesar 76% antara hutan tanpa liana dengan hutan dengan liana.
Keberadaan liana juga menurunkan pertumbuhan pohon hingga 84% dan meningkatkan resiko kematian pohon 2-3 kali lipat. Lewat suatu pemodelan, para peneliti dalam studi tersebut menunjukkan bahwa kehadiran liana membuat hutan tropis hanya dapat menyerap 24% karbon dibanding kemampuan potensialnya dalam menyerap karbon.
Kondisi tersebut diperparah oleh perubahan iklim. Dalam studi lain yang dipublikasikan jurnal Global Change Biology, gangguan hutan dan perubahan iklim dapat mempercepat dominasi liana terhadap pohon. Dalam kondisi terganggu, curah hujan rendah, suhu tinggi, dan kemarau panjang, liana punya pertumbuhan yang lebih kompetitif dibanding pohon. Alhasil, liana bisa saja mendominasi hutan menggantikan pohon.
Lalu, apakah itu berarti kita harus membasmi liana? Tentu tidak. Pada dasarnya, hutan adalah ekosistem kompleks. Setiap komponen di dalamnya punya peran penting untuk saling menopang satu sama lain. Walau liana punya dampak buruk pada serapan karbon, namun ia punya peran strategis dalam merawat biodiversitas.
Dalam studi yang dipublikasikan jurnal Ecology, liana menyediakan habitat bagi hewan, khususnya satwa arboreal dan burung, serta menyediakan nutrisi. Studi itu menunjukkan bahwa hutan tanpa liana menurunkan keanekaragaman burung hingga 51,7% dalam kurun waktu 20 bulan. Selain itu, liana dari genus Tetrastigma berperan penting untuk menjaga kelestarian puspa langka Rafflesia.
Pada akhirnya, mengeliminasi liana dari hutan hanya akan menimbulkan efek negatif berantai terhadap ekosistem hutan. Maka, alih-alih membasmi liana, kita perlu menjaga keseimbangan antara liana dan pohon. Sehingga dihasilkan hubungan ekosistem yang seimbang dan adil. Para pengelola hutan harus melihat secara holistik, mana hutan dengan komposisi liana yang sehat dan yang tidak sehat.
Ikuti percakapan tentang karbon hutan di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :