SAAT ini, dunia sedang menghadapi pemutihan karang massal yang telah terjadi di lebih dari 50 negara. Sejak Februari 2023, lebih dari 54% kawasan terumbu karang di dunia mengalami tekanan panas yang menyebabkan pemutihan. Hal ini menjadi peristiwa pemutihan karang massal keempat yang pernah terjadi dan berpotensi jadi yang paling parah dalam sejarah manusia.
Sebelumnya, insiden serupa pernah terjadi antara 2014-2017. Lebih dari 56% terumbu karang stress dan memutih. Pemutihan karang massal juga pernah terjadi di tahun 1998 dan 2010, ketika pemutihan karang terjadi di 20% dan 35% dari kawasan terumbu karang.
Pemutihan karang yang terjadi saat ini berpotensi menjadi pemutihan karang massal terparah dalam sejarah. Sebab, persentase area terumbu karang yang mengalami tekanan panas dan pemutihan telah meningkat 1% setiap pekan.
Dari tingkat keparahan, daerah Pasifik tropis bagian timur dan Pasifik ekuator tengah mengalami tingkat keparahan level 5, yang berarti terumbu karang berpotensi tidak bisa pulih dari pemutihan. Fiji dan Vanuatu menjadi negara pertama yang mengalami pemutihan karang parah selama peristiwa ini. Total ada 54 negara yang mengalami pemutihan karang parah, mulai dari Karibia, Kolombia, Mauritius, hingga Indonesia.
Meningkatnya suhu lautan menjadi faktor utama pemutihan karang. Aktivitas manusia, polusi dan emisi karbon, ikut mendorong pemanasan suhu laut tersebut. Sebab, laut menyebab 90% panas matahari yang terperangkap oleh emisi karbon manusia. Pada 2023, laut menyerap 287 zettajoule panas, setara panas delapan bom atom Hiroshima yang diledakkan setiap detik ke lautan. Angka tersebut 15 zettajoule lebih besar dibanding 2022.
Walhasil, di 2023 suhu laut 0,1o Celcius lebih tinggi dibanding 2022. Hal ini diperparah dengan kondisi El Niño yang membuat laut lebih hangat dari biasanya. Pada akhirnya, pemutihan terumbu karang massal tak bisa terhindarkan dan terjadi di berbagai tempat, termasuk Indonesia.
Indonesia menjadi salah satu rumah terbesar bagi terumbu karang dunia. Menyumbang 16% dari total luas terumbu karang dunia dan punya keanekaragaman hayati yang luar biasa tinggi. Sebuah studi di jurnal Marine Policy pada 2030 menyebutkan akan ada 12 kawasan konservasi perairan di Indonesia yang terumbu karangnya akan memutih setiap tahun.
Kondisi tersebut akan lebih buruk di 2044. Akan ada 99 kawasan konservasi perairan yang terdampak pemutihan karang setiap tahun. Pada 2075, diperkirakan pemutihan karang setiap tahun akan menerpa 161 kawasan konservasi perairan di Indonesia. Beberapa daerah yang terkena dampaknya adalah Laut Selat Pantar, Alor di Nusa Tenggara Timur, Gili Matra di Nusa Tenggara Barat, dan Cagar Alam Waigeo di Raja Ampat di Papua Barat.
Terumbu karang adalah ekosistem paling kaya di planet ini, bahkan lebih kaya dibanding hutan hujan tropis. Walau hanya mendiami 1% luas lautan, namun ia menyimpan 25% keanekaragaman hayati yang ada di lautan. Sehingga, pemutihan terumbu karang akan berdampak besar terhadap kehilangan biodiversitas laut.
Ikuti percakapan tentang terumbu karang di tautan ini
BERSAMA MELESTARIKAN BUMI
Ketika informasi makin marak, peristiwa-peristiwa tak lagi berjarak, jurnalisme kian penting untuk memberikan perspektif dan mendudukkan soal-soal. Forest Digest memproduksi berita dan analisis untuk memberikan perspektif di balik berita-berita tentang hutan dan lingkungan secara umum.
Redaksi bekerja secara voluntari karena sebagian besar adalah mahasiswa dan alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University yang bekerja di banyak profesi. Dengan visi "untuk bumi yang lestari" kami ingin mendorong pengelolaan hutan dan lingkungan yang adil dan berkelanjutan.
Dukung kami mewujudkan visi dan misi itu dengan berdonasi atau berlangganan melalui deposit Rp 50.000.
Alumnus Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
Topik :