Untuk bumi yang lestari

Kabar Baru| 23 April 2024

Harimau Jawa Bangkit dari Kepunahan?

Harimau jawa telah dideklarasikan punah sejak 2003. Penemuan sehelai rambut di Sukabumi memicu kontroversi keberadaannya.

ilustrasi harimau jawa (foto: unsplash.com)

PADA 2003, harimau jawa, salah satu subspesies harimau di Indonesia, secara resmi dideklarasikan punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Keberadaan harimau jawa sudah diragukan sejak 1980-an. Sebab, sejak era itu, sosoknya tak pernah lagi terlihat secara gamblang. Sampai akhirnya pada 2019, sekelompok orang melihat keberadaan kucing besar ini yang diduga harimau Jawa, lengkap dengan buktinya.

Pada pertengahan Agustus 2019, Ripi Yanuar Fajar, seorang konservasionis, dan empat orang temannya melihat seekor kucing besar di sebuah perkebunan, dekat desa Cipeundeuy, Sukabumi, Jawa Barat. Melihat segera menghubungi temannya di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan mengatakan bahwa mereka melihat seekor kucing besar, yang diduga harimau jawa.

Konstruksi Kayu

Akhir Agustus 2019, tim BRIN datang ke daerah tersebut dan menemukan sehelai rambut yang diduga mirip dengan rambut harimau jawa. Tak hanya sehelai rambut, mereka juga menemukan jejak kaki dan bekas cakaran yang lebih mirip bekas harimau jawa dibanding macan tutul jawa. Untuk memastikan kebenaran, mereka melakukan uji DNA terhadap sehelai rambut tersebut.

DNA sehelai rambut tersebut dibandingkan kecocokannya dengan DNA dari kucing besar lain yang masih hidup, seperti macan tutul jawa, harimau sumatra, harimau benggala, dan harimau siberia. Selain itu, mereka juga membandingkan DNA dari spesimen harimau jawa yang telah berumur hampir seabad di Museum Zoologi Bogor.

Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa DNA sehelai rambut tersebut paling mirip dengan DNA dari spesimen harimau jawa. Jarak genetika antara DNA sehelai rambut dengan subspesies harimau lainnya adalah 3,7-4,1%. Sedangkan dengan spesimen museum harimau jawa hanya sebesar 0,3%! Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan harimau jawa masih hidup di Nusantara.

Sebenarnya, ini bukan pertama kali harimau jawa terlihat setelah dinyatakan punah. Pada 2017, juga penampakan kucing besar yang diduga harimau jawa di Taman Nasional Ujung Kulon yang sedang memakan bangkai banteng. Setahun kemudian, seorang peneliti mendapatkan foto kucing besar yang diduga sebagai harimau jawa dari komunitas pemburu babi hutan di Jawa Tengah. Kendati begitu, tak ada bukti akurat yang bisa mengatakan bahwa itu benar-benar harimau jawa.

Walau penemuan ini telah dikonfirmasi hingga level genetik, tak sedikit juga yang meragukannya. Seperti  Anubhab Khan, seorang peneliti post-doctoral dari University of Copenhagen yang mempelajari genetika harimau. Dilansir Live Science, Khan menganalisis ulang data sampel DNA tersebut dan tak yakin bahwa itu adalah harimau jawa. Alasannya, bisa saja ada kesalahan dalam pengambilan sampel, kemungkinan kontaminasi, dan lain sebagainya.

“Saya yakin rambut tersebut berasal dari harimau. Namun kami tidak memiliki kemampuan untuk menentukan subspesiesnya. Yang kami tahu, sampel tersebut adalah salah satu harimau di tanah Sunda, bisa jadi harimau sumatra, harimau jawa, atau bahkan harimau bali,” kata Khan dalam wawancaranya dengan Live Science.

Di satu sisi memang sulit dipercaya harimau jawa masih hidup. Sebab, keberadaannya sudah diburu habis-habisan sejak abad 17 hingga awal abad 19. Apalagi pada saat itu, ada upah besar bagi mereka yang berhasil memburu harimau jawa. 

Ditambah, pembangunan pulau Jawa begitu pesat. Kini hutan di Jawa hanya tersisa seperlima dari luas pulau ini. Kondisi habitat yang sangat terbatas dan terfragmentasi, ditambah persaingan dengan macan tutul jawa, rasanya agak sulit mempercayai bahwa harimau jawa masih eksis.

Ikuti perkembangan terbaru harimau jawa di tautan ini

BERSAMA MELESTARIKAN BUMI

Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.

Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.

Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.




Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB

Topik :

Bagikan

Komentar



Artikel Lain